"Aku menyukaimu, jadilah pacarku."
Debby hampir memuntahkan soda di mulutnya ketika mendengar rantaian kata penuh makna itu, di tatapnya pria bermata hazel di sebelahnya yang membuang pandangan entah kemana.
Kala itu mereka berdua sedang duduk di bawah pohon besar di antara bunga-bunga taman yang warnanya tercorak semarai menyemarakan musim semi yang baru datang.
"Kau bilang apa?"
"Sudahlah lupakan saja."
Justin beringsut kesal dan berjalan menjauh dari taman kecil di blok belakang rumah mereka.
Debby membulatkan matanya kaget melihat punggung Justin yang menjauh.
"Justin tunggu! YA AKU MAU, AKU MAU JADI PACARMU!"
Justin langsung membalikan badan menatap kesal Debby yang sedetik kemudian gadis itu membekap mulutnya sendiri setelah mengetahui teriakan sepuluh oktafnya tadi berhasil menjadikan mereka tontonan gratis.
-
*Debby POV*
"Jadi begitu ceritanya, kyaa selamat sweetie kau hebat bisa menaklukan Justin Bieber. Sebenarnya aku tak rela sih kau memilikinya tapi karena kau sahabatku semua itu tak masalah."
Dakota menepuk pelan pundakku, aku memeluknya sekilas.
"Thanks sayang, waaah aku juga tak tahu kenapa si muka datar itu menyatakan cinta padaku, kau tahu sendiri kan dia itu kan dingin, cuek, aku saja sempat mengiranya mengidap kelainan jiwa."
Sehabis mengucapkan itu sebuah boneka angrybird melayang ke mukaku.
"Dakota!"
Pekikku geram sambil mencoba membalas melempar tapi gagal.
"Hey kau itu autis ya? Lelaki setampan Justin kau bilang sakit jiwa, kau itu harusnya beruntung punya pacar sepertinya, haduh kau tahu tidak sebulan lagi kita akan mulai mendaftar high school dan kau sudah punya pacar, ah aku iri,"
Dakota memanyunkan bibirnya kesal, aku hanya menatapnya sambil tersenyum.
"Eh lihat ada Justin!"
Dakota memekik girang dan melompat ke jendela kamarku yang memang bersebrangan dengan kamar Justin, hanya dipisahkan sebuah halaman kecil dengan pohon marple yang tumbuh disana, aku mendekati Dakota, ikut menatap Justin yang ternyata sedang belajar di dalam kamarnya. Dia begitu serius belajar, ahh dia rajin sekali... padahal kami kan baru saja lulus JHS kenapa harus repot belajar sekarang?
Masa - masa SHS juga belum dimulai.Aku masih asyik mengamati wajah serius Justin yang masih berkutat dengan bukunya, kyaaaa Justin tampan sekali dengan wajah serius begitu, aku tak menyangka bahwa di antara puluhan gadis yang memujanya, akulah yang akhirnya berhasil menaklukannya.
"Gawat!"
Aku langsung menarik kepala Dakota menunduk, sebelum ia memprotes sudah kubekap mulutnya, tadi Justin menengok! huh hampir saja dia tak tahu bahwa kekasihnya ini hobi mengintip, kyaaa menyadari aku adalah kekasih Justin Bieber, membuat dunia ini serasa hanya milikku, I'm so happy now, dan tak sabar melalui hari-hariku sebagai kekasih Justin Bieber.
Malamnya aku benar - benar tak bisa tidur, menyadari fakta tadi pagi Justin menyatakan cintanya padaku, entah kenapa sekarang apapun yang kulihat pasti berujung dengan wajahnya, saat aku menatap lantai ada bayangnya, saat aku menatap langit - langit kamarku yang ada juga cuma dia.
Wahhh aku sepertinya benar - benar terjangkit Bieber Fever.
Dan tiga puluh menit kemudian aku masih saja belum bisa tidur, argh... Justin benar - benar menguasai pikiranku, aku rasa sampai matahari menyembul pun jika aku belum berbicara dengannya aku tak akan bisa tidur.
aku menimang ragu I-phone pinkku sambil menghitung kancing piama angrybirdsku. telefon...tidak...telefon...tidak...telefon! Oke aku akan menelfonnya saja. Pada deringan kelima Justin baru mengangkat telefonku, ish dia itu kenapa mengangkat telefonku saja lama sekali??
"Ada apa?"
ketusnya dingin, aku hanya melongo di tempat, kok galak sekali? Apa salah seorang gadis menelfon pacarnya?
"Aku kan cuma mau ngobrol..."
Keluhku muram, dia terdengar menghela nafas panjang di sebrang sana.
"Tapi ini sudah malam nona Ryan. Kau itu menggangu waktu belajarku!"
Aku hanya merengut mendengarnya, dasar pria aneh, apa ada pasangan yang menerima telefon dari pacarnya marah-marah begini? Justin begitu unik, pantas sekali jika di museumkan, makhluk langka!
"Iya deh maaf, aku kan cuma ingin ngobrol denganmu, oh ya lagipula kenapa kau repot belajar, kita mendaftar high school saja belum"
"Aku belajar tentu saja agar pintar, tak bodoh seperti gadis yang bicara denganku kini"
"Kau mengataiku bodoh? Kalau aku bodoh kenapa mau saja menjadi pacarku, dasar pria abnormal."
"Kau bilang apa tadi?"
"Oh aku bilang kau rajin sekali hehehe..."
Aku tersenyum bodoh.
"Sepertinya bukan itu, ya sudahlah, aku mau lanjutkan belajar."
Justin langsung mematikan sambungan telefon sebelum aku sempat mengatakan apapun, aaaaaaa!!!
"Pria menyebalkan.."
Aku memukul-mukul lemari kesal, membayangkan kalau sekarang ini wajah Justinlah yang kupukul, ish... aku kira menjadi pacar seorang Justin Bieber duniaku akan terasa sempurna, tapi ini? Bicara tak lebih lima menit dengannya saja sudah membuat darahku naik ke ubun-ubun.
Aku berjanji akan membuatnya semakin bertekuk lutut dan bersikap selayaknya pacar padaku! Yeeey semangat Debby Ryan kau pasti bisa!
"Yeeey aku pasti bisa, tunggu pembalasanku Mr.Bieber, semangat yeeey!"
"Hey berisik! Aku mau tidur, diamlah gadis cerewet!"
Teriakan Austin, adikku dari kamar sebelah membuatku terdiam sambil menekuk muka seketika.
"Maaf..."
Balasku berteriak.
"Bodoh jangan berteriak seperti itu! Bisa-bisa rumah kita nanti di keroyok massa, sudahlah diam dan tidur gadis childish!"
Ish.. adikku yang satu itu menyebalkan sekali, dia saja boleh berteriak, kenapa aku tidak? Mana mengataiku bodoh dan childish pula, adik durhaka! Akan ku kutuk dia nanti menjadi patung di gapura komplek!
![](https://img.wattpad.com/cover/17528737-288-k138276.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boyfriend
Fiksi Remajacinta itu tidak memandang seberapa buruk pasangan kita, bukankah kekurangan dan kelebihan akan menjadi sempurna? WARNING!! THIS STORY IS BY NINDYA KARTIKA NOT BY ME