Akan kuceritakan pertemuan pertamaku dengan Nicole dan bagaimana kami mulai pacaran.
Pertemuan pertama kami terjadi lima tahun lalu, umurku baru dua belas tahun, aku ingat, malam itu adalah hari ulang tahun Ayah Nicole, kami sekeluarga diundang ke pesta ulang tahunnya yang diadakan di York Assembly Rooms, Ayah Nicole berprofesi sebagai dokter, dia rekan kerja orangtuaku.
Aku yang saat itu merasa tak nyaman berada di tengah keramaian orang dewasa, mendapatkan ide dan membujuk Vernon untuk duduk mojok dan makan kue saja di meja dekat pintu balkon, tapi Vernon menolak dan lebih memilih melihat pertunjukan seorang chef yang sedang pamer keahlian memasak mie goreng di atas meja. Vernon tetap bersikeras tidak mau ikut walau kupaksa. Aku kesal karena dia menolak diajak kerjasama.
Akhirnya hanya aku sendirian yang makan kue dan duduk mojok di dekat balkon, mungkin cuma aku satu-satunya orang yang berharap pesta ini cepat selesai.
Aku sedang menyendok potongan kueku ketika Nicole tiba-tiba datang dan langsung duduk makan es krim vanilla di sebelahku. Nicole memakai jas kasual anak-anak bewarna hitam dan dasi kupu-kupu.
Ucapan pertama yang keluar dari mulut Nicole adalah, "Kenapa banyak sekali manusia yang datang hari ini," cuma aku dan dia yang duduk disana, tapi kurasa daripada disebut bicara padaku, lebih tepat dibilang Nicole bicara pada dirinya sendiri.
Untuk seperkian detik aku bengong melihat Nicole, kata-katanya cukup tak biasa, alih-alih menyebut 'orang' Nicole malah menganti kalimatnya jadi 'manusia', menurutku itu unik dan kesan pertamaku pada Nicole adalah— aku langsung menyukainya. Terutama aku menyukainya karena Nicole juga kelihatan tak terlalu nyaman berada di tengah keramaian, sama seperti aku.
"Halo," sapaku ramah.
Nicole menoleh, tidak tersenyum, "Hai."
"Pesta Ayahmu meriah ya." kataku lagi.
"Terlalu meriah" timpalnya tidak semangat, "Aku lebih suka pesta sederhana yang diadakan di rumah, pesta yang hanya dihadiri orangtuaku dan aku saja."
"Ya, itu lebih khidmat." aku mengangguk, "Siapa namamu?"
"Cole," jawabnya singkat, aku merasa dia seperti menjaga jarak dariku, "Owen Nicole." Kupikir Nicole akan balik menanyakan namaku, tapi dia tidak melakukannya jadi aku berinisiatif memperkenalkan namaku sendiri.
"Aku Alexandra Dawson."
"Oh hai," katanya tidak tertarik, "Kita pernah ketemu sebelumnya."
"Dimana?" kupikir ini pertama kalinya kami bertemu atau aku saja yang tidak ingat, orang tuaku memang sering mengajak aku dan Vernon menghadiri pertemuan orang dewasa, mungkin Nicole pernah melihatku di salah satu acara yang kudatangi.
"Entahlah." Nicole mengangkat bahu, setelah itu kami kembali makan sambil menonton keramaian pesta dari pojok ruangan dan Nicole diam saja, aku juga tidak mengajaknya bicara lagi karena sepertinya dia enggan mengobrol lama-lama denganku.
Bagaimanapun kesan pertamaku langsung berubah setelah ngobrol sebentar dengannya, kupikir Nicole tidak se-menyenangkan itu, dia seperti tipe cowok-cowok pintar yang irit bicara dan cuma suka ngobrol dengan orang tertentu.
Sedikit pun aku tidak pernah mengira bahwa kami akan lebih sering ketemu setelah pesta ulang tahun Ayahnya, ya, siapa yang mengira aku dan Nicole akan bertemu lagi di acara-acara selanjutnya yang dihadiri oleh keluarga kami.
Orangtuanya dan orangtuaku juga semakin dekat, karena itulah keluarga kami sering mengadakan acara makan malam bersama dan mengunjungi rumah satu sama lain saat Natal, tapi hal itu tak lantas membuat aku dan Nicole jadi akrab, Vernon juga tak terlalu menyukai Nicole, Vernon bilang Nicole seperti tipe anak Slytherin, aku tidak terkejut, menurutku Nicole memang terlalu jutek.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Is Love?
Teen FictionMeskipun manis dan punya kepribadian bagus, Alexandra Dawson hanya pernah pacaran satu kali. Tumbuh dalam didikan keluarga yang penuh aturan membuatnya jadi cewek pemilih dalam bergaul, dia tipe cewek rumahan yang lebih nyaman membaca buku, tidur at...