Mama meminta Cole berangkat bersama kami.
Langit masih gelap saat Mama mengantarkan kami ke jalan di dekat York Minster— tempat peserta kamp musim panas berkumpul, hari ini aku mengenakan kaus tanpa lengan yang kupadukan dengan jumpsuit kasual warna biru muda, aku berharap suasana hatiku akan secerah pakaian yang kukenakan.
Begitu kami sampai, ternyata sudah banyak peserta yang datang, dari jendela mobil aku memandang berkeliling mencari Wendy, namun alih-alih menemukan Wendy, aku melihat beberapa wajah familiar anak SMA Dalton, sudah kuduga banyak peserta dari sekolahku, untuk sesaat aku cemas, apakah orang itu juga ada disini?
Baiklah, jangan pikirkan dia Alexa.
Aku menghembuskan napas pendek lewat hidung.
Lalu aku juga melihat tiga bus carteran besar disana.
Belum apa-apa aku sudah kepikiran tidur di dalam bus, semalam aku kurang tidur karena mimpi buruk, aku berakhir terjaga sampai pagi.
Aku bahkan belum tidur lagi walau cuma sebentar.
Sebelum berangkat kemari, aku sempat minum kopi untuk meredakan ngantuk, tapi kurasa kopi itu tidak berefek apa-apa karena sekarang mataku tetap berat dan kepalaku pening, tak diragukan lagi aku akan tertidur pulas di dalam bus selama perjalanan dan kuharap aku tidak mimpi buruk lagi.
Aku terus mengatakan pada diriku sendiri bahwa penyebab mimpi buruk semalam adalah karena suasana hatiku yang gelisah, maksudku mimpi ini bukanlah sebuah pertanda, mimpi hanya bunga tidur.
"Terakhir kali kita naik bus bersama, waktu mengunjungi museum,waktu kita kelas tujuh." Kata Cole di sampingku, ikut memandang ke jendela.
"Aku masih ingat itu." Bisikku sambil menoleh padanya.
"Kau mabuk perjalanan setelah minum sprite."
"Oh Cole, aku akan berterimakasih kalau kau mau melupakan bagian yang itu." Aku pura-pura tersinggung.
Sebenarnya itu adalah momen yang paling memalukan saat aku berada di kelas tujuh, karena selain mabuk aku juga muntah di dalam bus, masih teringat jelas bagaimana para anak cewek diam-diam menertawakan aku saat itu. Sehari setelah kunjungan ke museum, aku sampai tidak masuk sekolah karena malu.
"Nah, kita sudah sampai anak-anak." Kata Mama setelah berhasil mencari tempat untuk memakirkan mobil.
Sebelum keluar dari mobil aku mencium pipi Mama, Cole sudah keluar lebih dulu untuk mengeluarkan barang bawaan kami dari bagasi, Mama mendoakan supaya liburan kami lancar dan menyenangkan, aku berterimakasih, sejujurnya saat ini aku memang membutuhkan doa.
"Berjanjilah kau akan menelepon Mama saat kalian sampai." Kata Mama untuk sekian kalinya pagi ini, aku memaklumi kecemasan Mama, ini adalah pertama kalinya aku pergi ke luar kota tanpa dampingan dari keluarga. Sebenarnya aku juga sedikit gelisah, tapi semoga saja acara kemah ini cocok untukku.
Aku tersenyum dan mengangguk, "Aku berjanji."
"Kau yakin tidak ada barang yang tertinggal di rumah?"
"Tentu saja," Jawabku.
"Apa kau sudah membawa uang darurat yang Mama berikan kemarin?"
Aku mengangguk yakin untuk sekian kalinya, "Uangnya sudah kusimpan di dompetku, jangan khawatirkan apa-apa Mama."
Seolah tidak mendengar kalimat terakhirku, Mama menurunkan kaca jendela mobil untuk bicara pada Nicole yang sudah keluar lebih dulu.
"Ini kamp pertama Alexa, sejujurnya aku merasa tenang dan terbantu karena kau ikut bersamanya, Cole."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Is Love?
Teen FictionMeskipun manis dan punya kepribadian bagus, Alexandra Dawson hanya pernah pacaran satu kali. Tumbuh dalam didikan keluarga yang penuh aturan membuatnya jadi cewek pemilih dalam bergaul, dia tipe cewek rumahan yang lebih nyaman membaca buku, tidur at...