Bersama Nicole

1.5K 219 76
                                    



Bertemu dengan Nicole tentu saja membuatku senang bukan main, malah ini adalah salah satu momen yang kuidamkan sejak lama, harusnya aku bisa sepenuhnya menikmati reuni kami, tapi bagaimanapun masalah kecanggungan karena sudah lama tak bertemu tetap tidak bisa kuhindari, intinya sekarang aku mati gaya.

Dulu, kami bisa menghabiskan waktu berjam-jam dengan nyaman dan merasa nyambung saat ngobrol tapi seiring waktu, Nicole bisa saja berubah, baik dari hobi, sikap maupun topik pembicaraan yang disukai, yeah, setiap orang pasti mengalami perubahan walau cuma sedikit dan akhirnya aku bingung sendiri harus bersikap bagaimana untuk menghindari situasi awkward yang mungkin akan terjadi.

Aku merasa cemas kalau kehabisan topik obrolan dengan Nicole, satu-satunya yang membuatku takut adalah kalau Nicole menganggap aku membosankan, bagaimana kalau ternyata aku tidak sesuai ekspektasinya dan memandangku tak semenyenangkan dulu?

"Wajahmu jangan tegang begitu, Lex," kata Vernon setelah menurunkan jendela taxi dan menatapku yang berdiri di depan jendelanya sambil mengangkat alis, aku masih berharap Vernon mau menemaniku dan bukannya pulang duluan, aku yakin aku bisa lebih percaya diri kalau ada Vernon, tapi kakakku menolaknya mentah-mentah dan malah berkata aku seperti bayi, tidak cerdas karena minta ditemani, itu namanya membuang-buang kesempatan.

Aku tersenyum gugup, "Kelihatan banget ya tegangnya?" kuakui aku memang tidak mahir menyembunyikan ekspresi. Wendy bahkan pernah bilang ekspresiku seperti buku yang terbuka, gampang dibaca.

Vernon tersenyum miring, "Persis kayak habis nonton film horror tahu nggak."

"Jujur, aku takut bakal kehabisan topik pembicaraan, tahu sendiri kami sudah lama tidak bertemu," Kataku, "Bagaimana kalau Cole menganggap aku nggak seasik dulu?"

"Hei jangan bikin spekulasi yang bukan-bukan," Vernon mencolek daguku. "Ayolah, nggak semua yang kau takutkan bakal terjadi, lagipula tadi kau sudah memeluknya duluan, jadi kenapa sekarang malah canggung?"

Karena diingatkan aku jadi tersipu, aku sendiri juga merasa terkejut tiba-tiba punya keberanian memeluk Nicole di depan umum, yeah barangkali karena aku sedang emosional maka hal ini bisa terjadi, aku hanya mengikuti naluriku saja.

Kuselipkan seuntai rambutku ke belakang telinga, "Lalu, bagaimana penampilanku, apa kurang fashionable?" Aku cuma mengenakan mantel, celana bahan bewarna hitam, kaos dan sepatu kets, kalau tahu bakal bertemu Nicole, aku akan berpakaian lebih feminin dan mencatok rambutku atau barangkali mengenakan baret.

"Simple dan nggak berlebihan kok," komentar Vernon.

"Yakin?"

Vernon menghela napas, "Nicole tidak perduli apa yang kau pakai Alexa, dia cuma ingin bertemu denganmu, santai saja."

Aku mengangguk, Vernon memang benar.

"Aku sudah membuat kejutan untukmu, jadi manfaatkan dengan baik, jangan buat ini berakhir mengecewakan, oke?" Vernon bicara dengan nada mengakhiri pembicaraan dan memberitahu supir taxi untuk segera pergi lalu Vernon menatapku lagi, "Tik..tok, waktu terus berjalan, Nicole sudah menunggu dan kau harus pulang sebelum jam lima sore, ingat? jangan buang-buang waktu lagi." Vernon melambaikan tangan padaku saat taxi mulai berjalan,  "Baiklah selamat bersenang-senang."

Setelah taxi yang ditumpangi Vernon sudah melaju lumayan jauh, aku berbalik, berjalan melewati jembatan Skeldergate yang membelah sungai Ouse menuju cafe di bawah jembatan di pinggir sungai, sementara mengantar Vernon ke taxi, aku telah membuat Nicole menunggu disana selama sepuluh menit.

What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang