Kota Hantu York

593 93 16
                                    





Ketika membuka jendela taxi, angin dingin meniup rambutku sampai menutupi wajah.

Banyaknya bangunan abad pertengahan bergaya Georgia maupun Romawi yang tersebar di sepanjang kota, membuatku betah berlama-lama memandangi suasana malam York yang gelap namun cantik, entahlah.. suasana malam kota York membawa kesan seperti kembali ke masa lalu.

Seraya mengemut permen chupa cup, aku menikmati udara malam yang sejuk. Aku menyukai York, menyukai suasana kotanya yang penuh cerita.

York selalu gelap, jarak lampu satu dengan lampu lainnya punya spasi yang cukup jauh, cahayanya hanya berupa sinar oranye pudar yang menimbulkan kesan sepia.

Ketika malam, jarang sekali aku menemukan lampu yang menyala terang benderang, lampu-lampu kotanya memang sengaja disetting redup dan didukung suasananya yang relatif sepi, citra York yang dipercaya sebagai kota berhantu ini jadi terasa semakin kuat.

Terang saja berhantu, York punya sejarah kelam dan berdarah-darah di masa lalu.

Penduduk lokal percaya bahwa kami tinggal berdampingan dengan hantu, banyaknya bangunan kuno yang masih bertahan di penjuru kota membuat hantu-hantu masa lalu itu juga tetap bertahan.

Dibalik suasana malamnya yang gelap, diyakini ada arwah-arwah dari abad pertengahan yang gentayangan tiap malam dan sering menampakkan sosoknya dalam remang. Bahkan sampai muncul ungkapan, "Kalau di kota ini kau tidak bertemu hantu, para hantu itu pasti sudah melihatmu."

Dengan sisi kota York yang seperti ini, selain pulang pergi ke tempat les, aku nggak berani keluyuran malam-malam, padahal saat kecil aku lumayan pemberani. Sewaktu SMP dulu, aku sering keluar malam dan ikut tur berburu hantu bersama Cole di akhir pekan, dibantu informasi dari pemandu tur yang kebanyakan adalah kakek-kakek yang memakai jubah Gregorian warna hitam dan topi tinggi seperti orang Inggris zaman dahulu, kami akan dibawa selama 75 menit mengunjungi beberapa spot yang memiliki cerita hantu

Di York, tur hantu seperti ini lumrah dan malah dijadikan daya tarik wisata mistis bagi pelancong luar negeri. Tur itu sangat menarik dan menegangkan, apalagi pemandu tur selalu bercerita dengan nada suara yang menyeramkan.

Saat mendatangi lokasi bangunan tua tempat hantu The Gray Lady— biarawati yang disemen ke tembok hidup-hidup, bahkan saking takutnya, aku pernah sampai menangis minta pulang kepada Cole dan sumpah.. mendadak aku jadi tersipu mengingatnya.

Karena saat itu terjadi, Cole yang dulu akan membawaku ke dalam pelukannya.

Memalukan ya? Kuakui.

Namun kalau sekarang diingat sebenarnya itu salah satu momen yang nggak terlupakan, yah..kapan lagi sih bisa disentuh cowok yang disayang? Dan aku suka sekali dengan bau minyak wangi Cole.

Ih, aku jadi jijik sendiri dengan pikiranku yang mesum.

Ah..jadi kangen Cole.

Cole adalah mantan pacar, sekaligus pacar pertama dan cinta pertamaku (juga first kissku) dari dialah, aku belajar bahwa hubungan pacaran di usia remaja hanya untuk berujung putus dan dampaknya pun harus dibayar dengan patah hati.

Cole adalah cowok yang baik, manis, dan aku sayang padanya, katanya dimana ada cinta pasti disitu ada patah hati, itu benar.. jadi waktu putus, aku sangat murung sampai tidak bersemangat melakukan apapun dan sering menangis kalau sendirian, lebih konyolnya bahkan aku sempat berpikir bahwa duniaku berhenti sampai di situ. Lucu, kalau diingat sekarang, gara-gara ini aku memutuskan untuk tidak pacaran dulu saat SMA.

Sebuah studi mengatakan bahwa saat patah hati, otak seseorang akan dipenuhi dengan hormon kortisol dan epinefrin yang ternyata adalah pemicu stress dan yeah.. aku tidak mau buang-buang emosi atau stress lagi cuma karena patah hati. Aku ingin merdeka dari patah hati saat SMA.

What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang