York, 12 Juni 2020.
AKU trauma pada Noah Walsh
Bahkan setelah sekian tahun berlalu, aku tak bisa menyangkal bahwa trauma itu masih ada, kalau saja bisa melihat masa depan, tidak mungkin aku masuk Dalton dan mau satu SMA dengan Noah. Karena bagaimanapun, aku merasa kurang nyaman harus menghabiskan tiga tahun terpenting dengan cowok yang delapan tahun lalu pernah membuat mataku radang.
Trauma yang kumaksud bukan takut, tapi lebih condong ke dominan perasaan tak nyaman.
Pada hari aku tahu Noah sekolah di Dalton, aku kaget dan rasanya ingin menangis berjam-jam. Kejadian delapan tahun lalu benar-benar meninggalkan kesan buruk dalam ingatan, aku tidak pernah digertak dan diganggu, Noah adalah satu-satunya orang yang melakukannya jadi aku tidak bisa tidak trauma pada Noah, bahkan setelah hari itu, aku keluar dari Santa Nicholas. Dan karena Santa Nicholas sangat serius mengatasi masalah penindasan, Noah dikeluarkan dari sana.
Noah, Noah, Noah.
Tak bisa kubayangkan, semarah apa Noah waktu itu, aku tak bisa menekan kekhawatiran bahwa akulah yang membuat dia dikeluarkan.
Dulu saat akan masuk SMP, aku bahkan berdoa semoga tidak bertemu dengan Noah, York adalah kota kecil, kesempatan untuk dipertemukan di sekolah yang sama jauh lebih besar daripada memenangkan sebuah undian, dan permohonanku ternyata dikabulkan. Namun di SMA harapan itu kandas karena aku malah satu SMA dengan Noah.
Saat kelas satu, aku pernah mempertimbangkan keluar dari Dalton, namun Mama tidak setuju, Dalton adalah SMA terbaik di York, yah pada dasarnya apapun yang kuinginkan selalu ada intervensi orangtua di dalamnya, aku tidak bisa bebas menentukan pilihan.
Sekolah di Dalton ternyata tidak seburuk yang kubayangkan, masa SMA-ku berjalan normal sampai tahun kedua dan lancar tanpa hambatan. Noah? Dia bukan gangguan lagi, seiring waktu, rasa tak nyamanku sudah agak memudar.
Kami tidak pernah mengambil mata pelajaran yang sama jadi jarang sekali kami papasan, kami tidak saling interaksi di sekolah dan ugh— jangan sampai hal itu terjadi, mungkin dia sudah nggak ingat padaku, yeah Itu bagus, abaikan aku terus Noah.
Sebenarnya wajar bila Noah tidak ingat, kami bukan teman, nasib sial saja yang bikin kami bertemu.
Kejadian itu juga tak selayaknya diingat dan toh, itu sudah berlalu lama sekali saat kami masih anak-anak. Noah yang sekarang pasti sudah berubah, tidak pernah kudengar dia bikin masalah, yang ada Noah malah dipuja-puja dan jadi crush banyak cewek di Dalton, mereka hanya menyukainya karena tampang Noah, mereka tidak akan memandangnya dua kali kalau Noah bertampang biasa dan pernah membully cewek.
Yeah, tak bisa kusangkal, Noah memang punya tampang memikat alami, meskipun waktu kecil sikapnya kayak setan.
Selalu ada perubahan seiring bertambahnya usia, setiap orang bisa berubah kan?
Teknisnya, selama Noah tetap menjaga jarak, kupikir tak masalah melewatkan tiga tahun di Dalton, ditambah disini aku menemukan sahabat cewek, Wendy. Dia lebih pendek dariku yang 163 cm, berkulit putih tanpa cela seperti peri dan memiliki rambut hitam sebahu yang cocok dengan wajahnya yang cantik, namun toh aku tidak perduli dengan fisik.
Bagiku dia temen cewek paling friendly, asyik dan aku merasa cocok dengannya, padahal aku tipe yang lumayan susah bergaul cukup dekat dengan anak cewek sebayaku, entahlah mungkin di pandangan anak lain, aku kurang asik dijadikan teman, kupikir itu benar karena dibanding kumpul-kumpul, aku lebih nyaman diam di rumah, nonton film atau mengkhayal di depan buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Is Love?
Teen FictionMeskipun manis dan punya kepribadian bagus, Alexandra Dawson hanya pernah pacaran satu kali. Tumbuh dalam didikan keluarga yang penuh aturan membuatnya jadi cewek pemilih dalam bergaul, dia tipe cewek rumahan yang lebih nyaman membaca buku, tidur at...