Situasi apa ini?
Perasaan kaget membuat keberanianku menciut dan tidak sanggup berkata-kata, seolah kaget juga merampas kemampuan bicaraku.
Uhuk!
Aku terbatuk, ugh-- kebiasaan itu muncul lagi.
Noah mengeryit, mengamati wajahku dengan sikap seakan baru menyadari sesuatu, tapi aku tahu ekspresi itu hanya pura-pura. Sekali lagi, aku dibuat was-was olehnya. Tidak mungkin dia ingat padaku kan? Berbagai pikiran berkecamuk dalam pikiranku. Kaget, bingung, panik, campur aduk jadi satu.
Aku tak menyukai tatapan menilai Noah yang mengarah padaku sekarang. Kalau bisa, aku ingin menendang kakinya supaya bisa menyingkir dari tatapan Noah yang menjengkelkan.
"Uhuk," kubekap mulutku dengan tangan, meredam suara batuk yang makin menjadi.
"Wah, tunggu dulu, lihat siapa ini?" kata Noah bersidekap, suaranya yang seperti orang malas terdengar angkuh, "Bukankah ini Juliet dari Santa Nicholas?" dia merendahkan suaranya agar tak seorang pun selain aku mendengarnya, "Beneran si Juliet ya."
Aku shock. Dia bilang apa?
"Bisa-bisanya ketemu di sini." lanjutnya yang membuatku semakin yakin bahwa Noah memang sengaja menjegalku. Wajah Noah yang semula kelihatan jutek dan keruh, kini berubah lebih ramah dan menyenangkan.
"B-bukan." Aku menggeleng cepat, menyangah ucapannya.
"Bukan? Kau jelas-jelas cewek yang pakai kostum Juliet waktu itu."
Kok dia masih ingat?
Masih dengan posisi bersidekap, Noah maju seraya menatap dan menilai setiap ekspresi di wajahku. Tatapan Noah tidak terlihat marah sama sekali, namun dia tampak menakutkan bagiku.
Noah mencondongkan tubuh hingga wajah kami hanya berjarak seperempat meter, aku otomatis mundur hingga punggungku menabrak rak buku di belakang, mungkin karena panik, batukku jadi makin hebat, ditambah terhalang rak buku yang membentuk lorong berkelok ini, membuat spot dimana kami berdiri sekarang, sama sekali tidak kelihatan dari meja kasir, hal itu membuat segalanya lebih buruk.
Apa tidak ada monitor cctv di meja kasir? Jika ada, kuharap penjaga kasir itu melihat kami.
Bibir Noah melengkung membentuk senyum meremehkan, dia tampak senang melihat responku.
Dia ingat aku.
Mampus.
Mampus
Mukaku meram padam.
Seandainya teleportasi itu ada, aku ingin berteleportasi meninggalkan toko buku dan kabur dari cowok ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Is Love?
Teen FictionMeskipun manis dan punya kepribadian bagus, Alexandra Dawson hanya pernah pacaran satu kali. Tumbuh dalam didikan keluarga yang penuh aturan membuatnya jadi cewek pemilih dalam bergaul, dia tipe cewek rumahan yang lebih nyaman membaca buku, tidur at...