Setelah Noah masuk, aku langsung menutup pintu kamar dan menguncinya.
"Kenapa mesti panik?" Noah mengerutkan dahi, memperhatikan aku yang bersandar tegang di pintu, "Memangnya siapa yang datang sampai harus sembunyi?"
"Ssst, jangan keras-keras," Aku berbisik, "Kakakku ada di bawah!" jantungku berdebar keras, takut kalau-kalau suara Noah sampai terdengar oleh Vernon, aku bahkan terpaksa membawa Noah masuk ke kamar untuk menghindari Vernon, selain keluargaku, cowok yang pernah kuizinkan masuk ke zona privasiku ini hanya Nicole dan itu sudah lama sekali.
Noah bersedekap, dia tampak bingung, "Lalu apa yang kau takutkan?" Aduh, dia tetap saja tidak mau memelankan suara.
"Ssst, kubilang pelankan suaramu," Dengan cepat aku maju mendekati Noah dan menempelkan telapak tanganku ke bibirnya, mata Noah tampak terkejut.
"Dengar, aku akan dihukum kalau ketahuan berduaan dan membawa cowok yang belum keluargaku kenal masuk ke dalam rumah, itulah masalahnya." jelasku sambil melepaskan tangan dan menjauh dari Noah, "Kalau kita sampai ketahuan, nggak hanya cukup dimarahi, Mamaku juga akan menelepon walimu."
"Serius?" Noah malah tertawa, mungkin dia menganggapnya lucu, aku cukup yakin di keluarganya tidak ada peraturan seperti itu, karena lihat saja Noah benar-benar berjiwa bebas, lalu dia ikut berbisik, "Baiklah, baiklah, apapun yang kau mau, Dawson."
"Alexa," ralatku mengeryitkan dahi, benar-benar aneh mendengar Noah memanggil namaku seperti itu, "Panggil aku Alexa."
"Kenapa? Aku lebih suka Dawson," timpal Noah sambil memperhatikan kamarku, matanya tertuju ke arah foto polaroidku bersama Nicole, Noah terdiam dan sudut bibirnya sedikit menurun, sesuatu pada ekspresinya terlihat seperti jengkel? namun toh Noah mengalihkan pandangan dan kembali bicara.
Kupikir Noah akan menanyakan foto itu, tapi ternyata tidak, "Lagipula selain aku, nggak ada yang memanggil namamu seperti itu kan?"
"Tentu saja ada." aku terdiam, "Sebagian guru di sekolah memanggilku Dawson."
"Oh lucu," kata Noah memutar bola mata, "Maksudku cowok lain."
"Ya, memang nggak ada" jawabku sebelum melangkah menuju meja belajar, membuka laci paling bawah dan mengambil plester hansaplas bewarna kuning dan bergambar karakter minion, "Jadi itu kebiasaanmu? suka membuat nama panggilan khusus untuk cewek-cewek?" Aku menarik lengan Noah mendekat dan merekatkan plester itu sampai menutupi lukanya, "Nah, selesai "
Akhirnya beres.
"Ya Tuhan, kau sok tahu sekali," jawab Noah menatap plester luka di tangannya, "Cuma kau yang kupanggil dengan nama khusus," pandangan kami beradu, Noah menggigit bibirnya agar tidak tertawa, "Hansaplas minion ya? seleramu benar-benar bocah, Dawson."
Aku cemberut, "Kalau nggak suka, lepas saja."
"Aku hanya bercanda," Noah tersenyum, tangannya terangkat untuk mengelus puncak kepalaku, saat bicara lagi suaranya sangat lembut, "Terima kasih sudah mengobatiku."
Aku mematung sesaat sebelum menurunkan tangan Noah dari kepalaku lalu bicara tanpa menatapnya, "Sama-sama," bisa kurasakan wajahku merona, kenapa aku jadi salah tingkah? Noah tertawa pelan, saat itulah aku mendengar ketukan di pintu, "Princess? Kau di dalam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
What Is Love?
Teen FictionMeskipun manis dan punya kepribadian bagus, Alexandra Dawson hanya pernah pacaran satu kali. Tumbuh dalam didikan keluarga yang penuh aturan membuatnya jadi cewek pemilih dalam bergaul, dia tipe cewek rumahan yang lebih nyaman membaca buku, tidur at...