Thinking Of Loud

1.2K 212 79
                                    


Mataku mengerjab saat jari-jari Noah menyusup ke rambutku, mengatur kepalaku agar bisa menciumku dengan nyaman, sementara jantungku sendiri terus berdebar tak beraturan merasakan bibir Noah yang bergerak lembut menyusuri bibirku, terkadang dia juga mengunakan ujung lidahnya saat menciumku.

Aku benar-benar shock, otakku blank selama beberapa detik, pertama karena seorang Noah menciumku dan kedua dia menciumku di dalam sekolah, astaga mendadak kepalaku pening.

Bibir merah Noah meluncur turun dan menempel di bawah bibirku, sentuhannya lembut seperti sayap kupu-kupu, selama beberapa detik sentuhan Noah sempat membuatku tersesat, cowok ini sangat tahu bagaimana cara membius cewek.

"Kau cantik sekali Alexa." bisik Noah yang terdengar seperti merayuku, dia akan menciumku lagi ketika tiba-tiba aku membenturkan dahiku ke dahinya cukup keras— cukup ampuh untuk membuat Noah mundur dan menjauhkan diri.

"Aw." keluh Noah sambil memegangi dahinya, satu matanya menyipit memandangiku dengan kaget, dahiku juga sakit, rasanya nyut-nyutan dan aku bisa melihat semburat warna merah di dahi Noah, kami memang berbenturan cukup keras.

Aku turun dari tempat tidur dan mengelap bibirku dengan lengan, seakan hal itu bisa menghilangkan jejak ciuman Noah, "Kau pantas mendapatkan itu, brengsek!" aku mendekati Noah, mengayunkan lengan hendak meninju perutnya, tapi begitu terjadi, aku langsung menarik tinjuku, mendekap kepalan tanganku dan mengaduh kesakitan, perut Noah sangat keras, tinjuku tidak berdampak apapun padanya, malah sebaliknya aku yang kesakitan.

Tawa Noah meledak.

"Jangan tertawa!" semburku marah dan kesal pada Noah, buku-buku jariku terasa nyeri.

"Alexa, kau sendiri yang meninjuku, kenapa kau yang marah?" kata Noah, wajahnya ceria seakan yang kulakukan begitu menghiburnya, "Dan apa barusan kau bilang brengsek? Kedengaran imut kalau kau yang bilang."

Kutatap Noah dengan galak, "Karena kau menciumku."

"Itu hanya bagian dari game, lagipula itu bukan ciuman pertamamu," Tangan Noah hendak meraihku untuk memeriksa tanganku, "Tanganmu tidak apa-apa?" suaranya seperti prihatin.

Aku langsung menghindar, "Jangan sentuh aku!" setelah mengatakan itu, aku langsung bergegas pergi dengan marah tanpa menoleh lagi.

Aku langsung menghindar, "Jangan sentuh aku!" setelah mengatakan itu, aku langsung bergegas pergi dengan marah tanpa menoleh lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Noah memperhatikan punggungku yang berjalan menjauh dari balik bahu, ada secercah senyum di bibirnya.




***





Aku berhenti di depan wastafel dan melepaskan ikatan rambutku, membiarkannya tergerai disekeliling bahu, lalu kusisir rambutku yang lembab dan kusut dengan jemari.

What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang