Masa Lalu Noah (Sudut Pandang Noah)

1.1K 205 32
                                    




Ketika memikirkan orang lain terkadang timbul pertanyaan dalam benakku yang akan kuajukan pada Tuhan; Kenapa orang lain bisa bahagia dan punya hidup yang menyenangkan sementara aku tidak, Tuhan? Bukankah aku dan mereka sama-sama manusia?

Pertanyaan itu selalu menghantui.

Aku masih tidak mengerti, bukankah aku selalu taat padamu sementara sebagian manusia yang kau beri kebahagiaan dan keluarga yang hangat itu malah memalingkan muka dan lebih memilih mencampakkanmu? Kenapa mereka yang berpaling darimu dan tidak bersyukur itu malah mendapat kebahagiaan lebih besar daripada aku yang taat?




Aku adalah anak yang diadopsi oleh orangtua angkat dari lahir dan tidak pernah bertemu dengan orangtua kandungku, meski begitu sampai umurku delapan tahun, aku tidak pernah kepikiran sekalipun ingin melihat wajah mereka, yang kutahu mereka masih hidup— hidup dengan sangat layak setelah memberikan bayi mereka yang masih merah untuk diadopsi keluarga kaya, bayi itu adalah aku dan tak ada alasan memikirkan orangtua yang rela menukar bayinya dengan puluhan juta poundsterling.

Saat itu mereka bahkan belum memberikan nama padaku, setelah proses adopsi selesai, Ayah angkatku-lah yang akhirnya memberikan sebuah nama, Noah Walsh.

Dan kehidupanku sebagai anak angkat keluarga Walsh pun dimulai.

Pada mulanya aku menjalani hidup seperti anak normal dengan kasih sayang penuh dari Ayah angkatku, dia adalah figur Ayah yang baik, dia memanjakanku seperti anak sendiri, kasih dan kesabarannya sangat besar, dia adalah sosok berhati lembut yang mengajarkan aku untuk memandang dunia dari sisi yang baik.

Ayahku punya istri yang jauh lebih muda darinya, Evelina, aku memanggil istrinya dengan sebutan Eve, dia sangat anggun dan memiliki mata yang cantik, kami tidak dekat tapi Eve lumayan baik padaku meski kadang aku tidak suka lagaknya yang kurang menghormati Ayah, padahal Eve yang hidupnya serba hedon itu masih dibiayai Ayah, mereka tidak tinggal serumah.

Awalnya aku tidak tahu apa masalahnya, tapi perlahan-lahan Ayahku mulai menjelaskan dengan pemahaman sederhana yang bisa dimengerti anak-anak bahwa dirinya adalah seorang gay dan seorang gay tidak bisa mencintai wanita.

"Gay? gay itu apa Ayah? Kenapa gay tidak bisa mencintai wanita?"

"Gay adalah laki-laki yang mencintai laki-laki, nak."

"Lalu kenapa Ayah menikah dengan Eve?"

Ayah mengelus kepalaku sayang, "Karena Kakek ingin Ayah menikah dan memiliki anak."

"Apa gay tidak bisa hamil?" tanyaku polos.

"Tidak anakku." Ayah tertawa.

Bagaimanapun, pernikahan Ayah dan Eve terjadi karena pengaruh orangtua, mereka tidak saling mencintai, itulah mengapa mereka tidak tinggal serumah dan untuk menutupi orientasi seksual Ayahku, mereka memutuskan mengadopsi anak dengan alasan untuk memancing kehamilan Eve agar orang-orang tidak bergunjing dan memandang buruk pernikahan pasangan Walsh— tentu saja bagi orang kaya nama baik keluarga adalah segalanya.

Aku sama sekali tidak merasa keberatan, karena Ayahku menyayangiku dan aku juga menyayanginya. Ayahku adalah segalanya, tidak masalah seperti apa orientasi seksualnya, tidak ada alasan bagiku untuk menghakiminya. Dia bukan monster.

Namun kebahagiaan kami tidak berlangsung lama, karena Ayah meninggal beberapa pekan sebelum merayakan ulang tahunku yang ke sembilan, Ayahku bunuh diri karena depresi dan ini karena perbuatan Eve, dia menyerang mental Ayah dengan cara membayar oknum untuk membocorkan orientasi seksual Ayahku pada semua orang— membuat Ayahku menjadi teramat malu, terluka telak dan depresi.

What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang