Tak sekuat itu

1.2K 119 9
                                    

Story,,,

Beby sedikit merapatkan jaket jeans yang kini membaluti tubuhnya,ternyata berada di rooftop fx Sudirman pada pukul 11 malam bukanlah hal yang mudah,hoodie hitam dan jaket jeans tidak bisa mengurangi rasa dingin yang ia rasakan saat angin malam menerpa tubuh kurus nya.

Sesekali dia menoleh ke arah Viny yang masih betah membungkam mulut nya sejak beberapa menit yang lalu.

"Sepertinya gue emang harus pergi Beb." Seketika gadis berpipi bolong itu menatap wajah samping Viny yang menatap jauh pada kegelapan yang jauh di depan mereka.

"Vin Loe udah janji sama gue ngk akan bahas ini lagi,tapi sekarang ,,"

"Gue ngk sekuat itu beb,batu aja klau terkena ombak setiap saat perlahan dia pasti hancur,begitu pun hati gue." Setetes air mulai meleleh melewati pipi Viny saat ia memejam kan matanya.

"Gue udah berusaha untuk tidak memikirkan ini semua terlalu jauh tapi sulit beb,sulit." Air mata itu semakin deras mana Kala isakan itu semakin jelas.

Beby menatap wajah samping Viny dengan mata berkaca-kaca.

"Lebih baik Loe jujur sama dia vin." Sepontan Viny menggeleng tegas pertanda bahwa dia tak setuju dengan usul Beby sekarang ini.

"Yang menjalani hubungan ini bukan cuma elo vin tapi dia juga,klau Loe cuma berjuang seorang diri untuk apa,semuanya akan percuma." Viny menoleh ke arah Beby dengan pandangan yang sulit di arti kan.

"Apa Loe capek dengerin gue kayak gini,sehingga Loe nyuruh gue nyakitin dia lagi.?" Tanya Viny dengan pelan namun tajam,dada Beby terasa bergemuruh.

"Loe tau sejak malam itu gue benar-benar takut menyakiti nya,gue ngrasa menjadi orang paling brengsek yang sama sekali ngk pantes buat dia beb." Air mata Beby mulai luruh seiring melemahnya tubuh Viny menyentuh dingin nya lantai.

"Gue butuh dia tapi gue juga ngk pantes buat dia." Gumam Viny memeluk kedua lututnya masih dengan tangis nya.

"Gue ngk pengen lihat Loe kayak gini vin,gue pengen lihat Loe yang kuat."  Beby ikut berlutut di hadapan Viny.

"Mana Viny kapten gue yang kuat dan tak terkalahkan oleh apapun dulu,mana gadis ceria dan selalu optimis yang mampu membuat banyak orang berani mengejar mimpi nya dulu,mana gadis yang selalu bisa melawan ego nya dulu MANA VIN MANA." Viny menutup telinga nya dengan nafas memburu,Beby benar ia telah kehilangan semua sifat itu dan kini ia pun bisa merasakan perbedaan itu dalam dirinya,ia lemah ia gampang menyerah dan ia selalu menyalakan dirinya sendiri atas kebahagiaan orang-orang yang ia sayangi.

"Berjuang bersama atau saling melepaskan.?" Tanya Beby lirih namun masih terdengar jelas di pendengaran Viny.

Viny menatap Beby tajam.

"Gue jauh dari dia aja udah merasa tersiksa beb,dan Loe sekarang suruh gue lepasin dia." Beby menghapus Air matanya kasar.

"Trus sampai kapan Loe nyiksa diri Loe sendiri kayak gini.?" Tanya Beby tegas,Viny mengalihkan pandangan nya ke arah lain tak ingin menatap Beby.

"Vin,inget Loe masih punya banyak orang yang sayang sama Loe,jadi please." Beby berdiri di samping Viny dan mengulurkan tangan nya.

"Loe harus berubah,klau Loe sayang dan cinta sama dia jangan biarkan dia sebebas itu,Loe juga punya hati vin." Viny menatap Beby dengan tajam menghapus air mata nya kasar.

"Gue tau Loe selama ini dekat dengan banyak mamber hingga disebut player itu hanya untuk menutupi kelemahan Loe sendiri kan,hanya untuk mengusir rasa kesepian Loe kan." Viny tetap terdiam mendengar deretan cercaan Beby terhadap nya.

"Loe bangkit vin,BANGKIT,KLAU PERLU LOE PUKUL GUE DAN LAMPIASKAN SEMUA EMOSI LOE,tapi setelah itu jadilah Viny seperti yang dulu,JANGAN BIARKAN ORANG LAIN JATUHIN LOE VIN PUKUL VIN PUKUL." Dengan kasar Beby mengangkat tangan Viny dan mengarahkan ke arah wajah nya seolah-olah ingin Viny memukul nya.

Kedua gadis itu Terisak melampiaskan emosi mereka.

"Gue sedih vin lihat Loe kayak gini gue sedih." Gumam Beby ditengah tangis nya.

"Kak Viny." Panggil seseorang dari arah belakang seketika menghentikan tangisan kedua gadis itu saat suara yang terdengar tak asing di telinga nya.

Sambil menghapus air matanya Beby dan Viny menoleh dan mendapati shani yang tengah berdiri sambil menutup mulutnya menahan tangis disana.

Perlahan Viny berdiri dari duduk nya dan kembali membersihkan sisa air mata yang ada di wajahnya.

"Sayang,kamu kok belum pulang.?" Tanya Viny seolah melupakan perdebatannya dengan Beby dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Shani menghambur kepelukan Viny saat gadis itu menghampiri dirinya dan tangisnya pun kembali pecah.

"Kak Maafin aku,,aku,,hiks,,hiks." Viny mengelus rambut shani dan ikut menangis.

"Gak perlu,kamu gk perlu minta maaf,ini bukan salah kamu." Tegas Viny meyakinkan.

Masih Terisak shani melepaskan pelukan mereka.

"Kenapa kakak cuma mikirin kebahagiaan aku Kak,kenapa??." Ucap shani di tengah isakan nya sambil memukul dada Viny dengan kedua tangan nya.

"Engk sayang aku selalu bahagia sama kamu,karna kamu sumber kebahagiaan aku." Shani menggeleng kuat dalam pelukan Viny.

"Aku udah dengar semuanya Kak aku udah denger hiks,,hiks,,aku udah denger." Tambah shani dengan suara yang semakin melemah karna lelah menangis.

"Maafin aku sayang,Maafin aku." Gumam Viny semakin mengeratkan pelukan nya pada tubuh shani.

Flassback.

Setelah latihan shani masih menatap Beby dan Viny yang hari ini terlihat saling diam,sesekali ia juga melihat Beby mencuri pandang ke arah Viny dengan tatapan khawatir.

Bukanya ia tak perduli dengan gadis kesayangan nya itu tapi berkali ia bertanya tentang keadaan Viny gadis itu selalu menjawab 'aku ngk papa kok sayang' tentunya dengan suara lembut dan senyum manis seolah ingin membuat hati shani tenang.

Ia segera meraih tas nya saat melihat Viny dan Beby mulai berjalan keluar dari pintu merah.

"Ci,cici di jemput papa ngk.?" Tanya Gracia menahan langkah nya.

"Iya ge,ini papa udah di bawah,klau gitu aku duluan ya,Bye Gracia." Jawab shani meninggal kan gracia dengan kebingungan nya.

"Aneh biasanya ngajak bareng." Heran Gracia masih menatap pintu keluar yang shani lewati.

Dengan langkah mengendap shani terus berusaha menyembunyikan dirinya mengikuti Viny dan Beby yang masih berada di depan lift.

"Kok mereka pencet tombol naik,berarti ngk pulang dong." Gumamnya pada dirinya sendiri saat melihat tombol lift yang menyala adalah tujuan ke atas.

Setelah pintu lift terbuka Viny dan Beby masuk kedalam nya,dan shani pun bergegas menuju ke arah lift untuk melihat tulisan diatas yang menampilkan tujuan Viny dan Beby.

"Rooftop." Gumam shani lagi.

Tak lama pintu lift kembali terbuka dan ia menuju ke tempat yang sama.

Sesampainya di atas ia membuka pintu itu perlahan karna takut terdengar oleh Beby dan Viny.

Saat ia sedikit mengintip ia hanya bisa melihat Beby dan Viny duduk di sebuah kursi yang sama namun keduanya tidak berbicara apapun.

"Sepertinya gue emang harus pergi beb."

Flassback off.

Lunas,,,oh ya btw itu foto di atas perjuangan nyari nya Wkwkwk,,maksudnya biar bisa bayangin wajah ketiganya saat nangis gitu.

Ngk ikut nangis kan guys,atau malah jijik Wkwkwk karna berlebihan,,apapun itu yang penting udah update,Thanks.

Chat line versi Beby part IIWhere stories live. Discover now