Yasudah kalau begitu, mari kita kedalam dan memberitahu ini pada semua orang" ajak nanda
.
.
.
.
.Dan dengan ragu ragu aku dan nanda memasuki ruangan zahra, ada rasa khawatir dalam diriku. Khawatir akan sikap zahra dalam menghadapi kenyataan ini. Entah bagaimana reaksinya, apakah dia akan senang atau dia akan marah marah dan tidak akan menerima bayi itu. Dan bagaimana jika zahra tidak menerima bayi itu dan dia lebih memilih untuk menggugurkannya, aku takut itu terjadi, dan bagaimana jika zahra langsung menusuk perutnya dengan pisau karna dia tau kalau dia mengandung anaku. Tiba tiba sebuah tangan menyentuh dan menepuk pundakku dan menyadarkan ku dari lamunan lamunan yang tidak jelas itu
"Vin, tenang aja. Saya akan bantu kamu berbicara" ucap nanda dengan memegang bahuku sebagai tanda menyemangati dan aku pun langsung mengangguk ngagguk saja, dan setelah itu kami perjalan ke arah tempat tidur zahra, dan karna menyadari keberadaanku, zahra langsung memalingkan wajahnya kelain arah. Tapi aku tetap saja berjalan kearahnya dengan tetap memandanginya tanpa henti
Dengan ragu aku memegang tangannya dan semua orang yang ada disana hanya bisa mencermati apa yang akan aku lakukan
Ragu ragu aku membuka mulut, agar bisa mengeluarkan kata "za-zahra"
"Ada apa, apa bapak sudah menandatangani surat perceraian yang saya berikan" tanya zahra tanpa mau menengok ke arah ku, dia sepertinya memang sudah sangat membenciku sekarang
Dengan ragu ragu aku mengambil surat perceraian itu dari kantong ku dan menyerahkannya pada zahra "Ini ambilah" dan dengan cepat zahra mengambil kertas itu dan membukanya dengan wajah datarnya
"Apa ini, kenapa masih belum bapak tanda tangan" tanyanya marah , dia bingung sekaligus marah saat melihat kertas itu masih kosong tanpa tanda tangan
Aku pun membalasnya dengan senyuman termanis, dan kembali meminta surat itu. Dan dengan kasar dia memberikannya lagi.
"Zahra, kamu lihat lah surat ini" ucapku sambil meninggikan surat cerai itu, dan dengan terpaksa zahra pun melihat ke arah surat itu. Dan dengan perlahan aku langsung merobek surat itu, dan membuat ekspresi zahra yang tadi datar menjadi terkejut dan marah
"Apa yang bapak lakukan, berhenti" cegahnya sambil menahan tahanku, tapi aku tetap saja merobek kertas itu sampai menjadi potongan potongan kecil
"Tidak akan ada perceraian di antara kita" ucapku
"Cukup ya pak, bapak gak bisa bersikap seperti ini. Bapak gak bisa egois" jawabnya dengan berlinang air mata
"Maaf zahra, tapi kamu pun tidak bisa egois" jawabku sambil tersenyum
"Egois? Bapak bilang saya egois. Bukan saya yang egois tapi bapak yang egois, saya hanya melakukan hal yang seharusnya memang dilakukan" sungguh air matanya itu membuatku ingin mengeluarkan air mataku juga, dan dengan cepat aku mengeluarkan satu surat lagi dan langsung memberikan itu padanya
"Lihatlah ini, dan setelah kamu melihatnya kamu boleh bicara apapun, kamu boleh berkata saya egois saya jahat atau apalah, tapi lihat lah dulu surat ini" ucapku dengan tulus, lalu zahra menatap beberapa detik surat putih itu lalu mengambilnya dan membukanya. Dan setelah dia membukanya, wajah dan ekspreainya pun berubah kembali ,
"Hamil" ucapnya tak percaya, dia terkejut. Dia syok, dia menatapku sekilas lalu beralih memeluk mamanya yang berdiri tepat disampingnya itu
"Mah, apa semua itu benar. Tidak mah semua itu pasti bohong kan" ucap zahra tak percaya, dan dengan cepat mama lina pun membuka surat itu dan membacanya. Dan setelah dia membacanya, senyumnya mengembang dengan sendirinya, lalu dia pun langsung membalas pelukan zahra itu
"Tidak sayang, semua itu benar. Dan kamu akan segera menjadi seorang ibu, sedangkan mama akan menjadi seorang nenek" ucap mama lina dengan bahagianya, akupun senang bahwa dia bahagia. Oh dan ya karna mendengar ucapan lina, papaku mamaku dan juga papa mertua ku langsung berdiri dan mereka langsung mengambil dan membaca surat itu, tapi aku tidak bisa membaca ekspresi mereka, apakah mereka bahagia atau sebaliknya
"Ta-tapi mah, kalu za-zahra hamil, zahra gak bisa bercerai dengan pak davin" ucap zahra dengan suara terbata bata akibat tangisannya itu, aku sungguh sedih mendengar ucapannya itu, itu artinya dia tidak menerima kehamilannya itu
"Tidak sayang, kamu gak boleh bersikap seperti ini. Mungkin allah memang tidak mau kalau kalian berpisah" ucap mama lina sambil mengelus kepala zahra, sungguh aku tersenyum saat mendengar ucapan mama tadi
"Iya dek, sudahlah maafkan davin. Abang tau kalo dia itu laki laki baik, sudahlah lupakan semuanya" ucap nanda
"Tapi mah, bang. Zahra gak mau kalo nantinya zahra harus membagi suami zahra dengan orang lain" suaranya kembali bersuara dan dengan tangisan yang sangat membuatku sesak melihatnya
"Jika memang itu yang harus kamu jalani, kamu harus bisa sayang. Demi anak di kandungan kamu ini" ucap mama lina dengan lembutnya
"Gak mah, zahra gak mau. Jadi lebih baik setelah zahra melahirkan bayi ini, zahra dan pak davin akan bercerai, ya begitu lebih baik" aku menggeleng cepat karna ucapan zahra tadi, tapi aku tidak bisa menjawab apapun karna posisi ku sekarang tidak memungkinkan untuk diriku membela diri
"Gak sayang, apa kamu mau jika anak kamu nanti lahir dan hidup dengan keluarga dan orang tua yang sudah tidak utuh. Apa kamu mau" tanya mama lina, dan dengan cepat zahra menggeleng, aku senang melihatnya menggeleng dengan cepat. Atau apa artinya dia membatalkan perceraikannya denganku
"Sayang, dengarkan papa. Jika memang kelak davin akan menikah lagi, kamu harus ikhlas nak. Kamu harus bisa menjalaninya, dan anggap saja kamu menjalaninya demi anakmu, dan ingat nak! Perempuan yang rela membagi suaminya dengan wanita lain pasti akan di beri tempat yang indah dengan allah di akhirat kelak" ucap papa renanda ikut serta, dan sepertinya dia menyetujui ucapan ibu mertuanya
"Tapi pah, za-zahra gak bisa" lirih zahra dengan tangisan, lagi lagi dia menangis. Kenapa dia harus menangis, dadaku ikut sesak saat melihatnya menangis
"Kamu pasti bisa, papa tau kamu wanita kuat. Demi cucu papa sayang" ucap papa renanda sambil memegang perut datar milik zahra, dan setelah itu zahra tersenyum dan menggangguk nggaguk ragu, aku senang dengan jawaban zahra itu, walaupun aku tau bahwa itu semua terpaksa dia lakukan
"Nak, maafkan kami ya. Karna kami menjodohkan kamu dengan anak kami, kamu harus menjalani semua ini" ucap mama dengan wajah menyesalnya
"Tidak ma, jangan berkata seperti itu, aku ikhlas menjalaninya, demi calon bayiku" jawab zahra sambil mengelus ngelus perut datarnya itu, di dalam hatiku aku ingin sekali merasakan mengelus ngelus perut datar yang didalamnya ada calon bayiku kelak, tapi aku masih belum berani melakukan itu, aku tidak mau nantinya zahra akan lebih marah padaku
Bersambung....
Hai hai hai..
Gimana komentar kalian,,,
Dan kira kira zahra ini sebenarnya orang yang bagaimana ya, kok dia dengan gampangnya maafin davin. Kalo author sih ya udah author tampar tampar, author dorong ke got orang kayak davin, ihh playboy sih yakan. Kalo menurut kalian gimana?? Kalo kalian jadi zahra kalian bakal ngapain?? Tulis di Komentar ya..
Oiya guys, bagi pembaca yang silder silder pada keluar dong..
Kasian nih author nungguin
Ya keluar ya, vote kek komen kek apalajadeh serah, okeeeByeee byeee