Malabar Menyimpan Kenangan

248 23 2
                                    

   "Halo Jar? Tiga hari kedepan lo ngga ada acara kan?" Senja menelepon.

   "Iya. Napa emang?"

   "Gimana kalo lo ikut kita ke puncak? Gunung Puntang,mau ngga? Itung itung jagain gue sama yang lain."

   "Mau lah. Gue kan anak alam." Jawab Fajar melalui via telepon.

   "Oke. Besok kumpul di taman komplek. Eh gue lupa, lo kan bukan anak sini. Besok lo ke rumah gue aja."

   "Siap,komandan.Misi pertama,laksanakan." Fajar bergurau mencairkan suasana.

   Malam itu Senja habiskan untuk prepare. Ribut sendiri dengan koper besarnya.

   Gea sendiri memiliki alergi terhadap dingin,atau biasa disebut cryophobia.

   Ia juga memasukkan beberapa mantel tebal dan segala sesuatu yang dapat membuatnya hangat.

   "Bawain juga mantel buat gue," Tiba-tiba Luke datang menghampiri adiknya.

   "Lah emang mau ngapain bang?"

   "Ya ikutlah. Mama nyuruh gue nemenin lo."

   Senja menepuk dahinya. "Mati lo,Ja."

                       ♧♧♧♧♧

   Mentari telah menyapa dari ufuk timur. Burung-burung telah keluar dari sarangnya mencari makan sejak tadi.

   "Ayo deh bang,lama amat.Dasar rempong!" Teriak Senja dari luar kamar Luke.

   "Iya iya sabar napa. Dasar bocil. Bawel banget jadi cewek." Balasnya tak mau kalah.

   Senja hanya menghembuskan napas kesal sembari melangkahkan kaki turun dari tangga.

   "Gue ke taman dulu bang!" Teriaknya sekali lagi pada Luke sebelum meninggalkan lantai atas.

   Senja menghampiri ibunya yang  sedang menyirami tanaman khas negeri kelahirannya,tulip.

   "Ma,Senja pamit dulu ya. Mama sama papa jaga diri baik-baik. Senja sama abang pergi dulu ya."

   "Ati-ati ya. Temen cowok kamu banyakan kan? Mama takut kalo ada apa-apa sama kamu dan yang lainnya."

   "Mama tenang aja. Selama ada aku, Senja sama temen-temennya pasti aman sentosa kok." Sahut Luke yang tiba-tiba saja sudah ada di antara mereka.

   Mereka semua tertawa. Ibunya terlihat begitu khawatir pada kedua anaknya itu.

   "Non Senja,Fajar udah nungguin di depan." Budhe Surti berteriak dari depan rumah.

   Senja dan Luke segera berpamitan dengan ibunya. Ayahnya masih terlelap.

   Tanpa banyak basa-basi lagi mereka berdua segera menaiki mobil jeep milik Luke.

   Taman komplek masih sangat sepi. Padahal biasanya sepagi ini sudah banyak anak-anak bersepeda. 

   Luke memakirkan mobilnya di area taman.

   Ternyata yang lainnya sudah stand by disana sejak tadi.

   "Hei bro! Ikut juga lo akhirnya.Skripsi apa kabar?" Sambut Hans,kakak Anne yang kebetulan adalah teman satu kampus Luke.

   "Udahlah ngga usah bahas itu.Hari ini kita seratus persen seneng-seneng. Hari ini kita free and enjoy it!" Ucap Luke memyemarakkan suasana.

   Disambut dengan sorakan bahagia dari yang lain. Mereka  bersembilan menaiki tiga buah jeep.

   Senja dan Fajar menaiki jeep milik Luke.

   "Andrean ngga lo ajak,Ja?" Luke bertanya di tengah perjalanan.

   Senja menghentikan aktivitas mengoleskan sun block di seluruh wajahnya.

   "Ngga tuh. Dia sama temennya."

   "Lagi berantem ya? Jarang amat ketemu."

   "Yee sok tau banget sih bang. Udah kayak ibu-ibu rumpi aja."

   Luke berdecak. "Betah banget Lo Jar sama adek gue. Udah rempong,bawel,galak pula."

   Fajar hanya tertawa. Tak tahu harus menanggapi apa,takut kalau nantinya Senja tersinggung.

   "Ih abang bener- bener ya," Senja mencubit pelan punggung kakaknya.

   Butuh hampir dua jam untuk mereka sampai di pelataran.

    Mereka istirahat sejenak untuk melepaskan penat.

   Disana merekatelah disambut oleh seorang tour guide yang telah dipesan sebelumnya.

   Sebelum mulai mendaki,mereka memutuskan untuk mengunjungi puing-puing dari Radio Malabar,stasiun radio terbesar di Hindia Belanda kala itu.

   "Tau nggak,katanya sering ada penampakan hantu nippon alias tentara jepang disini." Fajar yang berada di sebelah kanan Senja mencoba menakutinya.

   "Ngaco lo,mana ada."

   "Iya. Katanya kalo malem ada suara tentara lagi PBB tau nggak. Hii serem" Imbuh Felix.

   " Paan sih kalian. Kita kesini tuh bukan mau cari hantu,tapi mau belajar sejarah. Dasar halu!" Senja mendorong pundak kedua lelaki itu dan berjalan mendahului.

   Sepanjang perjalanan menuju ke puing-puing Radio Malabar,mang Ateng,tour guide mereka menceritakan sejarah tentang radio ini.

   "Kang,neng,pemancar radio ini teh didirikan pada tahun 1917 sama pemerintahan Hindia Belanda.Tujuannya mah satu,buat sarana komunikasi Indonesia sama Netherland. Pada jamannya,ini adalah pemancar radio terbesar yang pernah ada di Hindia Belanda." Jelas mang Ateng kental dengan logat sunda nya itu.

   "Dalam pembangunannya,banyak menjatuhkan korban. Kebanyakan dari orang-orang pribumi yang dipekerjakan secara paksa dan tidak diberi makan."

   Luke yang begitu memperhatikan kemudian berdecak kesal mendengarnya.

   "Pemancar radio ini selesai dibangun pada tahun 1923 dan diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada masa itu,Dirk Fock." Sambungnya lagi.

   "Radio malabar ini teh bisa dibilang pemancar radio terkuat di dunia karena dapat menyambungkan antara dua benua,yaitu Indonesia dan Belanda."

   Anne menguap. Ia paling tidak suka dengan yang namanya sejarah.

   "Tapi sayangnya pada tahun 1945-1946,tepatnya pada masa persiapan kemerdekaan Jepang juga memborbardir wilayah Radio Malabar ini.Hingga akhirnya tersisa puing-puing yang masih dapat kita lihat sampai sekarang." Mang Ateng mengakhiri ceritanya,karna mereka sudah sampai di bangunan yang sejak tadi dibicarakan.

   Memang benar,hanya puing puing yang tersisa.Namun ada sebuah bangunan yang membuat mereka semua penasaran,bentuknya seperti hati.

   "Yang seperti hati itu apa mang?" Tanya Felix pada mang Ateng.

   "Nah itu yang mau Mang Ateng ceritakeun. Dengerin ya." Ujarnya pada mereka semua.

   "Nuhun mang."

   "Yang ini namanya kolam cinta.Dulunya ini adalah kolam,namanya pun disesuaikan dengan bentuknya yang seperti hati." Mang Ateng melanjutkan ceritanya.

   "Kalian tahu tidak,kalo kolam cinta ini terkenal sampai ke Netherland karena keindahannya. Ujung dari kolam cinta ini pun menunjuk langsung ke negara Netherland."

   "Oiya mang,mitosnya kalo mandi di kolam ini bisa cepet dapet jodoh ya?" Tanya Hans penasaran.

   "Iya. Tapi sayang sekali sekarang kolamnya udah ngga ada cai-nya, udah kosong." Terang Mang Ateng bagai perpustakaan berjalan.

   Setelah mendengar semua sejarah dari bangunan yang ada disini,mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum mulai mendaki.

Buat temen-temen readers yang uda pernah ke tempat ini,boleh dong bagi cerita sama author❤❤

Next pasti bakal lebih seru.Fajar dan Senja bakal bikin kalian baper tingkat dewa! Stay tune ya!


Aku Jarak dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang