Anyelir Dua Warna

129 16 9
                                    

Hari ini adalah hari pertama ujian sekolah bagi para siswa tingkat akhir di SMA Garuda Bhakti.

Tentu saja hari ini hingga ujian selesai adalah hari libur bagi kelas 11 dan 12.

Pagi ini Senja sengaja bangun agak telat. Ia baru bangun ketika Budhe Surti membawakannya teh hangat.

"Non ini tehnya ya. Anak perawan teh ngga baik bangun kesiangan."

Senja yang sebenarnya mendengar perkataan Budhe Surti kembali meneruskan tidur indahnya.

Namun nihil. Sekalinya terbangun ia tidak akan bisa kembali terlelap lagi.
Ia segera beranjak bangun dari temoat tidurnya lalu meminum teh hangat.

"Morning world..." Celetuk Senja dengan suara bangun tidurnya yang agak parau.

Ia kemudian menuju ke jendela kamarnya dan membuka tirai. Suasana Bandung pagi ini sangat sejuk. Sangat kontras dengan rumah Senja yang notabene dikelilingi pohon pinus dan beberapa pohon rindang lainnya.

Ia memandangi pemandangan dari lantai atas rumahnya. Terlihat menawan sekali.

"Ini mah Bandung rasa New Zealand atuh." Celetuknya.

Seseorang mengetuk pintu kamar.

"Iya masuk ajaa." Teriak Senja.

"Non ditungguin Anne dibawah daritadi. Disuruh cepetan turun."

"Oh oke budhe. Senja turun sekarang."

Budhe Surti lalu mengambil gelas teh yang telah kosong lalu membawanya keluar.

Sedangkan Senja dengan kaki malasnya segera menuruni tangga.
Sesampainya di bawah ia melihat sahabatnya itu tengah berbaring di sofa ruang tengah.

"Serasa rumah sendiri ya bund. Nih kuaci." Celetuk Senja sembari menyodorkan kuaci diatas meja.

"Hehe ngaca deh bund. Lo kalo di rumah gue juga kayak tuan putri."

"Idih parahan lo kali. Ngapain lo pagi-pagi buta nyamperin gue?" Balas Senja.

"Pagi pagi buta mata lo. Liat noh mataharinya udah panas bego. Emang lo tuh yang kebo dari sononya."

Senja mencubit lengan Anne. Kali ini agak keras karena Anne menjerit kesakitan.

"Gini nih gue ngundang anak-anak buat main disini." Jelas Anne dengan muka tak berdosa.

"HAH SERIUSAN LO? KENAPA NGGA NGASIH TAU GUE DULU ANJ*NG!INI KAN RUMAH GUEEE."

Anne masih berkutat dengan kuaci nya dan menghiraukan teriakan Senja.

"Last time kan udah di cafe gue jadi kali ini rumah lo lah yang jadi korban."

"Dih Anne lo kenapa nggak bilang dari kemarin. Dah lah males. Gue mau siap-siap dulu." Ucap Senja sembari melangkah menuju ke kamarnya.

Tak sampai dua detik melangkah,ia membalikkan badannya. "Fajar ikut?"

Anne mengangguk.

Senja lalu melanjutkan perjalanannya lagi.

"Zea juga." Ucap Anne.

Senja sontak membalikkan badannya lagi. Mendapati Anne dengan pose peace di depannya. Ia bergegas menghampiri Anne yang sudah memasang kuda-kuda sejak tadi.

"Gue jambak lo ya!" Senja mengambil bantal lalu melemparkannya pada sahabatnya yang begitu sompral itu.

"Ampun neng jagoooo." Teriak Anne memohon.

Senja segera mengakhiri pertengkarannya mengingat jam menunjukkan pukul 10 pagi. Ia harus bersiap-siap menyambut yang lain.

Kali ini ia segera menuju kamarnya tanpa babibu lagi.
                              ○●●●●●●○

Aku Jarak dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang