Sesakit Ini

118 10 0
                                    

Suasana bumi perkemahan malam ini benar-benar mencekam. Semua murid khawatir akan kondisi Senja. Hingga saat ini pun ia belum sadar dari pingsannya.

Seperti seharusnya,Fajar masih berada di samping sahabatnya.

"Jar,lo beneran nggak mau makan?" Ucap Zea yang muncul dari balik tenda.

"Nggak usah Ze,gue nggak laper. Buat lo aja."

Zea menatap tubuh Fajar dari belakang. Mengerti berapa tulus kasih sayangnya pada Senja.

Zea pun khawatir,karena sejak pagi tadi Fajar belum makan apa-apa.

"Gue taruh sini ya. Kali aja lo mau makan." Zea menaruh roti yang ia beli untuk Fajar. Lalu beranjak pergi meninggalkan tenda kecil itu.

"J-jar gue takut." Tangan lemah Senja menggapai perlahan ke arah lelaki di sampingnya.

Senja telah sadarkan diri.

"Iya,Senja. Gue ada disini kok." Fajar membelai lembut rambut Senja.

Rambutnya agak kusut karena hujan tadi.

"Gue bego banget ya? Seharusnya gue bareng sama lo." Zaf memukul kepalanya pelan.

Senja menggeleng. "Nggak apa-apa kok. Lagian Zea butuh lo juga."

Atmosfer di antara mereka begitu hangat. Layaknya dua sahabat yang yak ingin dipisahkan.

"Jar,"Senja memanggil pelan. "Lo emang bego kan dari sononya."

Fajar tersenyum. Teduh sekali. Menatap mata senja yang terlihat rapuh.

"Lo mau gue anter pulang aja?" Fajar menanggapi.

"Nggak usah. Kata orang,kalo kita belum kemah berarti masa SMA kita belum lengkap."

"Beneran lo masih kuat?"

Senja mengangguk. Lalu Fajar mengambil roti yang diberikan Zea tadi.

"Nih,makan."

Senja dengan sigap mengambil roti tersebut. Ia memang lapar sekali. Tak terhitung berapa lama ia harus menahan lapar ketika di hutan tadi.

Fajar mengamati Senja yang makan begitu lahap. Terselip senyum kecil di sudut bibirnya.

Sepersekian menit kemudian,roti itu telah berpindah tempat di perut ramping Senja.

"Danau yuk. Gue pengen keluar." Pinta Senja.

Fajar membantu Senja bangun,menggandengnya menuju keluar tenda.

Danau memang terlihat gelap,namun Senja suka dengan suasananya. Sunyi dan menenangkan.

Begitupun dengan Fajar,ia terlihat menikmati pemandangan danau malam ini.

Dan bukannya memandangi danau,Senja mengamati sosok lelaki yang ada di sampingnya.

Entah mengapa,ia merasakan sesuatu yang begitu aneh di dalam hatinya. Rasa yang sudah lama tak ia rasakan.

Perasaan tak suka jika Zea berada di dekat Fajar. Dan perasaan aman ketika Fajar ada di sampingnya.

Yang Lukas katakan benar. Persahabatan antara laki-laki dan perempuan tidak akan berakhir kecuali ada cinta di antara mereka.

Dan Senja sadari,ia telah jatuh cinta pada Fajar. Sahabatnya sendiri.

"Gue suka sama dia? Hah,nggak mungkin." Senja menggerutu pelan.

Fajar menoleh. "Hah?"

"Nggak kok. Bagus ya danaunya." Senja mengalihkan pembicaraan.

Senja merasa jika otak dan hatinya sedang tidak sinkron sekarang.

Aku Jarak dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang