Sendu Senja

54 7 0
                                    

"Masuk gih,gue liatin. Takutnya lo ada yang ngikutin."

"Nyebelin deh. Gue masuk dulu kak." Senja segera turun dari motor dan segera memasuki rumahnya.

Langit mulai gelap. Tak sia-sia Senja menumpang Vino kali ini. Kalau saja tadi ia tak meng-iyakan ajakan Vino tadi,entah bagaimana nasibnya sekarang.

"Budhe,anterin jeruk anget ke kamar Senja ya." Ucap Senja pada Budhe Surti yang sedang santai menonton televisi.

"Siap non!"

Ponsel Senja berdering. 20 panggilan yang ditolak.

"Halo?"

"Lo tadi kemana?!"

Suara Fajar terdengar nyaring di telepon.

"G-gue tadi ke kelas kok. Trus tiba-tiba mama telepon gue suruh balik."

"Bohong. Gue udah cari lo di kelas tadi,dan lo nggak ada disana!"

Tak ada jawaban dari Senja.

"Ja,gue gini karena gue khawatir sama lo."

"Abisnya lo bentak gue sih."

"Lo kemana tadi,Senja?"

"Gue pulang bareng kak Vino."

Terdengar desahan Fajar dari seberang telepon.

"Kenapa nggak bilang sama gue?? Gue kan bisa nganterin lo."

"Gue kira lo balik bareng Zea." Senja takut-takut menjawab pertanyaan Fajar.

"Siapa bilang?"

Untuk kali kedua Senja tidak menjawab lagi.

"Lo bisa luangin waktu nggak? Kita ketemuan di kafe dekat rumah lo." Pinta Fajar.

"Iya,tungguin."

"Nggak usah buru-buru,santaj aja." Ucap Fajar.

Panggilan berakhir dan Senja masih mematung di tempat tidurnya. Mendengar bahwa Fajar mengkhawatirkannya sudah cukup membuat hatinya sumringah lagi.

Senyum kecil terbit di pipi merahnya. Mood nya kini kembali baik lagi.

"Non ini jeruk angetnya."

"Masuk aja budhe."

Setelah mengetok pintu Budhe Surti segera menaruh segelas jeruk hangat pesanan Senja di meja.

"Bang Lucas udah pulang budhe?"

"Udah non. Den Lucas teh ada di taman belakang kayaknya."

"Oke. Senja turun ya."

"E-eh jeruk angetnya non?"

"Nanti aja budhee!!" Teriak Senja dari tangga dasar.

"Abang!" Senja menepuk

"Ngagetin aja bocil. Kenapa lo?"

Senja mengambil kursi di depan Lucas. Menariknya ke samping kursi yang diduduki kakaknya itu.

"Bang kayaknya yang lo omongin bener deh."

Tanpa basa basi Senja langsung mengatakan tujuan utamanya menemui Lucas. Tentang ucapan Lucas tempo hari kepadanya.

"Omongan gue yang mana? Kan gue ngomong sama lo setiap hari."

"Iih abang,yang tentang persahabatan antara cowok sama cewek."

"Oh yang itu." Lucas hanya mengangguk. "Lo suka sama Fajar? Beneran lo?!"

"Jangan keras-keras dong,nanti mama papa denger." Senja menutup mulut Lucas dengan kedua tangan mungilnya.

"Ciee Senja. Ngga nyangka secepat itu lo move on dari Andrean."

"Yaelah bang,perasaan kan ngga bisa diatur." Celetuk Senja.

"Dih puitis amat lo.Trus gimana? Lo bilang ke dia ngga?"

Senja berdecak keras.

"Cari mati dong kalo gue nembak dia. Lagian dia uda ada rasa sama vewek lain" Senja memalingkan muka ke samping.

"Siapa Ja?" Lucas mulai berbicara serius lalu mendekatkan tubuhnya ke arah adiknya.

"Zea bang,sahabatnya Fajar sejak SMP. Udah deket banget kayaknya. Gue bisa apa dong kalo kayak gitu." Kini Senja menundukkan kepalanya ke bawah,terlihat begitu lesu.

"Aelah sejak kapan adek gue nyerah gitu aja? Kata lo perasaan ngga bisa diatur,jadi sama dong rumusnya,siapa tau suatu saat Fajar suka balik sama lo. Perasaan manusi kan ngga ada yang tau."

"Bener juga bang tapi kemungkinan dia suka balik sama gue tuh cuma 0.0001 persen bang. Sisanya buat Zea. Lagian dia cuma nganggep gue sahabat doang nggak lebih."

"Buset dah,tolol amat adek gue. Zea dulu kan juga sahabatan sama si Fajar. Itu artinya,ngga menutup kemungkinan dong kalau Fajar bisa aja suka balik sama lo."

Mata Senja berbinar. Baru saja ia menyadari hal ini. "Lah iya bang,bego banget dah gua."

"Iya emang bego." Saut Lucas sembari menoyor kepala Senja.

"Yaudah deh,princess mau pergi dulu, Bye abangnya Senja tersayang!" Senja segera berlari kecil menaiki tangga.

Lucas hanya berdecak kecil lalu kembali ke kamarnya.

Tak butuh waktu lama bagi Senja untuk bersiap diri. Ia hanya butuh make up untuk dipoleskan di wajah pucatnya.

Sedangkan Fajar,sudah sedari tadi ia mengobrol dengan Lucas di lantai bawah. Mereka terlihat seperti teman lama yang sedang mengobrol.

Senja segera memakai sweater berbahan polyester miliknya yang begitu hangat,mengingat malam ini terasa begitu dingin.

Ia segera menuruni tangga. Dan meneriaki nama Fajar dari atas.

"Udah dateng aja lo." Ujar Senja.

"Ya iyalah emang lo,dandan aja udah kaya Ayu Ting-Ting mau konser." Balas Fajar.

Senja hanya memutar bola mata menanggapinya.

Fajar segera berpamitan dengan Lucas dan menggandeng tangan Senja menuju keluar rumah.

"Dih dingin amat tangan lo." Tanpa Fajar sadari,pipi Senja sudah memerah sejak tadi.

"Paan si,tangan gue emang gini kali." Jawab Senja

Setelah sampai,Fajar segera mengambik sesuatu di jok motornya.

"Sini gue pakein." Fajar menarik lembut tangan Senja. Lalu ia memakainkan jaket pada wanita itu secara perlahan.

Senja hanya diam dibuatnya. Malam ini memang tak seperti biasanya. Langit pun terlihat mendung dan terasa sangat dingin.

"Gih naik." Ajak Fajar.

Mereka berdua kini dalam perjalanan menuju cafe yang bisa dibilang cukup jauh dari rumah Senja.

Bahkan langit pun paham dengan sendu milik Senja.
Bagaimana bisa lelaki di depannya ini tidak kunjung mengerti dengan rasa itu?

Hai guys akhirnya author update cerita lagi
Setelah sekian lama berkutat dengan online class,alhamdulillah author bisa mulai bikin cerita lagi
Stay tune ya sama kelanjutan cerita,oiya jangan lupa support author dengan cara vote cerita ini!
Salam hangat,luv ya!

Aku Jarak dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang