Ketika Semua Berakhir

102 11 0
                                    

Senja terbangun. Kepalanya masih sangat pusing sekarang. Tapi matanya memaksakan untuk melihat sekitarnya.

Ia dapat melihat seseorang tidur di sofa yang ada di samping kasurnya. Ia yakin jika orang itu adalah Fajar. Ia mencoba turun dari kasurnya,dengan tubuh yang agak tergopoh-gopoh.

"Fajar?" Senja lalu duduk di kursi kecil dekat sofa.

Senja dengan hati-hati menyibakkan rambut kecil yang menutupi rambut Fajar. Tubuhnya berkeringat sekarang,mengingat AC kamarnya yang mati.

Hingga ia menyadari luka lebam yang ada di tangan sahabatnya itu.

Bocah ini kenapa lagi dah,batin Senja.

Senja beranjak turun ke lantai bawah untuk mengambil obat merah dan segala antek-anteknya.

"Senja,lo uda sadar?" Luke yang baru saja menyelesaikan kegiatan mandi paginya segera menghampiri.

"Ya abang liat sendiri dong."

"Santai dong. Lo kan baru aja sadar,ngapain pake jalan-jalan? Mau thawaf lo?" Gurau Luke.

Senja tak menjawab,ia segera mengambil kotak P3K diatas lemari.

"Oh,mau ngobatin Fajar ya? Ati-ati,ntar jadi demen lo."

Senja menabok lengan kakaknya. "Sembarangan aja kalo ngomong. Usah ah gue mau balik lagi. Dah abang."

"Buset tuh anak,kalo nabok udah kaya palu-nya Thor. Serem amat adek gue." Luke bergurau pelan.

Senja menutup pintu kamarnya pelan agar Fajar tidak bangun.

Ia segera mengobati tangan Fajar dengan obat merah lalu membalutnya dengan perban.

Senja cukup handal dalam masalah ini. Mengingat dia adalah anggota PMR dulu.

"Berguna juga ekskul gue." Gurau Senja.

Jari Fajar bergerak menggeliat keatas.

"E-eh jangan gerak dulu itu perbannya belum selesai!"

Fajar yang baru saja bangun kini matanya bersitatap manis dengan cewek yang ada di sebelahnya.

Senja yang salah tingkah segera menarik paksa tangan Fajar. Tarikan kasarnya itu sukses membuat Fajar mengaduh kesakitan.

"Lo abis ngapain sih? Bisa lebam kayak gini?" Tanya Senja.

Fajar berdecak kesal.

"Seharusnya yang tanya tuh gue,lo kenapa sampe pingsan gitu?"

Fajar memang sudah menduga apa masalahnya,tapi ia ingin mendengar langsung dari Senja.

Senja tak menjawab. Matanya terlihat masih sembab sekali.

Fajar meraih tangan Senja. Tak peduli dengan tangannya yang sedang sakit.

"Gue harap lo udah putus sama dia setelah kejadian ini. Gue udah muak sama muka dia."

Senja terhenyak. "Darimana lo tau? Kan lo ngga ada disana."

"Ngeliat lo sampe pingsan begini,ngga ada lagi yang gue salahin selain Andrean."

Senja mengangguk maklum,sahabatnya ini memang tahu semua tentangnya.

"Gue udah putus sama dia kok." Senja menimpali.

"Gue cuma minta satu. Kasihan sama hati lo,ngerasain sakit terus-terusan. Mulai sekarang jangan nerima cowok yang ngelakuin lo seenaknya." Fajar menasehati.

"Siap pak komandan! Ntar kalo ada yang nyakitin gue,kan ada lo." Senja tersenyum manja.

Fajar membalasnya teduh.

"Makasih udah mau nengokin gue ya." Sambung Senja.

Fajar hanya mengangguk lalu berpamitan pulang pada Senja.

Akhirnya setelah sekian lama hiatus,author bisa balik lagi bikin cerita. Yeyy:))

Dan pas aku liat viewersnya,ternyata uda 1,13K dong! How happy i am!

Terimakasih banyak buat kalian yang selalu mantengin,like, apalagi nambahin cerita ini ke reading list kalian.

Itu yang ngebuat author makin semangat ngelanjutin ceritanya.

Jangan lupa pantengin cerita selanjutnya dan jangan lupa stay safe dari virus corona:))



Aku Jarak dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang