Kakak Kelas 2

59 5 3
                                    

"Bengong aja lo neng." Celetuk Anne.

Mereka berdua sedang di kantin sekarang.

"Ngeliatin apasih?" Anne lalu mengikuti pandangan mata Senja. Ternyata ia memandangi Zea sedari tadi.

Anne segera duduk di bangku seberang Senja. Menghalangi pandangannya pada Zea.

"Udah nih abisin baksonya. Keburu dingin." Anne menyodorkan semangkok bakso.

"Darimana aje lo. Gue cariin daritadi ngga ketemu." Tanya Senja.

"Tadi bu widya manggil suruh bantuin bawa buku ke kelas sebelah. Mana bukunya segaban lagi."

Senja kemudian tertawa renyah menanggapinya. Anne yang merasa ada yang aneh dengan sahabatnya ini segera bertanya.

"Kenapa lagi si Fajar?"

"Ngga ada apa-apa kok. Cuma lagi bingung aja sama hati gue. Kemarin gue udah janji sama diri gue sendiri buat pasrahin semua sama Tuhan. Tapi entah kenapa sekarang gue ngerasa kosong banget."

"Nah itu namanya hidayah tolol. Itu artinya Tuhan nyuruh lo buat perjuangin lagi. Percaya deh,hasil yang bakal lo dapet tuh pasti setimpal sama perjuangan lo."

Senja kini menatap sahabatnya. "Emang bener?"

"Iya percaya deh sama gue. Bertahan dikit lagi lo pasti bakal dapetin itu semua."

Senja hanya mengangguk paham. Lalu segera berkutat lagi dengan baksonya.

Suapan pertama.

Suapan kedua.

Tiba-tiba matanya tertuju pada Fajar yang menuju ke arahnya. Ia sangat bersemangat untuk menyapa sahabatnya itu. Tapi untuk kedua kalinya,Fajar tidak mengarah padanya.

Namun kepada Zea.

"Kebiasaan deh gue." Ucap Senja sembari memukul pelan kepalanya sendiri.

"Kenapa lo?" Anne segera menoleh ke belakang lalu paham apa yang terjadi.

"Udah yuk balik kelas. Udah mau masuk nih." Ajak Senja.

"T-tapi bakso lo masih banyak Ja. Yakin lo ngga mau habisin?"

"Ck udah deh biarin. Ayo cepetan."

Mereka berdua kini berada di depan deretan kelas sepuluh. Sedari tadi Senja hanya diam menatap ke lapangan.

"Ja gue ngga suka ya liat muka lo cemberut gitu. Jelek banget dah sumpah." Celoteh Anne.

"Paan si."

"Idih judes amat neng. Sini deh gue gandeng."

Senyum simpul terbit di sudut bibir Senja. Kontras dengan matanya yang sendu.

"Ja!" Teriak Fajar sembari memegang bahu Senja.

"Nah kan kebiasaan dah lo ngagetin gue." Ucap Senja kesal.

Fajar tertawa terbahak-bahak. "Abis lo gue panggil dari tadi ngga denger sih. Yaudah gue teriak aja."

Anne seakan paham dengan situasi segera menjauh dari mereka berdua menuju ke kelas.

"Oiya lo masih inget Vino ngga?" Tanya Fajar.

"Iya,kenapa emang?"

"Gapapa. Cuma mastiin doang."

"Aneh."

"Lo tuh yang aneh. Kaga peka-peka dari dulu."

Senja mencerna kalimat yang baru saja dilontarkan Fajar.

Aku Jarak dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang