Titik Rapuh

179 20 1
                                    

   Pagi ini Andrean menjemput Senja. Tapi bukan rasa spesial yang gadis itu rasakan,melainkan rasa getir tentang Fajar yang mencampakkannya tanpa alasan.

   Sepanjang perjalanan Andrean mencoba menghibur kekasihnya,namun Senja masih saja terlihat murung. Begitu terus hingga sampai ke sekolah.

   "Woi! Bengong aja deh lo!" Lixa dan El menghampiri Senja yang sedang melamun di depan kelas.

   Tentu saja ia kaget karena mereka.

   "Tau ngga,katanya ada yang berantem di lapangan belakang." El tiba-tiba berbicara panik.

   "Siapa?" Tanya Senja kemudian.

   "Ngga tau,gue aja baru liat dari grup sekolah. Coba deh yuk kesana."

   Entah kenapa perasaan Senja menjadi benar-benar kacau. Biasanya ia acuh dengan hal semacam ini,tapi kali ini hatinya sendiri yang meminta.

   Benar saja,di lapangan belakang sudah ramai sekali siswa-siswi yang ingin menyaksikan. Tentunya tanpa sepengetahuan guru.

   Dengan gesit El menyelinap dari kerumunan siswa yang lain hingga kami berada di paling depan.

   Deg!

   Kali ini jantung Senja sudah benar-benar melorot ke bawah.

   "Andre! Fajar!" Tanpa pikir panjang ia segera berlari ke tengah lapangan.
Tepatnya berlari pada kedua orang yang kini sudah babak belur.

   Senja masih bisa mendengar Lixa dan El meneriakinya yang kini tengah berlari.

   Senja mencoba melerai mereka dengan sekuat tenaga. Tapi tangan Andre menyeretnya ke belakang untuk berlindung di punggung kekarnya.

   "Lo mundur,Ja! Ini urusan gue sama bedebah satu ini!" Dengan gesit Andrean melayangkan tinju pada Fajar,begitu pula sebaliknya.

   Tapi Senja tak bisa membiarkan dua orang yang ia sayang beradu tangan.

   Senja yang masih berada di belakang punggung Andrean segera memeluknya. Dengan maksud agar ia menghentikan emosinya itu.

   "Andrean,udah! Gue bilang udah!" Senja berteriak lantang.

   Setelah sepersekian detik akhirnya Andrean menghentikan gerakan tangannya dan membalikkan badannya ke arah Senja.

   Masih dapat Senja lihat dengan jelas wajah Fajar yang babak belur dibawa pergi oleh temannya yang lain.

   Andrean menangkup wajah Senja yang mulai basah oleh air mata. Ia hanya menunduk,menangisi apa yang tidak dia ketahui.

   Andrean memeluk gadisnya itu. Mencoba memberikan kenyamanan yang sudah lama tak ia berikan.

   "Maaf,Ja. Ini semua buat lo." Ucapnya.

   "Buat gue? Kenapa?" Senja mencoba melepaskan pelukan Andrean padanya.

   "Gue-gue ngga mau lo pergi." Andrean menjawab dengan suara yang agak parau.

   "Jadi karna gue lo nyakitin Fajar? Biar gimana-pun dia sahabat gue,Ndre!" Senja memukul dada bidang Andrean beberapa kali.

   Andrean kembali mendekap Senja,namun wanita itu mencoba melepasnya. Ia benar-benar tak tahu harus memihak pada siapa kali ini.

   Akhirnya Senja membawa Andrean ke ruang UKS. Mencoba mengobati luka lebam di wajah lelah pacarnya itu.

   Sementara Senja mengobati luka yang ada di wajah Andrean,lelaki itu sedari tadi menatap dalam matanya.

   "Dia sahabat gue,dan dia ngga punya perasaan apapun sama gue." Ucap Senja mencoba memecah hening.

Aku Jarak dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang