Rubah Licik-2

151 14 0
                                    

    "Udah siap? Hari ini hari pertama ujian kita loh." Ajak Andrean yang sedari pagi tadi sudah menjemput Senja.

   Memang benar,hari ini adalah hari pertama ujian akhir semester di SMA Garuda Bhakti. Senja yang tadi malam begadang,hari ini bangun telat lagi. Mungkin jika tak dijemput Andrean, ia sudah pasti belum bangun sampai saat ini.

   Senja keluar dari pintu rumahnya. Ia memakai cardigan warna maroon untuk hari ini. Dia mengepang rambutnya menjadi dua.

   "Maaf ya,abis gue begadang sih tadi malem." Setelah itu ia segera membuka pintu mobil Andrean.

   Jika bersama Andrean ia tak berani menghidupkan musik. Karena Andrean sendiri tidak suka yang namanya musik. Kecuali ketika menembaknya dulu di depan kelas.

   "Udah belajar,Ndre?" Tanyanya memecah hening.

   "Segiat apapun gue belajar pasti tetep pinteran lo kok." Jawabnya.

   Senja hanya senyum menanggapinya.

   Sejak SD Andrean memang satu sekolah dengan Senja. Maka tak ayal jika ia telah mengetahui kemampuan belajar Senja. Meskipun pemalas Senja tetap memperhatikan pelajarannya. Sehingga sudah biasa jika ia mendapat peringkat satu di kelasnya.

   Senja yang merasa mengantuk akhirnya mengajak bicara pacarnya itu. "Kemarin sabtu ada acara OSIS ya?"

   "Ng-iya iya. A-ada acara OSIS kemarin. K-kenapa?" Entah mengapa kali ini Andrean menjawabnya dengan gugup.

   "Nggak,tumben aja kemarin ngga nganter gue pulang. Jadi OSIS sibuk banget ya?"

   "I-iya Ja. Sibuk." Benar-benar ada yang aneh dengan Andrean. Namun Senja sendiri tak menghiraukannya.

   Tak terasa sudah terlihat pintu gerbang besar di depan. Para guru berada di sana untuk menyambut kedatangan murid,tak seperti biasanya.

   "Ndre,gue turun sini aja. Ngga enak diliatin guru."

   Kemudian Senja turun dari mobil dan berjalan menuju gerbang.

   "Fajar!" Di tengah perjalanan ia melihat Fajar.

   Fajar tak mendengarnya. Akhirnya Senja pun berlari.

   Namun tak disangka,Karen telah terlebih dulu menghampiri sahabatnya tersebut.

   Ada rasa kecewa di hati Senja. Sebenarnya ia akan memberikan buku catatan Fajar yang tertinggal kemarin.

   Sepanjang perjalanan ia hanya mengamati mereka berdua. Tentu saja sedikit mengendap-endap agar mereka tak tahu. Karen dan Fajar terlihat begitu dekat sekarang. Tak seperti dulu,Fajar selalu mengacuhkan Karen.

   Senja masuk kelas setelah Fajar dan Karen lebih dulu masuk. Tentu saja tanpa sepengetahuan keduanya.

   "Kok Fajar jalannya bareng sama Karen? Udah gila ya dia? Biasanya dia males banget deh kalo diganjenin sama Karen." Anne teman sebangku Senja segera menyambutnya dengan pertanyaan menohok.

   Senja menghela napas pelan. "Fajar ngga tau kalo ada gue di belakangnya. Maklum aja lah."

   Anne menepuk pipi Senja dua kali. "Hah? Maklum kata lo? Ngga salah nih?"

   "Udahlah Anne. Gue lagi ngga mau bahas itu. Gue mau fokus ujian sekarang." Senja mengakhiri pembicaraan dan segera mengambil buku pelajarannya.

   Tanpa Senja ketahui,sebenarnya Fajar akan menghampiri ke mejanya. Namun siapa sangka,Karen terlebih dulu menahannya.

   Hari ini ujian telah selesai. Tidak ada masalah dalam ujian Senja kali ini. Hanya saja hari ini Andrean tak menjemputnya.

   Ia benar-benar bingung setengah mati bagaimana untuk pulang. Ia akhirnya meminta bantuan Fajar yang masih berada di kelas.

   "Andrean ngga bisa nganter,Jar. Gue bareng ya?" Pinta Senja padanya setelah ia sampai di depan meja Fajar.

   "Jar,makan yuk." Sebelum Fajar sempat menjawab,Karen terlebih dulu menyahutnya.

   "Em,makan aja Jar. Gue bisa naik angkot kok." Ujar Senja.

   "Ngga. Gue nganter lo. Lagian kan lo dulu yang minta." Jawab Fajar yang membuat hati Senja lega. Fajar tau kalau Senja tidak berani jika mengangkot sendiri.

   Senja mengucap salam pada Karen. Tapi sebaliknya,Karen malah menatap Senja dingin.

   Senja agak ngeri dengan tatapan Karen tadi. Dan sudah dipastikan kalau Karen sakit hati.

   Fajar dan Senja pun segera pergi dari kelas. Tentu saja meninggalkan Karen sendirian.

   "Ja,kok bengong sih?" Tanya Fajar sembari melambai-lambaikan tangannya di depan Fajar.

   "Hah siapa yang bengong. Ngga kok." Balas Senja sembari membuang muka.

   Tiba-tiba Senja teringat sesuatu. "Oiya. Nih." Ia memberikan buku catatan Fajar yang tertinggal kemarin.

   "Kok bisa di lo?"

   "Chandra yang minjem. Dan kemarin ketinggalan di caffe. Sekalian aja deh tue bawain."

   "Oo gitu. Makasih ya btw."

   Mereka sudah sampai di parkiran. Tak sengaja Senja melihat Andrean yang sedang terburu-buru.

   "Eh ada Andrean. Kok buru buru amat ya." Ujar Senja sembari menunjukkan tangannya ke arah tangga tempat Andrean lewat tadi.

   "Ah paling gara-gara OSIS. Uda yuk pulang." Ajak Fajar mengakhiri obrolan mereka.

   Mereka berdua segera menaiki motor besar milik Fajar.

   Saat melewati jalanan sepi,Senja bertanya.

   "Jar,gue tanya ya."

   Fajar hanya mengangguk dan tetap fokus mengendarai motornya.

   "Lo..udah baikan sama Andrean kan?" Sebenarnya sudah lama Senja ingin menanyakan sejak kejadian itu,tapi baru kali ini ia sanggup.

   "Ngga sepenuhnya sih. Gue udah maafin dia. Dia ngga gubris waktu gue sapa."

   Senja tak menggubrisnya. Entah kenapa ia menjadi begitu kesal dengan sikap Andrean.

   Sesampainya di rumah ia dengan segera menelepon Andrean.

   "Halo. Ndre,gue mau ngomong."

   "Iya. Apa?"

   "Lo masih marah sama Fajar?"

   "Hem" Lantas Andrean berdeham.

   "Lo kenapa sih? Lagian kan dia udah berusaha buat damai. Kenapa lo nggak?"

   "Ya karena gue ngga suka aja sama dia."

   "Tapi seenggaknya kan lo minta maaf sama dia,meskipun ngga suka."

   Andrean tak menjawab.

   "Atau gue ngga mau ketemu lo lagi."

   "Hh iya deh. Gue minta maaf sama dia kapan-kapan."

   "Ngga ada kapan-kapan. Besok lo harus minta maaf,gimanapun caranya.

   Bip bip bip bip..

   Senja memmutus sambungan. Setelahnya ia segera mengambil buku pelajaran dan belajar. Hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini untuk melupakan masalah.

  

  

  

Aku Jarak dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang