Zea Alfrenda

105 10 0
                                    

Hari ini Pak Asep yang mengantar Senja sekolah. Ia sengaja tak ingin ada yang menjemputnya hari ini.

Liburan akhir semester sudah selesai dan ini adalah hari pertama tahun pelajaran baru.

Persetan dengan masalah beberapa waktu lalu,Senja memilih melupakan semuanya,seakan tak pernah terjadi.

Oke Senja,ini hari pertama lo. Lo harus ngelupain kejadian yang kemarin dan ngelupain cowok ga guna itu,batin Senja.

Gerbang sekolah masih terbuka lebar,bahkan satpam pun belum datang untuk menjaga.

"Gila sepi banget." Gerutu Senja.

Setibanya di ujung koridor,ia melihat Karen dan Andrean yang duduk di bangku panjang.

Andrean menyadarinya,ia memanggil Senja." Ja! Tungguin gue!!"

Senja tak ingin seperti sebelumnya,ia tetap melangkahkan kakinya dan menatap lurus kedepan. Pura-pura tak mendengarnya.

Andrean menangkap tangan Senja.

Senja meredam emosinya,lalu melepaskan tangan Andrean dengan tenang. Ia kembali berjalan.

"Senja gue minta maaf. Gue nggak ber-"

"Udah deh Ndre. Mending lu urusin aja si Karen. Lagian gue juga udah ngga ada rasa sama lo. Udah cukup gue mertahanin toxic relationship kita."

"Tapi gue masih sayang sama lo." Andrean mengelak.

"Udah basi. Gue nggak mau lagi nerima  cowok yang cuma dateng seenaknya di hidup gue. Gue pergi dulu."

Senja melangkah pergi meninggalkan Andrean yang entah tulus atau tidak meminta maaf.

Senja mengatur napasnya. "Uda gila ya tuh cowok. Ngga ada malunya sama sekali. Untung aja jurus katak terbang gue nggak keluar,bisa berabe nanti."

Kelas Fisika-2 masih sangat sepi. Senja menaruh tasnya di meja dan segera duduk di kursinya.

Hingga cowok yang dirindukannya selama liburan tiba.

"Fajaaarr!! Gue kangen sama loo!!"

Senja mencubit pipi tirus milik sahabatnya itu.

Fajar hanya pasrah dengan perlakuan Senja. Selama itu dapat membuatnya tersenyum.

"Maklum Ja,cogan mah banyak yang ngangenin." Celoteh Fajar.

Senja menghentikan aksi mencubitnya itu. Ia telah membuat Fajar over proud.

"Ck dasar kepedean lo."

Jam 07.15 WIB.

"Ada bu dian woii!!" Chandra membuat seisi kelas ricuh menempati tempat duduk mereka.

Kali ini bu Dian tidak seperti biasanya,ia membawa perempuan yang tampak asing.

"Murid baru ya?" Anne berbisik pada Senja.

Senja hanya mengedikkan bahu,tak tahu.

Cantik banget,batin Senja.

"Anak-anak hari ini ada murid baru yang akan menempati kelas kita. Dia orang Bandung asli,silahkan perkenalkan diri,nak." Ucap Bu Dian.

"Halo semuanya. Namaku Zea Alfrenda,kalo kalian mau panggil aja Zea. Aku pindahan dari SMA Dharma Bangsa." Murid itu memperkenalkan diri.

Basa basi sedikit lalu Zea segera menempati tempat duduk yang kosong di depan. Tepat di belakang bangku Fajar.

Krinngg!!

"Bakso Mang Dede yuk,Lix. Laper banget nih gue." Tanpa menunggu persetujuan Lixa,Senja menggandeng tangannya menuju kantin.

"Main sosor aja lu,Ja." Celetuk Lixa.

"Btw,Zea cantik banget deh. Jadi ngiri gue."

"Yaelah Lix ,namanya aja perempuan,ya pasti cantik lah." Senja menoyor kepala sahabatnya itu.

"Mang, bakso pedes dua ya! Ngga pake lama oke." Pinta Lixa pada Mang Dede

"Siaap!!" Mang Dede menimpali.

Sembari menunggu pesanan mereka datang,Lixa bercerita pada Senja mengenai lelaki yang diidamkannya akhir-akhir ini.

Namun perhatian Senja tidak tertuju pada Lixa,melainkan pada meja di seberangnya.

Terlihat Fajar dan Zea sedang makan berdua di kantin sebelah.

Senja berpikir sejenak,merasa familiar  dengan nama itu. Seperti pernah mendengar tapi tak tahu dimana "Oh! Itu Zea yang diceritain Fajar bukan sih? Jangan-jangan itu emang dia."

Sepanjang memakan bakso,Senja hanya memikirkan tentang cinta pertama sahabat lelakinya itu.

Senja dan Lixa kembalk ke kelas setelah mendengar bel masuk.

Pelajaran hari ini tidak terlalu melelahkan. Namun memikirkan tentang Zea,Senja semakin ingin tahu tentangnya.

"Senja!"

Senja menoleh ke belakang,mendapati Fajar berdiri melambaikan tangannya-dengan Zea di sebelahnya.

Dengan langkah tenang ia melangkahkan kakinya menuju Fajar.

Fajar terlihat tersenyum lebar tidak seperti biasanya.

"Senja,kenalin ini Zea. Zea,ini Senja." Ucap Fajar.

Senja lantas mengulurkan tangannya dengan gadis di depannya.

Mereka kini berjalan beriringan menuju tempat parkir sekolah.

"Dia yang gue ceritain waktu itu. Dia pindah karena pekerjaan orang tuanya." Fajar mencairkan suasana yang begitu kikuk.

Senja hanya mengangguk paham. Ia sudah tau tentang cewek ini. Bahkan tentang perasaan Fajar padanya.

Beberapa percakapan singkat lagi lalu mereka sampai di parkiran.

"Ze,lo bareng Fajar aja. Gue bisa naik angkot kok. Lagian rumah gue deket kok." Senja menawarkan.

"Lo nggak papa kan? Yakin?" Tanya Zea.

"Iya. Kalian ati-ati ya." Senja lalu meninggalkan parkiran tersebut.

Fajar yang sudah menaiki motornya menghampiri Zea. "Loh Senja dimana?"

"Dia balik. Katanya mau naik angkot." Jawab Zea.

Ada sedikit rasa getir di hati Fajar. Selama ini ia tak pernah membiarkan Senja pulang sendirian. Tapi ia juga harus mengantarkan Zea pulang,mengingat Zea lebih dulu mengenalnya.

Dengan langkah pelan Senja menaiki angkutan umum jurusan rumahnya. Rasanya sudah lama sekali ia tak menaiki kendaraan ini.

Hawa dingin menusuk kulit putih milik Senja. Sekarang hampir malam,ia mengerjakan tugas tadi.

Sesampainya di kamar,ia segera merebahkan diri di kasur kesayangannya,lantas memeluk boneka Teddy Bear besar pemberian ayahnya.

Isi di otaknya tidak berhenti memikirkan Zea. Melihat tatapan Fajar pada Zea tadi,ia dapat melihat betapa besar cintanya.

Entah mengapa hatinya sedikit sesak sekarang. Dan ia tak tahu mengapa.

Tanpa melepas seragamnya,Senja terelelap dalam tidurnya.

Buat yang suka ceritanya,kasih vote nya dong. Biar author makin semangat ngelanjutin ceritanya.
Selamat membaca:))






Aku Jarak dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang