Sedang Tidak Baik-Baik Saja

57 8 2
                                    

Sesampainya di cafe,Fajar segera memilihkan tempat duduk untuk mereka berdua. Sebuah tempat di pojok ruangan dan beesebelahan dengan jendela.

"Gue pesenin dulu ya,lo tunggu." Ujar Fahar. Ia segera melangkah lebar menuju meja pesanan. Malam ini cafe terlihat cukup ramai. Live music turut meramaikan suasana.

Tapi tidak dengan hati Senja. Ia merasa sangat kosong di keramaian. Selalu merasa ada bagian yang hilang di lubuk hatinya.

Ia memalingkan muka ke jendela. Menatap gerimis hujan yang mulai turun satu persatu. Melihat sepasang remaja yang berteduh dari hujan.

Senja kini memejamkan matanya. Mendengarkan alunan rintik hujan yang menyatu dengan musik di sekitarnya.

"Ngantuk lo?" Fajar berhasil mengejutkan Senja.

"Ck selalu deh lo ngagetin gue." Senja kembali memalingkan mukanya ke jendela.

"Senja." Tak seperti biasanya,Fajar memanggil gadis itu dengan nama depannya.

Senja menoleh. "Hah?" Matanya melingkar sempurna. Indah sekali.

"Lo tadi kenapa? Boong banget kalo mama lo tadi nelpon."

Senja berdecak kecil. "Ngga percaya yaudah. Kan emang kenyataannya gitu."

"Lo kenapa sih? Beda banget akhir-akhir ini?"

"Jar serius deh gue ngga kenapa napa. Gue kayak biasanya aja kok. Suer deh."

"Oke deh gue percaya. Gue ingetin sekali lagi ya. Lo tuh sahabat gue,jadi kalo lo lagi ada masalah,plis banget cerita sama gue."

"Iya iya. Bawel banget sih jadi cowok. Udah ah gue laper,ambilin gih makanannya hehe."

"Etdah emang bener-bener ya lo kudanil." Fajar segera melangkah mengambil pesanan yang sudah siap sejak tadi.

Sepersekian detik kemudian Senja menghela napas panjang. Butuh banuak tenaga untuk pura pura tegar.

Tak butuh waktu lama pula untuk Fajar mengambil pesanan mereka berdua.

Senja yang begitu lapar segera meraih pesanan itu.

"Pelan pelan atuh makannya. Keselek ntar gue juga yang repot."

Senja tak menghiraukan perkataan sahabatnya itu. Ia segera melanjutkan makan ramyeon favoritnya itu.

Mereka berdua kini larut dalam dunia mereka masing masing. Makanan. Wajar saja,mereka tidak sempat makan sepulang sekolah tadi.

"Kenyang banget gue. Gila porsinya banyak banget." Celetuk Senja. Ia kini memegang perutnya yang begitu kenyang.

Fajar hanya tersenyum simpul memandang wajah Senja yang penuh dengan saos ramyeon.

Ia lalu meraih tisu dan mengusap lembut pada sudut bibir milik sahabatnya itu.

Seperti biasa Senja dibuat salah tingkah karenanya.

"Siniin tisunya,gue bisa sendiri." Senja meraih tisu yang ada di genggaman Fajar lalu mengusapnya sendiri.

"Gila lu ye. Udah siniin biar gue aja."

Setelah pembicaraan ringan mereka segera beranjak pergi.

"Jangan lupa pake lagi jaketnya."

"Iya bawel."

Mereka kini melanjutkan perjalanan mereka. Namun Senja merasa aneh karena mereka tidak menuju ke rumah. Karena malas bertanya,Senja hanya diam saja.

Ia kini menyandarkan kepalanya pada pundak lebar milik Fajar. Sedetik kemudian tangan kiri meraih pelan rambut Senja. Mengelusnya perlahan.

Senja merasa sangat nyaman sekarang. Hangat sekali meskipun dingin sedang menusuk tulang.

Mereka sudah sampai. Fajar membawanya ke taman kota. Lalu segera menggandeng Senja menuju bangku taman.

"Ja lihat deh bintang yang disana. Kasian ya sendirian."

"Iya. Tapi dia kelihatan indah sendirian."

"Lo tau ngga,ada kalanya gue ngerasa kaya bintang itu. Selalu ngerasa sendiri. Dan gue nggak pernah tau alasannya. Tapi entah kenapa pas gue lagi bareng sama lo,rasanya tuh rame banget. Seakan gue gabakal ngerasa sendirian lagi."

Senja menatap Fajar teduh.

"Gue harap lo tetep disini ya Ja,jadi sahabat baik gue. Gue ngerasa indah banget kalo sama lo."

Senja hanya mengangguk perlahan. Tidak menjawab sama sekali.

Tak terasa gerimis mulai turun lagi. Membasahi Kota Bandung malam ini. Mereka berdua segera berteduh di salah satu pohon yang cukup rindang.

"Nih pake hoodie gue." Fajar melepas hoodie yang dipakainya. Menyisakan kaos hitam miliknya yang cukup tipis.

"Lah lo ntar kedinginan gimana?"

"Udah pake aja. Sini deh gue pakein. Dasar manja."

Kini Senja telah memakai hoodie dan jaket milik sahabatnya. "Buset dah gue udah kayak ke kutub aja. Ini ketebelan tau."

"Udah deh diem. Lagian lo imut kayak gitu." Fajar tertawa kecil sembari mencubit pipi Senja.

Fajar meraih earpod dari saku celananya. Kemudian memilih lagu sendu milik Fiersa Besari kesukaannya.

Tanpa perintah ia segera memasangkan salah satu earpod ke telinga Senja.

Irama lagu berputar sejalan dengan rintik hujan. Lengkap sudah nuansa sendu yang Senja rasakan malam ini.

Namun sendu kali ini berbeda. Kali ini ia merasa sangat teduh berada di samping lelaki yang ia kagumi selama ini.

Ia menyenderkan kepalanya di bahu Fajar. Dengan sigap Fajar pun segera meraih rambut gadis mungil itu.

Malam ini berakhir cukup indah bagi Senja. Meskipun hatinya sedang tidak baik baik saja.

Ia selalu meminta agar perasaannya terbalas. Namun kini ia sadar bahwa perasaan seseorang tak bisa diatur layaknya buih di lautan.

Kini ia menyerahkan semua pada Tuhan,maha yang membolak balikkan hati manusia."

Tuhan,jika dia memang baik bagiku tolong dekatkanlah
Namun jika dia tidak baik untukku maka jauhkanlah,batin Senja

Kini gerimis mulai mereda. Mereka sedang dalam perjalanan pulang.

"Hoodie nya buat lo aja. Gue punya banyak kok di rumah." Ujar Senja.

"Yey baju baru hehe."

"Gue cabut dulu ya Ja. Jangan lupa cuci kaki ya abis itu buru tidur jangan begadang!"

"Astaga iyaa,bawel banget deh jadi cowok. Lo juga,hati hati pulang ke rumahnya."

"Siap kudanil! Eh tuan putri!"

Dengan cekatan Senja segera memukul helm milik Fajar. Sukses membuat lelaki itu meng-aduh kesakitan.

Setelah Fajar menghilang dari pandangan Senja,ia segera mendekap dan mencium hoodie milik sahabatnya itu. Aroma khas milik Fajar masih menempel di pakaian itu.

"Budhe,yang ini jangan dicuci ya. Digantung aja di lemari Senja." Senja segera menyodorkan hoodie itu lalu segera merebahkan diri di kasur.

Ia kini menatap langit langit kamar sembari tersenyum salah tingkah.



Aku Jarak dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang