Hari Rabu, ketika Anneth dan Deven sedang latihan, tiba-tiba saja Anneth duduk di ujung panggung dan merenungkan sesuatu.
"Anneth." Deven datang menghampiri Anneth dan duduk di sebelah gadis itu.
"Kamu kenapa lagi tiba-tiba merenung gitu?"tanya Deven
Anneth menatap wajah Deven sekejap, sebelum ia menjawab pertanyaan lelaki itu.
"Gapapa kok, Dev."
"Aku cuman ngerasa sedih aja karena IIJ bentar lagi selesai." balas Anneth dengan wajah murungnya.
"Kamu sedih pasti mau pisah sama aku ya?" goda Deven sembari mengangkat kedua alisnya beberapa kali.
"Bukan sama kamu aja."
"Aku sedih karena nanti bakal berpisah sama temen-temen lain di sini, kakak-kakak crewnya, dan para coach kita."
"Tapi kamu paling ga mau pisah sama aku kann?"goda dirinya.
"Devennn ih kebiasaan."ucapku.
Deven tertawa ketika melihat Anneth dengan wajah sebalnya.
"Jalani aja dulu selagi masih bareng, Neth. " balas Deven
"Kalau mau nangis, mending nanti aja waktu mau pisah."
"Sekarang kan kita masih perlu berjuang di IIJ, masih ada waktu kita bareng-bareng kok."
"Ya, nangisnya nanti ya?"
Anneth mengangguk, Deven mengusap puncak kepala Anneth.
"Ya udah yu kita lanjut latihan." Ajaknya.
Anneth mengangguk, gadis itu kemudian mengikuti Deven untuk kembali latihan.
**
Hari penentuan masuk grandfinal akhirnya tiba. Di hari itu, banyak kesenangan sekaligus kesedihan yang melanda Anneth dan Deven.
Pertama, mari kita ceritakan mengenai duet mereka berdua.
Duet dimulai dengan teriakkan fans yang tidak ada hentinya. Senandung suara Anneth dan Deven bersatu padu, menenangkan hati orang-orang yang mendengarnya.
Seluruh mata menatap kedua sejoli itu dengan senyuman, mereka merasa salah tingkah sendiri ketika Anneth dan Deven bertatapan dengan sangat dalam.Teriakkan penonton pecah ketika Deven dan Anneth bertukar posisi, namun mereka berdua tidak berhenti bertatapan. Sejujurnya Anneth di atas panggung merasakan salah tingkah, namun dirinya tetap harus profesional dan membuang jauh-jauh perasaan tersebut.
Penampilan tersebut berakhir dengan standing ovation yang diberikan salah satu juri. Penampilan mereka cukup memuaskan bagi mereka, tak ada penyesalan yang mereka tinggalkan.
Result tiba. Mereka berempat begitu tegang dan saling menguatkan satu sama lain.
Minggu ini, yang pergi meninggalkan karantina adalah Gogo. Sahabat baik Deven saat di karantina. Kini tiba saatnya giliran Deven yang menangisi kepergian kawannya. Lelaki itu terpukul dengan kepergian Gogo, dia pikir Gogo akan menemani dia masuk grandfinal, tapi nyatanya tidak.
Anneth menghampiri Deven dan duduk di samping lelaki itu.
"Hey, Deven."
Melihat Anneth datang, Deven segera menyeka air mata yang mengalir di pipinya itu.
"Kan kamu sendiri yang bilang, jangan nangisin teman yang udah pulang, karena nanti bakalan reuni kan Dev."
"Kamu sendiri yang bilang, ga boleh nangis karena perjalanan kita masih panjang, iya kan?"
"Kamu sendiri yang bilang, kalau nangis itu ga bagus buat suara kita, kan?"
Deven menatap Anneth
"Kita semua bakalan kumpul lagi di grandfinal, Dev. Jangan nangisin Gogo, dia cuman pergi seminggu. Minggu depan dia balik lagi."
"Kita tinggal selangkah lagi, Dev. Jangan nangis dong, klepon strong!"ucap Anneth sambil tersenyum.
Deven membalas senyuman Anneth itu dan berkata "Makasih banyak ya, Neth."
Anneth mengangguk, gadis itu kemudian menatap ke arah jalanan yang penuh dengan orang berlalu lalang. Dirinya tak sadar bahwa lelaki di sampingnya terus menerus menatapnya.
"Ih, kamu kenapa liatin aku kaya gitu?" Tanya Anneth ketika ia sadar Deven menatapnya terus menerus.
"Gapapa, aku cuman mikir, emang kamu doang yang paling bisa bikin aku senyum lagi setelah keluargaku." ucap Deven
Anneth membalas dengan senyuman manisnya dan kemudian berkata
"Kamu juga, Dev. Kalau di karantina ini, emang cuman kamu yang bisa bikin aku senyum lagi."
"Kamu juga ven,kalau dikarantina ini kadang cuman kamu yang bisa bikin aku senyum."ucapku.
"Pacaran aja ga sih kita?" tanya Deven tiba-tiba
"Eh?"
Anneth tiba-tiba saja diserang oleh rasa malu, gadis itu menjawab pertanyaan Deven dengan terbata-bata.
"K-kan kamu sendiri yang bilang, n-nunggu cukup u-umur."
"Eh iya juga, maaf ya Neth, khilaf."
Anneth menggaruk pipi kanannya yang tak gatal, begitupun Deven. Mereka berdua sama-sama sadar bahwa mereka sedang salah tingkah. Sampai akhirnya Deven kembali membuka topik baru.
"Neth pernah kebayang ga sih kita bisa sampe tahap ini berdua? Kaya mimpi gitu."ucapnya
"Ya sama, Dev. Aku juga ga percaya, ditambah aku lebih deket sama kamu gini."ucap Anneth.
"Bener-bener ga kebayang kalau kita pisah kaya gimana."ucapnya
"Yagitulahh."ucap Anneth.
"Bakal aneh banget hidup ku, biasanya tiap siang liat kamu, berbulan bulan sama kamu, wah ga kebayang sih hidup aku kalau ga ada kamu."ucapnya.
"Aku di rumah bakalan nyanyi 'hampa terasa hidup ku tanpa dirimu' "ucapnya sambil tertawa.
"Apasihh"ucap Anneth ikut tertawa juga.
"Terus dilanjut 'apakah disana kau rindukan aku seperti diriku yang selalu merindukan mu' tiap hari galau kaya nya aku."ucapnya.
"Kamu nyanyi itu terus lama lama berubah jadi Gogo." Ucap Anneth sambil tertawa.
"Iya juga ya."ucapnya sambil tertawa.
"Eh tapi bener, aku bakal bertanya-tanya kamu rindu aku atau engga kaya aku rindu kamu."ucapnya lagi.
"Justru aku yg harusnya nanya, aku sih rindu pastinya gatau kamu. Biasanya kan cowok yang paling susah dipercaya kalau masalah 'rindu.' "Ucap Anneth.
"Aku pastinya sih rindu. Tapi, kamu jangan terlalu rindu ya."ucap Deven
"Kenapa?"tanya Anneth
"Kan kata Dilan juga jangan rindu berat, kamu gaakan kuat biar aku saja."ucapnya.
"Ini kalau Deven yg ngomong jadi Dilan 1990 atau Deven 2018 nih."ucap Anneth
"Dilan 1990 lah orang kata-kata punya dia bukan punya aku."ucapnya.
"Kalau kata-kata punya kamu apa?"tanya Anneth
"Apa yaaa?"ucapnya bingung.
"Oh iya, biarkan aku susul kamu ke kota kamu sambil berenang."ucapnya lagi.
"Apasi Ven, ga nyambung asli."ucap Anneth sambil tertawa.
"Emang ga nyambung sihh."ucapnya sambil tertawa.
"Lagian aku gabisa bikin kata-kata gitu, aku bukan Dilan, aku ini Deven."ucapnya.
"Ah udah lah bahasannya, makin kesini makin kesana." Ucap Anneth
"Yaudah balik ke coach aja yuk?"
"Ayo."
Mereka berdua pun kemudian kembali ke ruang latihan, tempat di mana coachnya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love (TAMAT)
Fanfiction(Cerita ini tidak sesuai fakta, ada beberapa bagian yang sama dengan kehidupan nyata Anneth dan Deven namun tidak sama persis.) Ini adalah kisah cinta dua orang remaja yang saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Ajang pencarian bakat membuat ked...