"Adanya perbedaan bukan berarti tidak bisa bersahabat, terkadang dari perbedaan itu persahabatan akan terjalin dengan sangat indah"
* * *
Bel pulang sekolah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Rangga, Floris, Revan dan Aletta baru saja keluar kelas, karena kelas mereka baru saja menyelesaikan ulangan harian bahasa Indonesia, sehingga sedikit terlambat keluar kelas. Keempatnya pun beranjak menuju parkiran, masih terlihat sangat ramai penghuni sekolah, ada sebagian menunggu jemputan, menunggu angkot dan ada juga yang masih sibuk dengan kegiatan osis, dan ekskul sekolah.
Sesampai mereka di parkiran, terlihat Stella sedang berjalan menuju gerbang sekolah dan sebuah mobil hitam telah menunggu sejak tadi. Rangga kemudian mencoba memanggilnya dan kemudian menghampirinya. Namun, Stella yang berjalan bersama Lavina tidak menggubris panggilan Rangga tersebut. Dia tetap berjalan tanpa menoleh sedikitpun, tapi dia memang mendengar panggilan itu, namun Stella berpura-pura tidak mendengarnya karena dia tahu bahwa bodigat papanya telah menunggu di depan sekolah, dia tidak ingin membuat Rangga bermasalah.
"Stel, Stel, Rangga manggil lo tuh," Lavina memberitahu Stella.
"Biarin aja Lav, gue gak mau ketemu dia, lo liat kan di depan kita siapa," jelas Stella. Dia terus saja berjalan.
"Tapi kan kasian Stel," ujar Lavina.
"Dia udah ngerti kok Lav, gue udah jelasin semuanya ke dia," jawab Stella.
Sesampainya di mobil, ternyata papanya ada di dalam mobil tersebut. Stella dan Lavina langsung naik di bangku tengah. Dia memberi senyum hangat untuk papanya, sekalipun hatinya tidak sehangat senyum itu.
"Ga, gue minta maaf, gue harap lo bisa jauhin gue secepatnya, jika lo ingin liat gue tenang," batinnya.
"Sekolahnya gimana hari ini, anak itu sudah tidak menggangu lagi kan?" tanya Wibowo seketika, papa Stella.
"Baik-baik aja kok Pa," jawab Stella singkat.
"Fokus belajar! Jangan pacaran! Jadi juara kelas!" seru Wibowo.
"Iya Pa, Stella ngerti," jawab Stella.
Mobilnya pun berjalan meninggalkan sekolah, Lavina tidak tahu harus berkata apa, dia hanya dia sepanjang perjalanan, dia sangat prihatin dengan hidup Stella. Sekalipun dia memiliki segala yang orang lain tidak punya, tapi hidupnya tidak sebahagia teman-teman yang lainnya. Mungkin jika harus bertukar posisi dengan Stella, Lavina tidak akan sanggup menjalani kehidupan yang serba aturan yang ketat.
Wajah Rangga sedikit lesu, hatinya mungkin sakit diperlakukan seperti itu oleh Stella, tapi dia ingat apa yang Stella katakan di perpustakaan tadi, membuatnya harus kuat menjalani hari-hari tanpa Stella lagi seperti biasanya.
"Lo sabar ya Ga, cewek emang kayak gitu, pinter banget bikin hati kita rusak," ketus Revan. Seperti biasanya, kata-kata yang diucapin selalu membuat Aletta merasa tersindir.
"Maksud lo apaan, lo nyindir gue," Aletta mulai emosi.
"Yang nyindir lo siapa? Gak usah baper deh, gue bicara sama Rangga, bukan sama lo," tegas Revan menghadap wajahnya ke Aletta yang sedikit lebih pendek dari Revan.
"Lo bilang cewek, dan Gue cewek, ya jelas-jelas gue ngerasa disindir," seru Aletta kesal.
"Uda deh ta, kayak anak kecil aja. Berantemnya nanti dilanjut lewat telpon aja ya, gue pusing dengerin kalian ngoceh gak jelas," ucap Floris membuat keduanya tenang.
"Huuuuuu." ucap Aletta memelet lidahnya. Revan hanya diam memperhatikan tingkah Aletta. Dia memang sangat menyukai perdebatan dengan Aletta, sekalipun pada akhirnya dia memang selalu mengalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Bad Boy & Beautiful Ketos
Teen FictionHigh School Series #2 ~ ~ ~ ~ Siapa yang tidak mengenal ketua osis cantik, tegas dan populer di SMA Taruna, namanya Floris Diandra. Hidupnya selalu terusik dengan kehadiran cowok bad boy sekaligus playboy bernama Joshua Bramesta. Dalam kamus hidupny...