30. Rain And You

650 19 3
                                    

Tentang hujan hari ini, kamu adalah sesuatu yang lain dari apa yang ku pikirkan. Sekalipun aku belum memahaminya

~ ~ ~ ~

Bel pulang telah berbunyi sejak lima menit yang lalu, Joshua masih di parkiran sekolah. Ia tidak sendirian melainkan bersama Nathan. Ia merencanakan sesuatu dengan Nathan, terlihat diskusi mereka cukup serius.

"Nat, gue mau lo bantuin gue sekarang!" ucapnya seraya mengunyah permen karet yang belum habis rasa manisnya.

"Apa yang bisa gue lakuin buat lo?"

"Sesuatu," jawabnya.

"Iya apaan?" tanya Nathan.

Joshua kemudian membisikan rencananya ke telinga Nathan. Ia hanya tidak ingin orang lain mengetahuinya.

"Yaelah, kalo itu sih gampang. Tapi gue punya syarat!" seru Nathan.

"Pake syarat lagi! Sama sahabat juga. Iya apa syaratnya?" tanya Joshua penasaran.

"Emm. Sekarang lo kan temenan tuh sama Stella. Nah kesempatan banget nih buat lo bantuin gue deket sama sahabatnya Stella," jelasnya.

"Lavina? Joshua terkejut. Kemudian melanjutkan perkataannya,"Serius lo suka sama Lavina?" tanya Joshua lagi sambil tersenyum mengejek.

"Lah! Emang napa? Ada yang salah?"

"Nat, gue tahu lo, lo cowok playboy yang suka mainin hati cewek. Dan Lavina cewek polos yang baik hati. Menurut gue, lo salah orang deh Nat," ujar Joshua untuk menyadarkan Nathan dari keinginannya untuk dekat dengan Lavina.

"Iya gue tahu, tapi gak selamanya kan gue bakal jadi playboy yang cuma bisa mainin hati cewek. Gue juga pengen mencintai dan dicintai dengan tulus oleh seseorang. Gue udah suka sama Lavina sejak dulu, tapi gue gak berani deket," jelas Nathan menyampaikan curahan hatinya.

"Gue pribadi, sebagai sahabat baik lo, gue sih setuju-setuju aja jika lo suka Lavina. Karena dia baik, polos, dan pinter. Gue cuma gak mau cewek sebaik dia lo sia-siain nanti, kasian Nat," ujar Joshua. Ia berusaha untuk membuat Nathan paham supaya dia bisa bersikap serius dengan satu wanita.

"Kali ini gue serius Joe, gue emang sering banget matahin hati cewek, tapi soal perasaan gue sama Lavina bener-bener serius, gak sebercanda itu Joe. Lo bisa percaya sama gue, pliss bantuin gue!" pinta Nathan memelas.

"Oke, gue tahu lo emang baik. Gue percaya sama lo, tapi tolong Nat! Gue minta tolong banget, jangan sakitin Lavina, lo janji sama gue ya!"

"Iya Joe. Kali ini gue gak bercanda soal hati gue. Makasih banget ya. Oke kita jalankan rencana lo sebentar lagi. Good luck!" ucap Nathan dan beranjak meninggalkan Joshua di parkiran.

Nathan lega karena telah menyampaikan keinginannya kepada Joshua. Ia memang menyukai Lavina sejak dulu, tapi dia tidak berani menyatakan hal itu, ia merasa belum pantas untuk Lavina yang sempurna dalam segi apapun. Sekalipun Lavina berasal dari keluarga yang sederhana, tidak seperti kebanyakan cewek yang ia kenal. Tapi, hal itulah yang membuat Nathan tertarik dan mengabaikan perasaannya terhadap cewek manapun yang ada di sekolahnya.

* * *

Floris masih rapat di ruang osis. Tiga puluh menit telah berlalu, rapat sebentar lagi selesai. Ia sedikit kecewa dengan semua pengurus yang hadir pada rapat ini. Ia berusaha untuk bersikap bijak dan memberikan nasihat kepada rekan-rekannya dalam menghadapi acara perpisahan sekolah nanti.

"Hari ini, saya sedikit kecewa dengan kinerja semua pengurus. Semua permintaan saya dua minggu yang lalu belum memberikan laporannya ke saya. INGAT! Waktu kita tidak banyak lagi, jadi tolong maksimalkan kegiatan ini dan bekerja dengan semangat. Kepala sekolah sudah sangat sering mempertanyakan kesiapan kita. Terutama dari seksi acara, laporan masih belum siap, padahal banyak yang harus kita lakukan untuk membuat perpisahan sekolah tahun ini berbeda dan lebih heboh dari sebelumnya," jelasnya sebelum menutup rapat hari ini. Dia tidak memperlihatkan wajah marah ataupun kesal, tapi ia selalu memotivasi rekan-rekannya untuk bisa menyelesaikan tugas masing-masing tepat waktu.

Cool Bad Boy & Beautiful KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang