"Tak ada bahagia yang pura-pura, karena setiap hati punya alasan untuk terluka"
* * *
Acara Stella pun selesai, Stella harus pulang dengan Joshua sementara Floris dengan Rangga. Dari dalam mobilnya, Joshua melirik Floris yang sedang bersama Rangga dan Stella di depan mobil Rangga.
"Thanks ya Flo, hati-hati di jalan," ucap Stella.
"Iya Stel," jawab Floris dengan senyum hangat terlukis di wajah cantiknya.
"Sayang, jangan ngebut-ngebut ya. Pelan-pelan aja, asal sampai," ucapnya lagi. Kali ini ia begitu memperhatikan Rangga, terutama keselamatan dan kebaikan kekasihnya. Berbeda dengan Floris, ia terlihat risih mendengar panggilan "sayang" dari Stella. Tepatnya ia cemburu.
"Pasti, jangan khawatir, yaudah gue balik dulu, see you," jawab Rangga dan mengajak Floris beranjak.
"See you, bye, bye," ujar Stella melambaikan tangan kepada Rangga dan Floris yang sedang membuka pintu mobilnya. Rangga hanya memberi senyum menyambut lambaian itu. Tidak bisa dipungkiri, perasaannya sangat bahagia malam ini sekalipun sempat kecewa dengan kehadiran Joshua. Tapi dia tidak ingin merusak kebahagiaan Stella di malam bahagianya itu.
Stella pun kembali dan berjalan menuju mobil Joshua yang sudah menunggunya di depan cafe. Sesampainya di dalam mobil, ia langsung meledeki sahabatnya yang sudah mulai dekat dengan Floris.
"Ehm, Floris kayaknya udah mulai jatuh nih sama kharismatik sang idola sekolah," ejeknya kepada Joshua yang tengah melihat mobil Rangga yang mulai meninggalkan cafe.
"Sorry, lo bilang apa? Gue gak denger," ucap Joshua meminta Stella mengulangi ucapan yang barusan diucapkan.
"Iyahhhh, lo Joe. Omongan gue dikacangin, parah lo!" seru Stella.
"Bukan ngacangin, Lah lo ngomongnya saat gue lagi fokus liatin calon istri gue," ucapnya dengan penuh percaya diri.
"Idiihhh, lagu'nya ya mentang-mentang udah deket. Bawa-bawa istri ya, masih bocah tau gak," ejeknya lagi.
"Iya biarin, kali aja beneran. Namanya juga usaha," jawab Joshua penuh dengan keceriaan. Ia tak peduli permusuhannya dengan Rangga tidak pernah selesai. Dia hanya memikirkan hatinya yang tengah bahagia bersama Floris yang sekarang, sikap Floris yang sudah berubah 180 derajat kepadanya.
"Serah lo deh Joe, berarti tugas gue dah beres ya. Sekarang giliran lo buat yakinin Floris bahwa lo benar-benar menyukainya. Mumpung nih ya, hati floris masih kosong, buruan!" ucap Stella menyemangati sahabatnya. Ia sangat berharap Floris mau menerima Joshua yang begitu mencintainya
"Gitu dong, tuh baru namanya sahabat yang baik, selalu mendukung sahabatnya yang sedang berjuang," ujar Joshua. Ia turut memberi apresiasi kepada Stella yang telah ikut berjuang menyatukannya dengan Floris, meskipun hingga sekarang belum ada hasil yang jelas. Setidaknya, Joshua sudah mendapatkan lampu hijau dari Floris. Baginya, dekat dengan Floris sudah merupakan hal paling berharga dalam hidupnya.
"Iya, sama-sama. Tuh gunanya sahabat, gue selalu berharap lo sama Rangga bisa akur. Apapun caranya, gue bakal lakuin untuk membuat kalian akur. Oke!" seru Stella.
"Pacar lo itu keras kepala, susah akurnya," jawab Joshua.
"Gue tahu, tapi sekeras apapun Rangga, akan luluh dengan sebuah kebaikan. Lo ingat gak, gimana bekunya Floris dengan lo, tapi sekarang dia mencair dengan sebuah kebaikanmu kepadanya. Bener kan?" ujar Stella mencoba meyakinkan Joshua tentang misinya itu.
"So?" tanya Joshua melirik Stella.
"Do it! Jadilah sahabat buatnya, jika memang itu harus kamu lakukan," saran Stella ke Joshua.
"Caranya?"
"Gampang, gue yang atur semuanya. Percaya sama gue," ujar Stella.
"Oke! Bagaimana dengan Nathan?"
"Its so easy Joe, kan ada Lavina. Jadi Nathan pasti akan menuruti permintaan Lavina," jawabnya.
"Semudah itu?"
"Cinta akan mengubah banyak hal dari seseorang, dan Nathan pasti akan menuruti permintaan Lavina, lagi pula gak ada pihak yang dirugikan juga, Iya kan?"
"Iya juga sih, oke! Oke! Setuju," ucapnya.
"Gitu dong," ucap Stella.
"Rumah lo udah sampai, turun!" seru Joshua meminta Stella turun dari mobilnya. Ia sering bersika sadis seperti itu, sekalipun Stella tahu itu hanya candaan.
"Sadis amat sih, gak mampir dulu?" pintanya.
"Next time ya Stel, salam sama om. Gue cabut dulu, see you," ucap Joshua dan beranjak dari rumah Stella.
"See you," jawabnya.
* * *
Di tengah perjalanan pulang, Rangga dan Floris masih diam membisu tanpa ada yang ingin memulai percakapan. Floris masih kecewa dengan sikap Rangga kepada Joshua di cafe tadi, sisi lain iya masih memendam rasa cemburunya selama acara tadi. Tapi Rangga merasa tidak nyaman jika terus mendiami Floris yang membisu. Ia pun berinisiatif menyapa dan membuka pembicaraan.
"Flo!" sapanya.
"Iya," jawab Floris membalikkan wajahnya melihat Rangga. Sejak tadi ia hanya melihat jalanan dari balik kaca mobilnya.
"Gue minta maaf dengan sikap gue tadi yang egois," ucapnya.
"Gak apa-apa, gue gak marah," ujar Floris.
"Terus napa lo diem?" tanya Rangga. Floris ingin menjawab bahwa dia cemburu, hatinya sakit, perasaannya terluka. Tapi semua itu hanya bisa disimpan dalam hatinya. Ia tidak mungkin mengatakan hal itu, ia memilih diam.
"Gak kenapa-napa Ga," jawabnya singkat. Ingin rasanya ia juga menjawab jika dia menyayangi Rangga. Tapi tidak mungkin melakukan itu, hal itu akan membuat hubungan persahabatannya dengan Rangga rusak, bahkan hancur.
"Wajah lo lesu, gak seceria tadi pas datang? Bahkan gue gak liat senyum saat lo sama Joe tadi, ada apa? Cerita sama gue Flo!" pinta Rangga. Floris tetap bersih kukuh untuk tidak mengatakan yang sebenarnya. Wajar saja Floris seperti itu, rahasianya tidak ingin diketahui Rangga saat ini. Apapun alasannya, belum waktunya Rangga tahu tentang hatinya saat ini.
"Gue baik-baik aja Ga, serius, gue gak kenapa-napa," jawab Floris. Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumahnya. "Tuh udah sampai, makasih ya Ga malam ini udah ajak gue di anniversary lo sama Stella. Gue bahagia, gue seneng liat lo seneng. Semoga hubungan lo sama Stella tetap baik, tetap akur dan tetap bahagia," ujar Floris dengan senyum indah terpampang di wajahnya yang menyimpan rasa cemburu itu. Senyum indah yang menutupi perasaan luka di hatinya. Tapi apa yang bisa dia lakukan saat ini, hanya berdoa dan terlihat baik-baik saja setiap kali melihat Rangga dan Stella bersama.
"Yaudah, selamat istirahat, selamat tidur ya Flo," ucapnya. Sebuah kalimat yang setiap malam ia ucapkan untuk Floris sebelum tidur.
"Bye, bye Rangga,"
"Bye," ucapnya seraya memasukan mobilnya ke garasi. Tatapan keduanya pun terputus saat Rangga memasuki rumahnya. Begitupun Floris juga masuk ke rumahnya dengan perasaan yang tidak karuan.
"Gue gak pernah tahu gimana caranya ngebuat hati gue senang saat liat lo dengan dia, gue cuma bisa tersenyum sekalipun gue pura-pura bahagia," ucapnya saat sosok Rangga tak lagi terlihat dipandangannya.
* * *
TBC...
Kali ini updatannya lebih cepat ya, soalnya author lagi gak sibuk banget. Semoga kalian terhibur dengan part ini. Jangan lupa share dan vote ya. Tanpa dukungan kalian, cerita ini bukan apa-apa. See you di next part. Selalu bahagia ya.
Yang suka baper sama cerita Joshua dan Floris, maupun Rangga dan Stella. Sabar ya, part bapernya belum sampai. Jadi tahan dulu bapernya. Thanks readers
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Bad Boy & Beautiful Ketos
Teen FictionHigh School Series #2 ~ ~ ~ ~ Siapa yang tidak mengenal ketua osis cantik, tegas dan populer di SMA Taruna, namanya Floris Diandra. Hidupnya selalu terusik dengan kehadiran cowok bad boy sekaligus playboy bernama Joshua Bramesta. Dalam kamus hidupny...