Kunci dari sebuah hubungan adalah rasa percaya. Karena setiap rasa membutuhkan perjuangan untuk bersama
* * *
"Ga! Rangga!" panggil Stella seraya memakan es krim vanila kesukaannya.
"Iya Stel, bisa kan makannya gak blepotan gitu," ujar Rangga seraya mengambil tissu dan mengelap bibir Stella yang ada bekas es krimnya. Pemandangan yang sangat romantis bagi dua orang yang sedang dimabuk cinta.
"Lo kenapa? Kayak banyak pikiran gitu," terka Stella heran. Tidak biasanya Rangga seperti ini tiap ketemu dengannya. Ia berpikir bahwa Rangga sedang tidak sehat atau sedang memikirkan hal lain.
"Gue ngerasa hati gue gak nyaman gitu Stel. Gak ngerti gue," jawab Rangga.
"Udah ya sayang, lo tenang, gue akan selalu ada di sebalah lo, gak kemana-mana, janji!" seru Stella seraya tangannya memegang lembut tangan Rangga yang berada diatas meja. Ia coba menenangkan hati Rangga yang gundah. Ia tahu ada ketakutan yang terlihat di wajah Rangga hari ini, ia berusaha membuat Rangga tidak berpikir macam-macam.
"Makasih ya, gue juga bingung kenapa tiba-tiba hati gue ngerasa kayak gini. Maafin gue dah buat lo khawatir," ucap Rangga. Ia merasa sedikit lega ketika tangan Stella memegang tangannya.
"Gak ada kata terima kasih untuk orang yang kita cintai, udah kwajiban gue untuk ada di sebelah lo Ga, gue tahu sejauh ini gue belum bisa jadi cewek terbaik buat ..." perkataan Stella terpotong karena jari telunjuk Rangga menutup bibirnya. Ia tidak ingin Stella melanjutkan perkataannya.
"Gak! Gak Stel! Lo udah ngelakuin banyak hal buat hubungan kita, lo udah perjuangin ini semua sampai sejauh ini, bahkan harus melawan kerasnya papa lo. Gue yang lemah, gue yang terlalu takut untuk memperjuangkan lo, padahal itu tugas gue sebagai cowok lo," ujar Rangga. Iya merasa dia belum bisa menunjukan ke Stella bahwa dia sangat menginginkan Stella lebih dari apapun.
"Rangga! Ini bukan tugas lo aja, tugas kita, kita yang akan berjuang bareng untuk yakinin papa kalo lo pantas untuk mencintai gue. Kita pasti bisa luluhin hati papa, gue percaya sama lo Ga, Pliis! Jangan pernah menyerah, gue mohon!" ucap Stella memelas.
Ia memang sangat menyayangi Rangga, ia tahu bahwa Rangga dan dia mampu membuat Wibowo luluh dan menerima kehadiran Rangga di hidupnya. Memang tidak mudah buat mereka, tapi Stella yakin bahwa perjuangan mereka belum berakhir sampai disini.
"Lo memang yang terbaik buat gue Stel, gue beruntung memiliki lo yang selalu setia. Gue tahu itu, gue tahu kita pasti bisa melakukannya, sekarang gue gak takut, gue akan perjuangin lo dengan cara gue, gua bakal berusaha hadapin papa lo dengan cara gue, gue sayang sama lo, Stell," ujar Rangga.
Kali ini Rangga sangat bahagia, tanpa disadari tangannya menyentuh pipi Stella yang lembut. Ia begitu menyayangi kekasihnya itu, bahkan melihat wajahnya yang penuh harap membuat Rangga semangat untuk memperjuangkan cinta mereka. Rangga tahu bahwa Stella bukan orang yang mudah menyerah, dia akan terus melakukan segala hal untuk mempertahankan hubungan mereka, sekalipun ia akan mengorbankan hidupnya sendiri.
Tidak lama berselang, sekejap tangan Rangga ditarik oleh seseorang yang menghampirinya. Spontan ia langsung terkejut dan melepaskan tangannya dari orang itu. Stella yang melihat itu langsung ketakutan, ia terkejut melihat seseorang yang sangat dia kenal perlahan menghampirinya dengan raut wajah yang sangat kecewa.
"Lepasin gue!" perintah Rangga. Ia sudah di kepung oleh dua algojo Wibowo yang selalu membuntuti Stella.
"Kami gak kan melepaskan mu," jawab keduanya.
"Pa! Lepasin Rangga, Stella gak suka papa bersikap kasar sama Rangga, Pa! Pliss!" pinta Stella yang tidak tega melihat kekasihnya diperlakukan seperti itu.
"Papa sangat kecewa dengan kebohonganmu, papa menyesal telah mempercayaimu, dan anak itu harus menerima akibatnya," ujar Wibowo. Ia sangat marah mengetahui kebohongan putrinya selama ini.
"Papa gak berhak menghakimi siapapun, Stella dan Rangga saling mencintai, papa gak punya hak untuk mengatur hidup Stella," ucap Stella lantang, ia mulai berani melawan papanya. Wajar saja ia seperti itu, ia sudah tidak tahan lagi dengan sikap papanya yang kelewat batas.
"Sekarang kamu berani melawan papa! Sekarang pulang! Ikut papa! Kalian kasih pelajaran buat si bangsat itu!" perintah Wobowo searya menatap tajam mata Rangga yang juga menatapnya dengan penuh dendam.
"Pa! Lepasin Pa! Stella gak mau pulang, Pa! Papa Jahat!" umpatnya seraya mengikuti tarikan tangan papanya. Ia tak kuasa menahan kekuatan papanya. Semesntara Rangga masih berusaha untuk melepaskan diri dari algojo itu.
"Lepasin Gue! Teriak Rangga. Ia pun mampu melepaskan diri dari keduanya, kemudian mencoba melawannya. Tapi sayang ia tak kuasa menahan satu pukulan tepat di sudut bibirnya, ia pun terjatuh. Sementara kedua algojo itu langsung meninggalkannya dan bergegas menghampiri Wibowo yang sudah menunggu di mobilnya.
Pukulan itu cukup membuat bibir Rangga memar, terlihat luka sobekan kecil yang membuat darah dari bibirnya terus mengalir. Tapi ia tidak memperdulikan rasa sakit itu, ia bangkit dan berusaha mengejar mobil itu, namun ia tidak juga mampu menggapainya. Ia hanya bisa memandang laju mobil itu yang semakin jauh.
"Seperti yang lo bilang, kita akan berjuang bersama untuk memperjuangkan cinta kita. Gue gak akan berhenti sampai disini, gue sayang lo Stell," ujarnya seraya menatap mobil itu yang semakin menjauhinya.
* * *
"Pa! Papa! Lepasin tangan Stella, Sakit Pa!" keluh Stella setelah Wibowo mengeretnya masuk ke dalam rumah.
"Sudah berapa kali papa bilang sama kamu, jangan berhubungan lagi sama anak itu, dia gak pantas buat kamu! Paham!" tegas Wibowo dengan mata yang melotot. Ia sangat kesal dengan sikap putrinya yang membangkang.
"Alasan papa apa? Papa egois! Papa gak sayang sama Stella!" ucapnya. Perlahan air mata mengalir di pipinya.
"Papa Cuma mau yang terbaik buat kamu," jawab Wibowo.
"Terbaik! Selama ini Stella tersiksa dengan sikap protektif papa yang berlebihan. Stella capek dengan hidup kayak gini, seandainya mama masih ada, Stella gakkan menderita kayak gini," sesalnya. Air matanya terus mengalir deras setelah mengingat mamanya yang begitu memanjakannya. Tidak seperti papanya yang sangat protektif.
"Berhenti bawa nama mamamu di rumah ini, dia sudah tenang disana. Sekarang kamu masuk kamar!" perintah Wibowo. Ia memang sangat merindukan istrinya, tapi dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan putrinya. Ia ingin Stella mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya. Baru saja Stella melangkahkan kakinya menuju tangga, langkahnya pun terhenti sejenak.
"Papa sudah menjodohkanmu, ingat itu! Joe adalah yang terbaik buat kamu, bukan anak itu, mengerti!" Wibowo menegaskan lagi mengenai perjodohan Stella dengan Joe.
"Stella gak mencintai Joe," jawabnya.
"Pasti bisa, hanya waktu saja yang belum," ujar Wibowo kekih.
"Sampai kapanpun, Stella akan tetap mencintai Rangga, cuma dia kebahagiaan Stella," ucap Stella. Setelah kalimat terakhir terucap, sekejap pipi Stella tertampar. Spontan Wibowo menampar Stella, ia tidak menyukai putrinya menyebut nama Rangga itu.
"Papa jahat! Stella benci sama papa!" seru Stella, ia langsung berlari menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Wibowo bingung harus bersikap apa, emosinya yang memuncak telah menyakiti putrinya sendiri. Ini pertama kalinya ia bersikap kasar kepada Stella, karena sampai kapanpun ia tidak akan mengubah pendiriannya.
* * *
TBC...
Sepertinya kisah Rangga dan Stella masih pelik, tetap dukung mereka ya agar terus berjuang dan mempertahankan cinta mereka. Mampukah Rangga meluluhkan hati Wibowo untuk menerima kehadirannya di hidup putrinya?
Jangan lupa share dan vote ya. See you. Thanks
![](https://img.wattpad.com/cover/166945690-288-k705781.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Bad Boy & Beautiful Ketos
Novela JuvenilHigh School Series #2 ~ ~ ~ ~ Siapa yang tidak mengenal ketua osis cantik, tegas dan populer di SMA Taruna, namanya Floris Diandra. Hidupnya selalu terusik dengan kehadiran cowok bad boy sekaligus playboy bernama Joshua Bramesta. Dalam kamus hidupny...