29. Look At Me From Other Side

514 17 4
                                    


Cemburu memang tak bisa dihindari ketika hati mulai jatuh dan ingin memiliki, tapi nyatanya dia lebih bahagia dengan orang lain

~ ~ ~ ~

Tak bisa dipungkiri lagi, Floris merasakan ada sesuatu yang sesak di hatinya. Tepat ketika matanya melihat dua sosok yang sangat dia kenal duduk di sebuah bangku di kantin sekolah. Ia, Revan dan Aletta juga duduk tidak jauh dari keberadaan Rangga dan Stella. Revan dan Aletta masih sibuk berebut menu makanan yang ada di depan mereka, tapi Floris hanya diam seraya melihat canda tawa Rangga dan Stella di pojok sana.

"Sayang, gue mau ini aja," Aletta telah memilih makanan yang dia inginkan.

"Gak usah makan ini, yang ini aja biar sama," Revan menolak keinginan Aletta.

"Tapi gue mau itu, rese deh!" keluh Aletta.

"Tapi itu berminyak sayang, ini aja deh. Tanpa minyak, tanpa micin," Revan menunjukka salah satu menu makananan yang ada di buku menu.

"Ahh, lo Van! Gak pernah nurut sama gue, ngeselin deh," ucap Aletta kesal.

"Lo yang harus nurut gue sayang, ini aja ya. Pilihan lo tadi gak baik buat kesehatan lo, kalo lo kenapa-kenapa gue juga yang repot. Udah deh, lo nurut gue aja," titah Revan seraya menunjuk pilihannya.

"Ugh, dasar cowok! Maunya menang sendiri,"

"Gue kayak gini karena gue sayang sama lo," jelas Revan merayu Aletta.

"Selalu aja alasan itu lo pake," ucap Aletta dengan bibir yang masih manyun.

Aletta mengalihkan pandangannya ke Floris, ada sesuatu yang berbeda dari Floris tiap kali melihat Rangga sama Stella, ia hanya menerka-nerka. Tapi ia masih belum yakin dengan terkaannya itu.

"Flo!" panggil Aletta. Floris tidak menggubris.

"Florisssssss!" teriak Aletta lagi.

"Iya, gak usah teriak-teriak kali Ta, rese lo!" jawab Floris.

"Flo, lo kenapa sih? Dari tadi gue liatin lo merhatiin Rangga mulu," tanya Revan.

"Iya nih, ngelamun mulu dari tadi, lo mau makan gak?" tanya Aletta.

"Gak nafsu lagi Ta," jawab Floris singkat.

"Lo cemburu?" tanya Revan.

"Sama siapa?" tangkisnya.

"Iya sama Rangga dan Stella tuh, lagi ketawa-ketawa,"

"Lo suka Rangga?" tanya Aletta

"Gak kok! Apaan sih kalian, Gak sah nebak-nebak deh," tangkis Floris.

"Jujur sama kami, lo itu sahabat kami Flo, jika lo sedih, kami juga sedih, lo terluka, kami juga terluka Flo," jelas Revan. Ekspresi Floris berubah, seolah ia ingin bercerita dan menyampaikan semua keluh kesah hati yang membuatnya bimbang dan tersiksa.

"Iya gue cemburu, dan gue gak tahu sejak kapan gue rasain ini," jawab Floris haru.

"Gue udah duga sejak lama, semua ini wajar terjadi," ujar Aletta.

"Maksud lo Ta?" tanya Floris.

"Flo, persahabatan cewek dan cowok gak ada yang murni. Salah satunya pasti akan punya rasa, seperti yang lo rasain saat ini, gue pahami itu Flo. Gue juga pernah ngerasain itu ketika sama Revan dan harus berpura-pura benci, nyiksa banget Flo," jelas Aletta. Sementara Revan diam-diam tersenyum berbunga-bungan mendengar penjelasan Aletta baru saja.

"Lalu gue harus gimana?"

"Lo cuma punya dua pilihan Flo," ucap Revan.

"Apa? Apa gue harus bilang Rangga?"

"Gak Flo! Jangan! Itu bukan ide bagus menurut gue, karena lo tau, cinta Rangga cuma buat Stella. Jadi gue rasa semua akan sia-sia dan malah akan mengganggu persahabatan lo sama dia," ujar Aletta tidak setuju.

"Terus pilihan yang lo maksud apa? Gue harus gimana?" tanya Floris bingung.

"Lo akan tetap ngarasain hati lo terluka kayak gini, atau mencoba menyukai seseorang yang tergila-gila sama lo," ujar Aletta.

"Maksud lo, lo mau Floris suka sama Joe?" terka Revan, ia sedikit tidak menyetujui hal itu. Joe adalah musuh Rangga, sahabatnya.

"Kenapa tidak, emang salah Van?"

"Iya, tapi...."

"Flo, gue kasih tahu lo satu hal tentang Joe. Dia gak pernah nyakitin gue, dia sangat baik dan menghargai gue sebagai temannya. Dia gak seburuk yang lo pikirin," jelas Aletta.

"Gue gak ngerti sama lo Ta," ujar Floris semakin bingung.

"PR kita selama ini dia yang kerjain Flo, sorry gue gak pernah ngasih tahu kalian, dia gak pernah membenci siapapun di sekolah ini, dia juga gak pernah menyakiti cewek manapun di sekolah ini. Dia hanya mencintai lo Flo, hanya lo, dan itu yang selalu jadi alasan dia untuk menolak semua cewek-cewek yang ingin jadi pacar dia," jelas Aletta. Wajah Floris masih terlihat ragu dengan apa yang Aletta ucapkan.

"Kenapa lo begitu membelanya?" tanya Revan.

"Gue gak bela Joe, gue cuma pengen lo lihat Joe dari sisi yang lain Flo, jangan lihat dia dari covernya, tapi cobalah kenali dia dan merasakan betapa tulus dia mencintai lo tanpa syarat apapun," jelas Aletta mencoba meyakinkan Floris. Ia hanya ingin dia bahagia dengan orang yang tulus mencintainya.

"Gue bingung, gue ragu, gue takut, gue masih benci sama semua sikap dia ke gue," jelas Floris.

"Dulu gue juga gitu, gue benci sama Revan karena sikap dia yang gak pernah mengahrgai gue, tapi dari sisi lain gue melihat Revan tulus menyayangi gue sekalipun dengan caranya yang gak gue sukai, tapi gue suka karena ada hal yang gue sukai dari dia yang gak pernah gue lihat sebelum. Gue harap lo juga bisa kayak gue Flo," jelas Aletta lagi. Ia tidak berhenti untuk meyakinkan sahabatnya.

"Gue pikir dulu," jawab Floris.

"Satu lagi," ucap Aletta.

"Apa?"

"Lo jangan pernah berpikir, seseorang yang selalu bikin masalah dalam hidup lo itu gak penting, iya sekarang. Tapi suatu saat, lo akan butuh dia, entah dalam situasi apapun kelak Flo. Cobalah melihat Joe dari sisi yang lain, mungkin saja hal itu yang lo suka," ujar Aletta dengan sangat bijak. Kalimat itu membuat Revan terkejut, ia tidak pernah menyangka bahwa pacar yang yang ratu gosip bisa sebijak itu dalam memberi motivasi.

"Lo nyontek di film apa sayang, Gila kalimat lo bijak banget," ejek Revan.

"Lo pikir, gue cuma nyariin gosip di sekolah ini. Gue juga suka baca buku motivasi, gue juga suka nonton om Mario kalo lagi live. Lo baru tahu kan, kalo pacar lo yang cantik ini ternyata berbakat jadi motivator juga," pujinya. Seruan tawa yang lepas terlihat di wajah ketiganya.

"Dasar lo, kebiasaan lo gak berubah!" ejek Revan.

"Tapi lo suka kan sama gue yang kayak gini,"

"Iya dong sayang," jawab Revan. Floris hanya tersenyum melihat hubungan mereka yang semakin hari semakin akur. Bahkan, perbedaan mereka ternyata bisa menyatukan mereka untuk bisa saling menghargai perasaan masing-masing.

Itulah yang dimaksud oleh Aletta, menyukai seseorang tidak mesti melihat dari apa yang terlihat, tapi cobalah untuk melihat seseorang dari sisi yang lain yang mungkin akan membuatmu jatuh cinta. Hal itulah yang tidak pernah dilakukan Floris selama ini, ia hanya terfokus pada sisi buruk yang Joshua lakukan kepadanya.

* * *


TBC...

Bagaimana dengan part ini, mampukah kalimat Aletta membuat Floris yakin?

Penasaran dengan kelanjutannya, tunggu besok ya, aku kasih bocoran deh. Besok Joe dan Floris ketemu. Ada apa ya dengan besok? Mampukah Floris jatuh cinta dan melupakan rasa sayangnya ke Rangga?

Jangan lupa komentar dan votenya ya. Share juga cerita ini jika menurut kalian menarik.

Cool Bad Boy & Beautiful KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang