"Ada kalanya rahasia tetaplah menjadi sebuah rahasia, karena terkadang kenyataan tak selalu menyenangkan "
* * *
Floris tengah melukis sebuah lukisan di halaman belakang rumahnya. Sebuah lukisan yang mengindikasikan rasa rindunya pada sosok ayah yang tidak pernah dia ketahui keberadaannya selama ini, bahkan hingga saat ini mamanya masih menyembunyikan rahasia tentang siapa sosok ayah yang selalu membuatnya rindu.
Setelah lukisan itu hampir selesai, Rangga muncul dari belakangnya, kemudian dia memperhatikan lukisan yang sedang Floris lukis dengan penuh perasaan. Tanpa bertanya apapun, Rangga sudah memahami apa yang tengah Floris pikirkan saat ini. Rangga hanya memperhatikannya hingga lukisan itu selesai.
"Lukisan yang indah yang dilukis dengan penuh cinta." ujar Rangga setelah Floris menyelesaikan lukisannya.
"Thanks Ga, lukisan ini punya makna yang dalam buat gue,"
"Iya Flo, gue ngerti perasaan lo saat ini. Rindu yang sangat dalam pada sosok ayah, iya kan?"
"Benar Ga. Mungkin bukan hanya gue, tapi semua orang yang tak pernah melihat ayahnya pasti akan merasakan hal yang sama seperti gue. Dan lukisan ini gue dedikasikan untuk mereka semua, semoga lukisan ini akan mengantarkan gue pada sosok ayah yang selama ini gue kangenin," ucap Floris dengan suara haru, dia sangat sedih jika berbicara tentang ayah. Bagaimanapun dia tetaplah manusia biasa yang punya rasa, punya rindu, dan punya harapan.
Rangga yang mendengar dengusan Floris itu langsung memeluknya. Ia tidak ingin melihat Floris terlarut dalam kesedihannya lagi. Ia tahu persis bagaimana rasanya jadi Floris yang sejak kecil tidak pernah melihat ayahnya. Ia pun harus berjuang untuk bisa hidup lebih baik tanpa seorang ayah.
"Lo gak perlu sedih ya, lo harus selalu tersenyum," pinta Rangga.
"Kenapa?" tanya Floris seraya melepas pelukan Rangga.
"Karena masih ada semesta yang menyayangi lo," jawab Rangga sambil menghapus bulir-bulir air mata di pipi Floris.
"Kalo semesta tidak merestui?"
"Masih ada gue yang setia di sebelah lo, masih ada gue yang nyiptain tawa buat lo, dan yang terpenting. Apapun yang lo hadapi, gue orang pertama yang akan mendukung lo dan ngejagain lo," jelas Rangga tersenyum.
"Makasih Ga, gue gak tau gimana hari-hari gue tanpa lo. Gue sayang sama lo,"
"Gue juga sayang sama lo Flo, lo seperti adik gue sendiri. Gue pengen setiap saat menjadi hal terindah dalam hidup lo," ujar Rangga seraya mengelus kepala Floris. Floris pun tersenyum dengan penuh kebahagiaan. Sekalipun Rangga hanya menganggapnya sebagai adik, tapi itu sudah cukup untuk membuat hatinya bahagia.
Floris maupun Rangga kembali memperhatikan lukisan di hadapan mereka. Rangga pun menyadari ada cinta yang begitu dalam dalam lukisan itu. Floris memang berbakat dalam melukis, bahkan sudah banyak lukisannya yang terjual. Sampai-sampai pemilik galeri pun menjadikan Floris satu-satunya pelukis tetap di galeri itu. Bahkan mereka merencanakan mengadakan pameran tunggal khusus lukisan karya Floris. Hal itu adalah salah satu impian Floris sejak lama, tapi hal terpenting buat Floris dalam hidupnya adalah mengetahui siapa ayahnya, hanya itu.
"Ga, seandainya lo tahu perasaan gue sebenarnya. Gue menyayangi lo lebih dari seorang kakak, lebih dari seorang sahabat. Tapi gue sadar, mimpi gue terlalu tinggi untuk bisa jadi pasangan lo. Semoga waktu akan menceritakan cinta diam-diam ku ini kepadamu kelak," bisik Floris dalam hatinya. Ia sangat menghargai persahabatannya dengan Rangga, ia pun tidak ingin merusaknya hanya karena perasaan yang ia rasakan saat ini.
* * *
TBC....
Ada yang pernah merasakan hal yang seperti Floris rasain? Jangan lupa komentarnya ya saat melihat lukisan Floris itu. See you di next part. Jangan lupa tinggalin vote ya jika suka sama part ini. Thanks.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Bad Boy & Beautiful Ketos
Teen FictionHigh School Series #2 ~ ~ ~ ~ Siapa yang tidak mengenal ketua osis cantik, tegas dan populer di SMA Taruna, namanya Floris Diandra. Hidupnya selalu terusik dengan kehadiran cowok bad boy sekaligus playboy bernama Joshua Bramesta. Dalam kamus hidupny...