14. A Honesty

703 25 0
                                    

"Pindahin hati tidak sesederhana itu, kamu bisa saja bahagia, tapi bisa juga terluka sangat dalam"

* * *

Bagi siswa IPS, kantin adalah tempat paling asyik untuk menghabiskan waktu istirahat maupun jam kosong, tapi berbeda dengan anak IPA yang lebih hobi berdiam dan menghabiskan waktu di perpustakaan. Rangga sekarang sedang mencari buku sastra indonesia untuk keperluan tugas Bahasa Indonesia, lima menit ia berdiri di depan rak buku untuk menentukan buku yang akan dia baca. Terlihat di sudut ruangan Stella dan Lavina juga sedang serius belajar matematika.
Tidak lama, setelah Rangga melihat keduanya kemudian ia menghampiri keduanya.

"Hai Stel," sapa Rangga memberi senyum terbaiknya.

"Hai Ga, lo disini juga?" tanya Stella berpura-pura dingin. Sementara Lavina senyum-senyum sendiri menyambut kedatangan Rangga, cowok paling dingin yang pernah dia temui di sekolah ini, itu karena dia hanya ingin mencintai satu orang yaitu Stella.

"Kebetulan gue lagi ada tugas Bahasa Indonesia, lo baik-baik aja?" tanya Rangga. Tiba-tiba Lavina bangkit dan berpamitan dengan keduanya, itu hanya alibi saja karena ia ingin Rangga dan Stella bisa berduaan, dia tahu Rangga ingin berbicara serius dengan Stella.

"Eh, lo mau kemana Lav, disini aja," pinta Stella sebelum Lavina beranjak meninggalkan mereka.

"Gak apa-apa Stel, cuma bentar kok, nanti gue balik lagi kalo urusan gue dah kelar," jelas Lavina dengan wajah meyakinkan.

Setelah Lavina pergi, keduanya hanya bisa diam tanpa berkata-kata, Rangga hanya menatap Stella yang menunduk kebingungan tanpa sekalipun menatap wajah Rangga. Bukan karena kaku, tapi dia tidak tahu harus menjelaskan apa kepada Rangga tentang hubungan mereka yang sudah lama menggantung.

"Lo belum jawab pertanyaan gue Stel," Rangga kembali mengingatkan tentang pertanyaan sebelumnya.

"Gue baik-baik aja Ga, lo gimana?"

"Gue kangen lo, kangen masa-masa kita, lo gak kangen gue?" tanya Rangga tersenyum hangat. Matanya menatap lembut kekasihnya.

"Gue juga kangen sama lo Ga, gue hanya bingung sama keadaan kita, gue harus kasih tahu lo sesuatu," ujar Stella menatap Rangga, sorotan mata sendu, Rangga tahu arti dari tatapan itu. Sejak dulu, Stella akan menatapnya demikian jika ia bersedih ataupun sedang bermasalah.

"Cerita sama gue Stel, lo kenapa? cukup lama lo hindarin gue, gue pengen tau alasannya," seru Rangga meminta kepastian dari Stella tentang hubungan mereka.

Stella menghela napas panjang, rasanya sangat berat ia harus mengatakan hal yang sebenarnya kepada Rangga, dia hanya takut Rangga benar-benar meninggalkannya dan melupakannya.

"Ga, papa gue ngelarang gue pacaran sama lo, gue gak tahu alasannya apa, tiba-tiba dia meminta gue untuk menjauhi lo. Gue bingung Ga, lo tahu kan gue sayang banget sama lo, tapi sisi lain gue gak mungkin ngelawan papa gue. Lo jauhin gue Ga, gue takut bodigat-bodigat papa bikin masalah sama lo," jelas Stella. Rangga hanya menatap Stella tanpa komentarpun, dia harus menghargai kejujuran Stella tentang hubungan mereka.

"Stel, gue gak mungkin jauhin lo, karena cuma lo yang gue sayang. Gue gak peduli atas larangan papa lo, gue bakal tetap bareng lo," tegas Rangga. Ia berusaha membuat Stella bisa berpikir panjang dengan keputusannya.

"Tapi Ga, gue gak mau lo kenapa-kenapa, lo mending cari cewek lain buat jadi pacar lo Ga, jujur gue sayang banget sama lo, Tapi gue takut," jelas Stella dengan nada sendu.

"Gue gak mudah jatuh cinta lagi, karena lo orang pertama yang buat hati gue nyaman, dan hanya lo Stel," tegas Rangga lagi.

"Lo harus coba Ga, gue mohon jauhin gue jika lo sayang sama gue," ucap Stella dan berniat bangkit dari bangkunya untuk beranjak pergi. Dia tidak tahan menahan kesedihannya tiap kali ia memohon kepada Rangga untuk pergi. Antara rela dan bertahan, takut dan terluka, itulah yang sedang dia rasakan saat ini.

Cool Bad Boy & Beautiful KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang