Mencintai memang perlu ikhlas, disaat semua harapan tak lagi menjadi tujuan
* * *
Suara ponsel Rangga memecah keheningan malam, lelapnya pun hilang seketika mendengar dering ringtone dari ponselnya. Tangan kanannya langsung menggapai ponsel itu yang tidak jauh darinya. Dengan mata yang masih mengantuk, ia mencoba memperhatikan nama yang tertera di layar ponselnya, My Future. Ia pun terkejut, Stella menelponnya malam-malam. Ia perhatikan jam di tangan kirinya, masih menunjukan pukul 2 dini hari, ada apa Stella menelpon malam-malam, batinnya berucap. Ia lantas menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan itu.
Suara gaduh dan sirine ambulan terdengar ribut di ponselnya itu, suara laki-laki yang tidak asing baginya berbicara spontan tanpa basa basi.
Lo ke rumah sakit menteng sekarang
Lo siapa? Ada apa?
Gue Joe, Stella kecelakaan
Tanpa basa basi, Rangga langsung menutup telponnya dan bangkit dari tidurnya, langsung mengambil kuncil mobil yang ada di meja belajarnya. Tanpa berpamitan, ia langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit menteng.
Pikirannya tidak karuan, detak jantungnya berdegup cepat, rasa khawatir turut mewarnai perjalanannya. Ia tidak mengerti apa yang terjadi dengan Stella, ia hanya takut terjadi sesuatu dengannya. Rangga mempercepat laju mobilnya, tidak seperti biasanya kecepatannya sekarang di atas biasanya, ia berusaha untuk tetap fokus, tapi tetap saja pikiran tentang Stella mengganggunya, ia takut.
"Stel, lo kenapa sih? Gue harap lo tetap baik-baik aja, gue gak kan sanggup tanpa lo, Ya Tuhan, jagain dia ya," ucap Rangga seraya tatapannya tetap fokus mengemudi, rasa ngantuknya sudah tak ada lagi terasa.
Jalanan tidak terlalu macet, Rangga pun tiba di rumah sakit dengan selamat. Ia tidak menunggu lama, setelah memarkir mobilnya. Ia langsung menelpon nomor Stella untuk menanyakan ruangan tempat dia dirawat.
Hallo, Stella dimana?
Di ruang VIP B nomor 23
Oke
Rangga langsung menuju kamar itu untuk melihat kekasihnya, langkah yang cepat disertai detak jantung yang penuh kekhawatiran mewarnai langkahnya di lorong-lorong rumah sakit. Ia pun tiba dan langsung masuk setelah ia bertemu dengan Joshua terlebih dahulu yang ada di ruangan itu.
Rangga tidak berkata apa-apa dengan Joshua, hanya menatap kosong tanpa suara apapun keluar dari bibirnya. Wibowo sedang tidak ada di ruangan saat ini, ia sedang bersama Bramesta di sebuah kedai 24 jam yang terletak dekat dengan rumah sakit itu. Kejadian itu membuat Bramesta ingin berbicara empat mata dengan Wibowo mengenai Stella dan Joshua. Ia menyadari bahwa tindakan mereka tidak seharusnya dipaksakan.
Joshua bangkit dan keluar dari ruangan setelah kedatangan Rangga, ia sengaja membiarkan Rangga memberikan perhatiannya kepada Stella yang tengah koma. Rangga yang melihat keadaan kekasihnya pun turut bersedih, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa dan berharap Stella kembali sadarkan diri.
"Stel, lo bangun, ini gue Rangga, gue gakkan pernah ninggalin lo sendirian lagi, lo bangun ya," ujarnya pelan seraya memegang tangan Stella yang kaku.
Rangga terus menatap wajah itu, wajah yang selama ini membuatnya sangat bahagia. Ia ingin melihat senyum itu terlukis lagi di wajah kekasihnya itu. Perlahan air mata yang sedari tadi menggenang, kini tumpah melewati pipinya, ia tak lagi mampu menahan kesedihannya juga kekhawatirannya.
"Apapun yang terjadi sama lo, gue akan tetap disamping lo Stell. Selama apapun lo sadar, gue gak kan pernah biarin lo sendirian, karena sakit lo adalah sakit gue, dan derita lo adalah derita gue, kita adalah satu kesatuan yang tak seorangpun bisa memisahkannya," ucap Rangga seraya lelehan air matanya yang semakin deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Bad Boy & Beautiful Ketos
Teen FictionHigh School Series #2 ~ ~ ~ ~ Siapa yang tidak mengenal ketua osis cantik, tegas dan populer di SMA Taruna, namanya Floris Diandra. Hidupnya selalu terusik dengan kehadiran cowok bad boy sekaligus playboy bernama Joshua Bramesta. Dalam kamus hidupny...