AL: 05

6.4K 668 96
                                    

happy new year!

********

"Sialan!"

Sehun mengumpat saat beberapa mobil mengerjarnya dari belakang. Tidak hanya satu atau dua, tapi lima sekaligus. Sejak ia keluar dari kantornya jalan Kota Seoul sudah mulai sepi, karena hari sudah semakin larut dan jarang orang yang melintas. Di samping sudah ada Chanyeol --Asisten pribadi Sehun. Kaki Chanyeol menginjak pedal gas dan mempercepat laju mobilnya.

"Lebih cepat!" bentak Sehun pada Chanyeol.

"Baik, Tuan."

Sehun membuka jendelanya dan mengarahkan pistol pada beberapa mobil di belakangnya. Kemampuan menembak Sehun tak perlu lagi diragukan, tembakannya sudah berhasil melumpuhkan salah satu mobil yang mengejarnya. Sehun kembali memasukan tangannya lalu mengisi pistol dengan peluru.

"Sial! Kenapa saat-saat seperti ini pelurunya habis!" umpat Sehun sambil memasukan peluru ke dalam pistol dengan terburu-buru.

Dua mobil menyalip mobil Sehun dan berhenti tepat di depannya, sedangkan dua mobil lagi masih berada di belakangnya. Chanyeol menginjak rem secara mendadak.

"Tuan bagaimana ini?" tanya Chanyeol panik. Menjadi seorang Asiten mafia seperti Sehun membuat hidup Chanyeol  tak pernah tenang. Selalu ada baku hantam yang mengaruskan dirinya turun tangan. Tapi untungnya postur tubuh Chanyeol lebih besar dibandingkan Sehun, meskipun Chanyeol tak mempunyai kemampuan bela diri sama sekali. Setidaknya postur yang besar bisa membantu saat Sehun berada di dalam situasi yang sedang tidak menguntungkan.

"Tenang, biar aku yang hadapi mereka sendirian," ucap Sehun sembari membereskan bajunya yang sedikit berantakan dan terkena debu.

"Tapi, Tuan, aku yakin jumlah mereka tak sedikit," Chanyeol bersuara dengan nada yang gemetar.

"Kau tahu, Yeol? Aku seperti kucing, mempunyai nyawa sembilan. Meskipun hari ini aku mati, masih ada delapan nyawa yang ku miliki. Dan asal kau tahu, aku tak akan mati semudah itu."

Sehun membuka pintu mobilnya dan melangkah keluar. Dengan langkah santai Sehun berjalan ke depan mobilnya. Tatapannya diarahkan pada mobil yang berhenti di depannya, sudah ada empat orang yang keluar di sana, dan di belakangnya juga sudah ada empat orang yang keluar dari mobil. Seringai terukir di wajah Sehun, sudah ia duga bahwa orang-orang yang mengejarnya selau menggunakan penutup wajah. Sehun tak perlu melihat wajah mereka, karena ia tahu, wajah orang-orang yang mengincar nyawanya tak setampan dirinya.

Udara dingin membelai wajah Sehun, lampu jalan yang sedikit redup menyorot wajah Sehun. Ia terlihat santai tanpa ekspresi, tak ada rasa takut atau khawatir yang terukir di wajahnya. Hanya tatapan datar yang sedang menatap keempat orang berada di hadapannya. Tubuhnya terlihat gagah karena terbalut jas dan dasi yang sudah mulai longar. Rambut yang sudah tak terlihat rapih sedikit tersapu oleh angin.

Matanya melirik ke kiri dan ke kanan, sudah ada empat orang yang menodongkan pistolnya pada Sehun. Sehun hanya terkekeh tanpa menghilangkan seringai di wajahnya.

"Kau akan mati malam ini, Oh Sehun," ucap salah satu diantara mereka dengan sura berat dan terdengar menakutkan.

"Mati?" Sehun membalas dengan suara yang meledek.

"Ya, kau akan mati karena Nereka sudah menunggu orang sepertimu."

Lagi-lagi Sehun terkekeh. Suara ancaman itu terdengar seperti lawakan di telinga Sehun.

"Kalian lebih pantas menjadi seorang komedian dibandingkan anak buah," balas Sehun sambil membenarkan kerah bajunya.

"Jangan banyak bicara, Oh Sehun!!"

Artificial LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang