AL: 28

3.9K 421 43
                                    

Jangan kaget ya...

******

Satu bulan Hyomin menjadi seseorang yang pasif, ia hanya diam di dalam kamarnya, mengurung dirinya sendiri di dalam kamar tanpa berinteraksi dengan siapapun --bahkan dengan Ibunya sendiri. Sudah satu bulan Hyomin menjernihkan pikirannya dari masalah-masalah yang belakangan ini membebaninya, tapi tetap tidak bisa, Hyomin masih memikirkan masalah itu. Mungkin satu bulan terlalu cepat bagi Hyomin untuk menjernihkan pikirannya dari masalah satu bulan yang lalu. Hyomin masih butuh waktu untuk menjernihkan pikirannya.

Kinerja Hyomin masih sama seperti biasanya, selalu bagus dan Hyomin selalu datang tepat waktu ke rumah sakit. Tapi sikapnya berubah, Hyomin yang selalu bersikap hangat pada pasien-pasiennya, kini mulai bersikap dingin. Setelah melakukan operasi, biasanya Hyomin akan menyapa keluarga pasien lalu memamerkan senyum indahnya. Kini setelah selesai melakukan operasi, Hyomin langsung meninggalkan ruang operasi tanpa menyapa keluarga pasien terlebih dahulu.

Sikap Hyomin yang berubah drastis mengundang banyak tanya terhadap teman-teman dan peserta koas lainnya. Meskipun biasanya Hyomin bersikap datar dan jarang berbicara, tapi wajah Hyomin selalu bersahabat dan ia murah senyum. Sudah satu bulan Hyomin menutup dirinya, tidak berbicara pada siapapun, bahkan Hyomin tidak pernah keluar ruangannya saat selesai tugasnya.

Beberapa hari yang lalu, Luna mencoba untuk berbicara pada Hyomin. Tapi hasilnya nihil, Hyomin bahkan tidak merespon Luna berbicara. Hyomin hanya tersenyum pahit dan pergi meninggalkan Luna. Meskipun tidak terlalu dekat dengan Hyomin, Luna pernah sesekali mengajaknya berbicara dan Hyomin merespon ucapan Luna dengan hangat. Sungguh Hyomin penuh dengan tanda tanya belakangan ini.

Setelah berjam-jam berada di rumah sakit, akhirnya tugas Hyomin selesai. Ia melepas ikat rambutnya dan menyandarkan pungungnya pada kursi yang sedang ia duduki. Matanya mengarah pada meja di hadapannya, di atas meja kosong tidak ada apapun, hanya ada berkas dan laporan para peserta koas. Bahkan fotonya dan Kyungsoo yang berada di atas meja sudah tidak ada, Hyomin tidak membuang foto tersebut, ia hanya menaruhnya di dalam laci. Jika Kyungsoo bisa melupakan Hyomin, Hyomin juga harus bisa melupakan Kyungoo.

Hyomin tahu ini akan berat --bahkan sangat berat untuk melupakan Kyungsoo yang telah terukir kenangannya di dalam hati. Jika seseorang telah mengukir kenangan di dalam hati, ukiran tersebut akan berbekas sampai kapanpun. Itu juga yang dirasakan Hyomin, dalam waktu dekat, Hyomin berusaha melupakan Kyungsoo. Tapi tetap tidak bisa, semakin Hyomin mencoba melupakan Kyungsoo, semakin Hyomin merasa sakit di hatinya. Jujur ini terlalu menyiksa bagi Hyomin, ia ingin lepas dari penderitaan ini, tapi tetap tidak bisa.

Setelah beberapa menit Hyomin merapihkan barang-barangnya, Hyomin bangkit dari kursinya dan meninggalkan ruang pribadinya. Seperti biasa, tidak ada sapaan saat Hyomin bertemu dengan orang-orang sekitar. Ia hanya menundukan kepalanya sambil berjalan, tangannya di masuk kan ke dalam saku baju. Kakinya berada di luar rumah sakit, ia mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi taksi langangannya.

"Ekhem."

Suara deheman membuat Hyomin menolehkan kepalanya. Otaknya berfikir sebentar, membuka memori yang ada di otaknya. Suara deheman yang terdengar berat tapi lembut, Hyomin sudah tidak familiar dengan suara deheman ini. Kepalanya menoleh ke belakang, matanya membulat ketika melihat sosok pria dengan bentuk wajah dan bibirnya bulat, tubuhnya tidak jauh berbeda darinya. Dengan melipat tangannya di dada, pungung yang bersandar pada pilar, senyum terukir di wajahnya.

Hyomin seperti tertipu oleh matanya, pria itu tersenyum lebar saat melihat reaksi Hyomin. Air mata sudah tidak bisa tertahankan lagi, Hyomin menangis dan berlari ke arah pria tersebut dan memeluknya.

Artificial LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang