Hyomin tidak sengaja melihat sebuah pembunuhan di Rumah Sakit ketika ia baru saja selesai dari tugasnya. Pembunuhan di hadapannya itu benar-benar membawa sebuah trauma lama yang kini terbuka kembali.
Sebuah fakta mengejutkan kalau Hyomin harus dijod...
Sebelum kalian baca part ending ini. Aku mau kalian kesan setelah membaca cerita ini HEHEHEHE. Kumohon gais.
Terima kasih kepada (kalian) yang sudah bertahan sampai sini. I labh yu.
Selamat membaca ❤️
*****
Sudah tiga hari Sehun menutup matanya, tidak bergerak sama sekali, bahkan tidak bersuara. Hyomin merindukan lelocon yang sering Sehun keluarkan lewat bibirnya. Hyomin merindukan mata sayu Sehun menatapnya dengan tajam. Dan yang paling Hyomin rindukan adalah; wajah Sehun saat bangun tidur. Wajahnya begitu polos dan tak berdosa, Hyomin benar-benar menyukai wajah Sehun saat bangun tidur.
Selama tiga hari Hyomin berada di rumah sakit tempatnya bekerja, tapi bukan sebagai Dokter, tapi sebagai keluarga pasien. Hyomin menunggu Sehun untuk terbangun dari tidurnya. Bahkan ia melupakan makan dan juga minum, jika bukan Nyonya Oh --Ibu Sehun, dan Ibunya sendiri yang mengingatkan Hyomin untuk makan. Setelah Hyomin mengtahui kisah hidup Sehun dari Nyonya Oh, Hyomin tahu bagaimana penderitaan yang Sehun alami di masa lalu.
Sebelum Hyomin tahu bagaimana Sehun di masa lalu dari Ibunya, Hyomin sudah mengetahui kisah hidup Sehun dari mulutnya sendiri. Hati Hyomin telah terketuk, seharusnya ia bisa memaklumi Sehun. Hyomin begitu menyesal saat ini, ia hanya bisa berharap dan berharap. Hyomin hanya bisa berkata seandainya dan seharusnya. Dan Hyomin hanya bisa menangis melihat Sehun yang berbaring lemah di hadapannya. Sudah tiga hari Sehun diam tidak bergerak, sudah tiga hari Sehun tidak membuka matanya, sudah tiga hari Sehun berbaring di sini.
Ini bukan tempatnya, Seharusnya Sehun berada di rumah. Meminta Hyomin untuk memanjakannnya dan memainkan rambutnya. Sehun juga harus mengurus Vivi yang merindukan majikannya, anjing berwarna putih itu setiap malam selalu melolong dengan suaranya yang sedih. Hyomin paham bagaimana perasaan anjing itu, karena saat ini Hyomin juga menunggu Sehun untuk kembali bangun.
Dibelainya rambut Sehun yang masih terasa sangat lembut. Tidak akan pernah bosan rasanya Hyomin membelai rambut Sehun yang hitam dan juga lembut, meskipun rambut Sehun tak lagi berwarna putih Hyomin akan tetap membelai rambut suaminya. Ini sudah tengah hari, dan sejak jam delapan pagi Hyomin berada di sini. Mematung di tempatnya sambil memandangi wajah Sehun. Air matanya terus-menerus keluar tidak berhenti. Hyomin ingin berhenti menangis, tapi air matanya tidak kuat untuk dibendung.
"Sehun, cepat bangun. Ini sudah tiga hari kenapa kau masih saja tidur, Sehun? Bangun untukku, aku menunggumu Sehun. Cepatlah bangun. Aku merindukanmu, Sehun," ucap Hyomin dengan air matanya yang mengalir deras.
Suara pintu terbuka, Hyomin tidak menolehkan kepalanya, ia terlalu fokus pada wajah Sehun yang terlihat damai saat terpejam. Hyomin ingin menjadi orang pertama yang dilihat oleh Sehun saat matanya terbuka nanti, entah sampai kapan matanya yang sayu itu terbuka.
"Hyomin sayang, ayo makan kau belum makan kan? Makan dulu ayo," itu adalah suara Nyonya Oh. Selain Hyomin yang selalu menunggu mata Sehun terbuka, Nyonya Oh juga akan datang ke sini setiap siang dan menamani Sehun yang sedang terbaring lemah.
Hyomin mengeleng. "Aku akan menunggu Sehun sampai sadar, aku tidak pernah meninggalkannya lagi," ucap Hyomin dengan suaranya yang bergetar.
Aku sangat menyesal meninggalkan Sehun. Sambungnya dalam hati.
"Hyomin, memangnya Sehun akan senang jika saat matanya terbuka dan kau sakit? Yang ada Sehun akan memakimu," Nyonya Oh membelai rambut Hyomin dengan lembut.
"Tapi Sehun... aku tidak akan pernah meninggalkannya sendiri. Aku benar-benar menyesal, karena aku yang egois, Sehun jadi terbaring lemah di sini. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika... jika Sehun tak lagi membuka matanya," tangisan Hyomin semakin menjadi. Ia menundukan kepalanya sambil mengigit bibirnya.
Hyomin merasa bodoh, ia benar-benar tidak menyangka jika dirinya bisa sejahat ini. Membuat suaminya keadaan koma dan terbaring lemah di rumah sakit. Jika saja dirinya bisa mengerti Sehun dan rasa egoisnya tidak menguasai dirinya, Sehun tidak akan seperti ini sekarang. Hyomin ingin membelah dirinya menjadi dua, karena ia ingin menampar dirinya sendiri dan mengata-ngatainya sebagai seseorang yang paling bodoh di dunia karena telah membuat suaminya sendiri seperti ini.
Setelah difikir, Sehun bisa mendapat wanita yang lebih baik dibandingkan dirinya. Wanita yang lebih mengerti keadaan Sehun, wanita yang lebih mengerti sikap Sehun, dan wanita yang tidak egois seperti dirinya.
"Tidak semua salahmu, Hyomin sayang. Kau tidak salah dalam hal ini, mungkin setelah kejadian ini Sehun akan menepati janjinya padamu."
Kemarin saat Nyonya Oh datang ke rumah sakit, Hyomin mulai menceritakan semua kronologi sampai Sehun bisa seperti ini. Sebagai Ibu mertua, Nyonya Oh bisa memahami bagaimana perasaan Hyomin ketika Sehun mengingkari janjinya. Nyonya Oh juga seorang istri dan ia paham betul posisi Hyomin saat itu.
"Tentu saja ini salahku."
"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, Hyomin. Tidak akan ada bedanya jika kau menyalahkan diri sendiri, Sehun juga tidak akan cepat bangun jika kau terus-menerus menyalahkan dirimu. Jadi berhenti menyalahkan dirimu, okay?"
Hyomin menelan salivanya dan menganguk lemas. Benar kata Nyonya Oh, tidak ada gunanya Hyomin menyalahkan dirinya sendiri, Sehun juga tidak akan bangun meskipun Hyomin menusukan pisau tepat di jantungnya. Sehun akan bangun jika Hyomin terus mengirim doa pada Tuhan untuk menyadarkan Sehun.
"Sekarang ayo kita makan," ajak Nyonya Oh sekali lagi.
"Nanti, aku menyusul."
Nyonya Oh hanya menangukan kepalanya dan meninggalkan Hyomin sendiri di ruang inap Sehun. Setelah beberapa detik Nyonya Oh meninggalkan ruang inap Sehun, Hyomin menghembuskan nafasnya lalu menghapus air mata yang membasahi pipinya.
Hyomin berdiri dari tempat duduknya dan berniat untuk menyusul Nyonya Oh. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat mata Sehun yang mengerjap beberapa kali. Hyomin membulatkan matanya, ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan.
"Sehun," ucap Hyomin saat melihat Sehun yang sudah membuka kedua matanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.