AL: 29

4.2K 437 121
                                    

"Tuan, akan sangat berbahaya jika Anda pergi sendirian."

Seluruh anak buah menatap Sehun dengan cemas. Sebelum pergi ke tempat Hyomin dikurung, Sehun mengambil senjata yang disimpan di markasnya. Setelah ia berjanji pada Hyomin untuk tidak menyentuh senjata jenis apapun, termasuk pistol. Sehun menyimpan semua senjatanya di markasnya. Meskipun sudah tidak menjadi mafia, Sehun masih membutuhkan markasnya untuk tempat anak buahnya singgah.

Setelah membawa satu pistol dan memasang armor di dalam bajunya, Sehun melangkah keluar dari markas yang menjadi tempat persembunyiannya dulu saat ia masih menjadi seorang mafia. Keadaan di luar markas begitu sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan, markas Sehun pun jauh berada di bawah tanah, tidak ada siapapun yang bisa menemukan markas ini. Tapi setelah difikir-fikir penyerangan satu bulan yang lalu --tepat saat ia dan Hyomin bertengkar. Bagaimana empat orang itu tahu markas Sehun?

Markas Sehun yang berada jauh dari pemukiman dan perkotaan, tidak sembarang orang bisa masuk ke wilayah ini. Meskipun ada orang yang bisa menjangkau tempat ini, tidak semua orang akan tahu ada markas di sekitar tempat antah beranta seperti ini. Setelah masuk ke dalam mobilnya, Sehun menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Suara gemuruh petir terdengar di langit, tidak ada bintang atau bulan yang menghiasi malam. Malam ini, benar-benar gelap tidak ada cahaya kecuali dari lampu mobilnya.

Matanya tidak lepas dari jalan yang berada di depannya. Sehun terus melajukan mobilnya tanpa peduli perlahan-lahan langit mulai menangis. Cahaya lampu membuat mata Sehun menyipit, di depan sana sudah ada empat mobil yang menghalangi jalan Sehun. Sial! Di saat-saat seperti ini, kenapa ada yang menghalangi jalannya?! Sehun tak ingin membuang-buang waktu untuk menghadapi mereka, di pikirannya hanya ada Hyomin. Ia dalam bahaya yang besar, jika Sehun terlambat, ia akan kehilangan Hyomin.

Hujan mulai deras disertai suara gemuruh petir, Sehun keluar dari mobilnya dan menatap keempat mobil berada di hadapannya. Sekujur tubuh Sehun basah karena air hujan yang turun begitu menimpanya, Sehun mengusap matanya yang kabur karena tertutup air hujan. Diambilnya pistol dari dalam jas hitam yang melekat di tubuhnya. Empat orang yang berada di hadapan Sehun juga mengeluarkan pistol dan menodongkannya pada Sehun.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintol, suaranya tepat berada di belakang Sehun. Ia menolahkan kepalanya, sudah ada delapan mobil di belakang Sehun dan empat orang di sana. Sehun mengernyit, itu adalah anak-anak buahnya, mereka berlari menghampiri Sehun yang sedang mematung di depan mobilnya.

"Kalian? Sedang apa kalian di sini?" tanya Sehun heran.

Salah satu anak buah bernama Woohyun menghampiri Sehun. Ia memagang bahu Tuannya sambil tersenyum simpul. "Kau telah berjada pada kam, Tuan Oh. Meskipun kau sering kasar pada kami, sering membentak, sering menghukum kami, sering--"

"Langsung ke intinya saja!" bentak Sehun tak senang.

"Tapi, Tuan. Kau orang yang mengajarkan kita apa itu setia kawan, kau mengajarkan kita untuk peduli terhadap orang sekitar, lalu kau mengajarkan kami untuk berbagi."

"Memangnya aku mengajarkan itu semua?"

Woohyun menganguk. "Secara tidak langsung, kau mengajarkan kami semua itu. Pergilah selamatkan Nona Hyomin, kami akan melawan orang-orang itu. Anak buah yang baik tidak akan meninggalkan Tuannya saat berada dalam kesulitan."

Sehun tersenyum, tidak menyangka anak buah yang selalu ia maki-maki ternyata sangat peduli dengannya. Sehun kembali masuk ke dalam mobil, menginjak pedal gas dan menjalankan mobil di atas kecepatan normal. Di belakangnya sudah ada dua mobil yang mengikuti Sehun, lagi-lagi Sehun tersenyum. Ternyata anak buahnya tidak pernah meninggalkan Sehun sendirian.

Artificial LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang