#Forth's POV
"Hey, kau tahu? Aku juga akan pergi." Ai'Pek mengatakannya dengan riang. "Aku punya banyak hal yang akan ku bincangkan denganmu dan aku harap dengan adanya perjalanan ini akan membuat kita berdua bisa saling lebih mengenal."
Tunggu sebentar! Apa bajingan tengik ini tidak sadar kalau suami dari seniornya ini sedang berdiri di sampingnya?
Aku hampir saja meninju wajahnya tapi Beam dengan cepat menghentikanku karena dia tahu betul dengan sifatku yang mudah marah.
"Kita akan bahas ini nanti."
"..."
"Ibumu sudah beberapa kali membawa masalah padaku, kuberi tahu saja."
"Oh, hahaha! Yeah, memang seperti itulah sifatnya." Ai'Pek menatapku dengan sedikit ketakutan. "Kalau begitu aku pergi dulu."
"Enyahlah." anak bajingan. Aku mengatakan itu dengan nada yang dalam. Pria muda itu dengan cepat setelah dia bisa merasakan aura kuat dariku yang bisa saja mematahkan lehernya. Setelah anak itu pergi, aku mengambil kesempatan untuk berbali menatap Beam yang sekarang memperlihatkan wajah seperti ingin menghilang.
"Jepang apa yang dia maksud?"
"Bisakah kita membahas ini saat kita makan saja?"
Aku masih bisa mengingat dengan jelas gemuruh suara lapar dair perutnya, jadi aku akan menuruti kemauannya. Aku akan menyampingkan sedikit kekesalanku pada si bajingan kecil Ai'Pek yang sekarang sedang berbincang dengan Beam beberapa saat yang lalu seakan dia sedang berusaha menggodanya.
sekitar 20 menit, makanan sudah tersuguhkan di hadapan kami yang memang benar benar terlihat sangat enak. Bagaimanapun itu, setelah mendengar kabar itu beberapa saat yang lalu, membuatku tidak terlalu berselera untuk menyantap makanan itu.
Tapi tidak dengan Beam, dia malah melahap semua makanan itu seperti orang yang kelaparan sementara aku terlihat seperti orang yang malah menghilangkan nafsu makannya. Aku menatap dengan tajam istriku yang manis dan menunggu sampai dia ingin membicarakan tentang hal yang harus aku ketahui.
Ketika sekeliling kami sudah mulai sedikit sunyi, Beam, yang masih makan mulai merasa tidak nyaman. Aku bisa melihat dari tingkahnya yang beberapa kali menghembuskan napas berat sampai akhirnya dia memutuskan untuk berbicara.
"Dia Profesor Auntie dan dia juga ibu dari Ai'Pek... dia membuat keputusan mendadak pada kami dengan memberikan beberapa dokumen dan menyuruh kami mengisi formulir dan foto copy Passport dan ID card kami besok. Dia bilang kalau kami membuat banyak kekacauan dari awal semester, dan sebagai balasannya kami dihukum untuk mengikuti seminar di Jepang."
"Kapan kau akan pergi?"
"Tiga hari ke depan."
"Kapan seminarnya berakhir?"
"Sekitar 2 minggu..."
"Ini..." dan entah mengapa aku malah menganga mendengar semua itu, "Bukankah seminar ini akan mengambil semua waktu liburmu?"
Beam membuat wajah cemberut dan menunjukkan ekspresi wajah yang kacau. "Hmm... Ai'Pha, Ai'Kit, dan aku juga tidak minat untuk ikut. Kami sudah membuat rencana untuk istirahat, bersantai, pulang dan menemui orang tua kami dan sebagainya, termasuk dengan menghabiskan waktu dengan pacar kami..." Beam menekankan kamlimat terakhirnya untuk meyakinkan betapa aku sangat penting baginya, "... Semuanya sudah kacau."
"..."
"Aku benar benar tidak ingin pergi."
"..."
"Tolong jangan marah padaku."
Bagaimana mungkin aku marah padanya? Dari awal aku mengencaninya, aku tidak pernah sedikitpun marah padanya meskipun terkadang aku merasa sedikit kesal padanya pada beberapa waktu lalu. Sekarang, sepertinya juga sama. Aku kesal bukan karena Beam tapi karena takdir yang kami hadapi sekarang. (Terasuk Professor Auntie)
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Moons -Indo-
Fanfiction"Yo secara diam diam telah menyukai seniornya sejak SMA dan mengikutinya hingga ke universitas untuk bertemu dengannya" Sebuah novel tentang 6 mahasiswa pria. 3 dari mereka adalah mahasiswa kedokteran (Pha, Kit, Beam), 2 mahasiswa jurusan te...