#Forth's POV
Perlahan aku membuka mata dan mendapatkan kembali kesadaranku. Aku merasa sakit di kepalaku tapi aku tidak tahu bagian mana itu. Aku bisa mendengar banyak suara berisik dan obrolan yang tidak jelas terdengar. Ada teriakan yang samar, tapi aku bisa mendengar beberapa kata saat mereka bicara.
"Beam... tenanglah.." aku kenal dengar suara ini.
"Ini salahku! Harusnya aku mendengar perkataannya dari awal!" perasaan yang panik dan ketakutan berasal dari suara yang familiar ini.
"Jangan terlalu khawatir Dokter Beam. Aku yakin Forth tidak akan menyalahkanmu sama sekali"
"Bagaimana mungkin aku tidak khawatir? Aku melihatnya dengan jelas. Reruntuhan itu menghantam kepala Forth begitu keras. Bagaimana jika itu merusak tengkorak kepalanya? Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada otaknya? Akulah satu satunya yang bertanggung jawab atas semua ini, Lam"
"Beam, kau harus rileks terlebih dahulu"
"Ini semua karenaku. Semua salahku!"
Hal terakhir yang kuingat adalah suara keras yang menusuk ke dalam gendang telingaku. Lalu, aku kehilangan kesadaranku lagi. Apa ada sesuatu yang memukul kepalaku? Saat aku membuka mataku aku melihat seseorang yang berdiri di sampingku. Ternyata seorang dokter.
"Kau sangat beruntung! Sepertinya Tuhan memberkatimu dengan kepala yang keras. Hasil tesnya menunjukkan tidak ada retak di tengkorak kepalamu ataupun pendarahan internal, kau hanya mengalami luka luar saja. Jangan khawatir, lukamu sudah disterilkan dan kau sudah bisa berpakaian. Akan kubuatkan resep obat untuk di minum agar kau bisa pulih lebih cepat dan aku juga akan mempersiapkan biaya pengobatannya" kata dokter itu.
Aku mengumpulkan seluruh kekuatanku dan syukurlah aku masih beberapa kekuatan yang tersisa untuk bangkit dari tempat tidur. Aku melihat sekeliling dan sepertinya aku sekarang berada dirumah sakit di lingkungan ini.
Percakapan yang sempat kudengar tadi sepertinya datang dari luar ruangan. Itu pasti Beam dan Lam. Aku hanya bisa menghela napas panjang.
Seberapa jauh kau akan menyalahkan dirimu sendiri Beam, istriku?
Tiba tiba pintu ruangan terbuka, dan aku melihat orang yang masuk adalah seseorang yang sangat kurindukan... Beam.
Dia melihatku sekilas sebelum berbiacara dengan dokter, dan setelah diskusi singkat dengannya sang dokter undur diri dan pergi. Kemudian, Beam berjalan ke arahku.
Aku tersenyum lembut padanya. Matanya memandangku dan memancarkan aura ketegangan di mana dia sangat khawatir. Jadi, aku menatapnya dengan penuh belas kasih, dan dengan nada lembut aku berkata..
"Sumua ini bukan salahmu. Itu hanya sebuah kecelakaan. Kau mungkin melewati beberapa titik dan mungkin kau tidak memalu paku itu dengan benar. Tapi, aku tahu kau sama sekali tidak punya niat seperti itu. Untunglah hanya aku yang terluka. Jika saja sesuatu yang buruk terjadi padamu aku tidak akan memafkan diriku sampai aku mati"
Beam menghela napas, tapi dia tetap diam. Dia hanya duduk di kursi dan menatapku dengan perasaan sangat bersalah tanpa suara.
"Aku sangat menyesall..." dia berkata dengan suara lirih.
"Tidak apa" jawabku.
Aku tidak bisa menyalahkanmu sedikitpun. Hatiku tidak sanggup.
"Aku takut sekali kalau hal itu akan merusak otakmu"
"Hei!" aku segera menghentikannya.
Aku mencoba segala cara untuk menenangkannya, tapi sepertinya dia sangat merasa bersalah akan hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Moons -Indo-
Fanfic"Yo secara diam diam telah menyukai seniornya sejak SMA dan mengikutinya hingga ke universitas untuk bertemu dengannya" Sebuah novel tentang 6 mahasiswa pria. 3 dari mereka adalah mahasiswa kedokteran (Pha, Kit, Beam), 2 mahasiswa jurusan te...