#Forth's POV
-Sabtu pagi-
Provinsi ini berjarak 4 jam dari kampus. Jarak provinsi ini sangat jauh, jadi aku harus bangun pagi pagi dan bersiap siap. Jujur saja aku sama sekali tidak punya semangat untuk pergi.
Aku tidak pernah menghubungi Beam sejak hari di mana dia datang di fakultasku saat kami sedang rapat. Aku kehilangan semua kepercayaan diriku karena yang kulihat dia sangat nyaman tanpaku. Aku mulai berpikir apa dia mau ikut denganku untuk membuatku nyaman? Apa mungkin karena sifatku yang menjengkelkan atau apapun itu. Tapi, aku bisa melakukan hal itu lagi padanya.
Aku takut mendengar jawabannya...
"Maafkan aku" Mark tersenyum saat masuk dengan membawa rokok.
"Boleh aku minta satu batang?" aku meminta rokok padanya karena kebiasaan burukku sedang kumat, kebiasaanku sebelum aku mencintai Beam.
"Dokter Beam!!!"
Teriakan seseorang itu membuatku membeku di tempat saat aku mengambil rokok di tangan temanku.
Apa itu Beam?? Dan Shit! Itu memang dia!!!
Dia datang dengan tas ranselnya.
Tapi...
FUCK!!! Dia memergokiku saat aku memegang rokok!!! Entah mengapa rasanya seperti aku dipergoki istriku sedang mencoba menyembunyikan gajiku.
Wajah Beam langsung berubah kesal. Dia langsung melempar ranselnya di atas tasku dan pergi sambil membawa sebotol air dan beberapa barang lainnya.
Tanpa berpikir apapun aku langsung mengejarnya...
"Beam...!!"
Dia tidak menjawabku, jadi terpaksa aku mengambil botol minum itu di tangannya.
"Aku tidak merokok!!!" aku langsung dengan cepat mengatakannya sebelum Beam berpikir yang tidak tidak.
"Dan kau pikir aku akan percaya itu?"
"Tidak... entah mengapa aku benar benar lupa"
"Terserah kau saja mau melakukan apapun..." dia berbalik ke arahku ""Aku benci dengan orang yang tidak menepati janjinya!!!"
Rasanya hatiku terbelah menjadi beberapa kepingan kecil saat dia mengatakan itu.
"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan" aku langsung mengungkapkan apa yang kurasakan, aku ingin memastikan agar dia tidak mencurigaiku.
"Ada apa?" tanya temanku menghampiriku.
"Tentang Beam!!" jawabku.
"Tidak... Tidak... aku tidak tahu kalau dia akan datang"
"Sebenarnya aku berjanji pada Beam kalau aku akan berhenti merokok" aku mengatakannya dengan nada penyesalan.
"Dia memergokiku memegang rokok dan fuck!!"
"Ini bukan karena aku ingin merokok, tapi aku sangat stress dan benar benar lupa akan hal itu"
Beam mendengarkan penjelasanku. Dan aku melihat wajahnya yang perlahan mulai senang...
Aku merasa punya sedikit kesempatan lagi untuk menghadapinya...
"Aku tidak akan melanggar janjiku lagi na"
Setelah mendengar penjelasanku Beam akhirnya bisa bersikap normal kembali.
"Kalau kau tidak bisa berhenti maka kau tidak perlu berhenti... bahkan jika kau ingin merokok. Itu pilihanmu untuk merokok dan aku tidak bisa melarangmu" Beam berkata dengan nada biasa namun serius.
"Hmmm... kalau begitu apa kau ingin menciumku meskipun aku bau asap rokok?"
Dia dengan cepat memukul bahuku "Brengsek"
"Lalu akan ke mana kita?" tanya Beam.
"Cape Chuan" jawabku.
Bema pergi keluar dan mencari beberapa barang.
Aku berbincang dengan teman temanku dan tidak ada yang ingin naik di mobilku. Jadi, aku meminta mereka untuk menaikkan tangki cat ke bagian belakang mobilku dan membuat keringatku bercucuran setelah menaikkan banyak tangki cat.
Beam kembali dan membawa ranselnya, dia memasukkannya ke dalam mobilku dan bertanya "Apa yang terjadi? Kenapa tidak ada yang naik kemobilmu?"
Aku berhenti sejenak dan menatap teman temanku yang sekarang sedang melakukan isyarat dengan tangan mereka kalau mereka tidak ingin naik ke mobilku karena Beam akan ikut bersamaku.
Mereka memang bajingan yang cerdik dan baik hati, setidaknya mereka tahu perasaanku pada Beam.
Aku berbalik dan menatap Beam.
"Apa?" tanyanya.
"Kamu ikut di sini"
Beam mengambil sapu tangan bersih dari sakunya dan dengan lembut menyeka keningku "Keringat itu mengalir ke matamu, apa kau tidak merasakannya?"
"Tidak" aku menjawab dengan lembut dan tersenyum padanya "Terima kasih".
Saat aku menjawabnya Beam langsung berhenti dan melemparkan sapu tangan itu ke wajahku.
"Usap sendiri"
Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya.
Lalu Beam berjalan pergi, tapi aku bisa melihat dari kejauhan telinganya yang memerah.
...Apa dia sedang malu sekarang?
Sapu tangan ini wangi sekali dan cukup panjang untuk diikatkan di leher.
Sebelum kami, Beam ikut denganku dan melihat sapu tangannya yang melingkar dileherku.
"Kau harusnya memegangnya bukannya memakainya"
"Tapi pemiliknya tidak mengatakan apapun..."
"Shit! Terserah kau saja"
Setelah itu aku langsung mengambil tissue di kotak dan menyeka kening Beam.
"Aku tidak keringatan! Hentikan! Kau tidak perlu melakukan itu, aku datang ke sini untuk membantu"
"Oh ayolah, Beam sebenarnya tidak ingin jauh dariku kan?" kataku saat melihat jalan sambil mengemudi.
"Cih!" Beam kesal.
"Tolong terimalah agar rasa lelahku juga berkurang"
Aku tersenyum melihatnya sementara Beam hanya melihat keluar jendela, pipinya sedikit terangkat. Dia terlihat seperti anak kecil yang ketahuan berbuat salah.
Kemudain Beam bergumam akan sesuatu yang hampir tidak bisa kudengar...
".....Tidak akan pernah menerimanya...tapi bukannya aku akan menolak...."
END Ch 42
Thank you for reading, leave a comment below, please don't forget to vote and follow~
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Moons -Indo-
Fanfic"Yo secara diam diam telah menyukai seniornya sejak SMA dan mengikutinya hingga ke universitas untuk bertemu dengannya" Sebuah novel tentang 6 mahasiswa pria. 3 dari mereka adalah mahasiswa kedokteran (Pha, Kit, Beam), 2 mahasiswa jurusan te...