#Forth's POV
Tok! Tok! Tok!
Aku terkejut dari tidurku setelah mendengar suara yang terus menerus mencoba mendobrak pintu. Aku bangun perlahan, kemudian mengusap mataku seperti mencoba mengenali sekitarku. Ketika aku sudah terbangun sepenuhnya, barulah aku sadar siapa orang yang mengetuk pintuku itu.
Siapa lagi kalau bukan istriku sendiri.
"Hiya, Forth bajingan! Buka pintunya sekarang juga!!!"
Yah... itu istriku, siapa lagi kalau bukan Beam. Kami sudah berkencan hampir setahun tapi tingkat kekejamannya padaku tidak berkurang sedikitpun.
Aku dengan buru buru membukakan pintu untuk Yang Mulia ini, karena jika aku terlambat sedikit saja pasti dia akan kesal padaku. Jangan terkecoh dengan wajah menggemaskan bak malaikat sepertinya. Ketika dia marah, butuh waktu yang sangat lama agar aku bisa membujuknya untuk berbaikan.
Beam menubruk bahuku dan berjalan masuk ke dalam. Aku penasaran ada apa dengannya. Aku mengikuti pria yang sedang menggerutu ini dari belakang, lalu aku duduk di sampingnya di atas kasur. Beam memasang wajah lelah.
Aku tahu dia baru saja menyelesaikan ujiannya hari ini, dilihat dari wajanya sepertinya tidak berjalan baik baginya. Yah, aku hanya menebak asal saja.
"Kau tidur lama sekali." Beam bergumam. Lalu, aku memeluknya pelan dan merebahkan kepalaku lebih rendah dan mengistirahatkannya di atas perutnya dan dia perlahan memelukku juga.
"Yah, kami agak berlebihan semalam," ujarku. "Tapi kau tahu, itu sudah menjadi tradisi para mahasiswa jurusan Teknik setelah ujian berakhir. Jika kami tidak bisa pulang dan bertemu dengan keluarga, kami akan mabuk mabukan sampai pingsan."
Beam tidak mengatakan apapun tentang hal itu. Biasanya, dia akan mengomeliku selama sejam karena aku tidak mengajaknya bersamaku semenjak Ai'Pha selalu bersama dengan Nong Yo beberapa hari ini jadi dia kesulitan mengajak temannya keluar bersama. Tampaknya, dia tidak akan melakukannya. Dia hanya terus terdiam dan bermain dengan rambutku.
Aku mengganti posisiku jadi aku merebahkan kepalaku di atas pangkuannya. Aku melakukannya agar bisa menatap wajahnya lebih jelas. Da sekarang, aku bisa katakan kalau Beam menatap ke arah lain dengan linglung seperti dia khawatir akan sesuatu.
"Bagaimana ujianmu, sayang?"
"Entahlah..." ujarnya. "Tapi aku bisa bilang satu hal... Ai'Pha bahkan ragu dengan jawabannya terlebih denganku!"
Hmmm... Kami sudah berpacaran dalam waktu yang ukup lama, tapi Beam masih belum merubah caranya berbicara denganku. Bahkan ketika aku menggunakan namaku atau menggunakan nama pertama kami, dia masih saja memanggilku dengan sebutan yang informal dengan "Guu" atau "Mung".
[Ini maksudnya Guu dan Mung itu kayak 'Loe' atau 'Gue' klo di Indo. Chapter sebelumnya, Forth ini kalo bicara dengan Beam selalu sopan dan biasanya pakai kata 'Aku/Saya' berubah jadi namanya sendiri'Forth'. misalnya, "Forth ingin bicara dengan Beam." bukan "Aku ingin bicara denganmu". Gitu gengss... oke lanjutssss]
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Moons -Indo-
Hayran Kurgu"Yo secara diam diam telah menyukai seniornya sejak SMA dan mengikutinya hingga ke universitas untuk bertemu dengannya" Sebuah novel tentang 6 mahasiswa pria. 3 dari mereka adalah mahasiswa kedokteran (Pha, Kit, Beam), 2 mahasiswa jurusan te...