Hari ini, hari pertama aku mengajar di sekolah. Sebelumnya aku hanya menjadi pengajar lepas di salah satu bimbel di kota ini. Oke, aku gugup sekarang, hari pertama ini aku langsung diberi tanggung jawab untuk mengajar di kelas 3, tepatnya di 3 Ipa 1. "Keep calm Irina, ini bukan pertama kalinya kamu mengajar" ujarku dalam hati. aku memang sudah mengajar dari jaman aku kuliah semester 3 dan murid-muridku selalu paham dengan apa yang kuajarkan, menurut teman-temanku, aku memang dilahirkan menjadi seorang guru.
Sekarang aku sudah ada di depan pintu kelas, aku berdoa dalam hati supaya diberikan kelancaran mengajar, selesai berdoa aku melihat jam tanganku, jam 9, tepat waktu, akupun memasuki ruang kelas. ketika aku memasuki ruang kelas, aku menyadari anak anak di kelas ini langsung terdiam. aku melihat mereka secara menyeluruh, mereka semua terlihat pintar, tau menempatkan diri, aku rasa bakal mudah mengajar di sini, tidak akan ada yang bertanya atau apa begitu, hihi, hari pertama aku sudah makan gaji buta, sampai mataku melihat di pojok ruangan kelas. anak ini jelas jelas tidur di kelas, wow, berani sekali dia. aku melihat teman sebangkunya berusaha membangunkannya, tapi dia seakan tidak perduli dengan keberadaanku, Ishhh.
"nama saya Clairina lidya fidela, kalian bisa panggil saya irina, mulai sekarang saya yang akan mengajar kalian, karena ibu susi, guru biologi kalian sebelumnya cuti hamil. ada pertanyaan sebelum saya memulai pelajaran hari ini?" aku menatap ke seluruh penjuru kelas lagi, siapa tau ada yang mau bertanya. kemudian mataku melihat sosok yang tadi tidur di kelas telah bangun dan mengangkat tangannya, sepertinya dia akan bertanya.
"kamu yang dipojok, ada yang ingin ditanyakan? "
"dih, ibu ge-er banget, jelas jelas saya lagi ngelemesin otot saya abis tidur, kenapa ibu mikir saya mau nanya?" what? anak ini bener-bener minta dihajar, dia bener-bener bikin aku darah tinggi, seketika aku melihat dia mengangkat tangannya lagi.
"baik kalo tidak ada yang mau ditanyakan, buka--"
"bu, saya mau nanya loh, kok dicuekin sih? ibu ga kompeten banget sih, kok bisa sih ibu kerja di sini? setau saya sih yah, ga ada tuh guru yang anak muridnya nanya dicuekin begini. ibu mau saya pecat?" eeeeh apa apaan dia?! main pecat orang saja, emang sekolah ini milik embah dia apa? aku menatap anak main pecat ini tajam. aku melihat dia tidak ada takut di matanya, anak ini bener-bener minta dikasih tau sopan.
"kamu mau tanya apa?" tanyaku, lebih baik aku mengalah saja, aku memang tidak tau siapa dia, main pecat saja, ga tau apa dia ini hari pertamaku. dia berdiri dari bangkunya, "nama saya dimas armando bratajaya, saya mau nanya ibu sudah punya pacar apa belum?" eeeeh, dimas ini bukannya tidak tau sopan, tetapi juga tidak tau yang namanya privasi, tapi tunggu, namanya tadi siapa? dimas blablabla bratajaya, shit!! aku salah bermasalah dengan anak satu ini, dia kan cucu pemilik yayasan ini, pantas saja dia seenaknya pecat orang, dasar anak songong!
"oke dimas, itu sebenarnya pertanyaan yang bersifat sangat pribadi, kayaknya saya tidak perlu menjawab pertanyaan kamu itu."
"yah bu, kan saya cuma pengen tau, siapa tau ibu bisa jadi pacar saya." mukaku memucat setelah dimas berkata seperti itu, dia bener-bener seenaknya udel dia, di dada ini sudah ada bibit bibit, bukan cinta tentunya, tidak mungkin aku cinta sama bocah songong satu ini, tentu saja bibit benci yang ada, setelah mukaku menemukan ronanya lagi aku menjawab pertanyaan dimas yang ga penting ini, oke aku mesti profesional, aku tidak mau kehilangan pekerjaan ini gara gara bocah songong ini, tidak akan.
"belum, dimas. saya belum punya pacar?"
"jadi saya masih punya kesempatan dong, bu?" sumpah seketika mataku memberinya tatapan membunuhku yang paling oke, dia di pojokan itu malah cekikikan dengan temannya. oke dimas bratajaya aku akan buat kamu menyesal telah buat malu di hari pertama aku kerja.
"oke dimas, kamu punya kesempatan kalau kamu bisa mengerjakan soal halaman 66 bagian B dalam waktu 10 menit." tantangku. hah, emangnya dia bisa dasar bocah songong.
"dih ibu, emangnya siapa yang mau jadi pacar ibu? galak begitu, saya mah udah punya pacar, itu orangnya depan ibu, mungkin kalo bukan guru, ibu udah dibakar kali sama dia, hahaha." aku memang melihat dari tadi anak depan aku menatap aku seakan aku daging segar siap di bakar, mungkin dia mengira aku bakal merebut pacarnya, tidak, itu hina sekali.
karena ulah bocah songong itu, kelas menjadi gaduh, oke, sekarang aku tak memandang lagi dia cucu siapa, aku memandang dia musuh abadiku.
"sudah bercandanya dimas bratajaya?"
"sebenernya sih belum yah bu, tapi saya ga mau ibu jadi makan gaji buta karena ga ngajar hari ini, yaaah, dimulai aja bu." aku merasa terhina dengan kata katanya.
"baiklah, sekarang buka bukunya--"
"dari tadi juga bukunya udah di buka kali bu, ih, ngulur ngulur waktu aja ibu ini, emangnya ini sekolah punya kakek itu?" aku menghela napas kasar, anak iniiiii
"halaman 32, kali ini kita akan membahas tentang---"
"gimana kalo kita bahas tentang cinta aja bu, kan lebih asik, daripada tentang metabolisme, saya dan temen temen juga pasti udah paham tentang metabolisme ini bu, iya ga guys?!"
"iyaaaa" sahut teman-teman satu kelas, astaga, bisa gila aku lama lama, kalo menghadapi dimas ini.
"tuh kan bu, mendingan kita refreshing, boring belajar terus, kan kami udah kelas 3, kata penelitian yah bu, orang itu ga boleh stress banget, ntar gila, kalo kami di sini pada gila siapa dong yang bakal jadi penerus bangsa indonesia tercinta ini?" aku melongo melihat anak gila satu ini.
"dimas armando bratajaya, saya harap kamu keluar dari kelas saya"
"dih, ini bukan kelas ibu, ini kelas saya sama temen temen saya, kalo ada yang keluar dari sini ya itu ibu orangnya"
"keluar sekarang dari sini atau..."
"atau apa?" ini anak nantang banget, jangan panggil aku clairina, kalo ga bisa menaklukkan bocah songong ga penting satu ini.
"atau saya beritahukan kepada guru bk supaya kamu di skorsing."
"udah gede kok ngaduan, ga malu bu sama anaknya bu mela, udah 7 tahun tapi ga ngaduan lagi sama ibunya, nah, ibu irina udah hampir 30 tahun masih mau ngadu sama bk? hina bu, hina!!" aku sebenarnya mau nangis dikatain kayak gini, hiks, tapi aku ga bakal kalah dari permainan yang di buat sama bocah bertingkah ini, aku harus menang, menang, menang!!!
"so, kalo kamu ga mau di aduin ke guru bk, mohon keluar sekarang." mungkin dia menyerah dan bangkit dari kursinya, dan berjalan ke luar kelas sambil menatapku.
"ibu irina ga asik!" bisiknya ketika sudah sampai di depan mejaku dan keluar dari kelas, aku menghembuskan napas berat dan melanjutkan pelajaran yang tertunda gara gara dimas. hell you dimas, hell you.
hihihi, udah selesai part satu, seneng nih, maaf yah kalo kurang seru, thornya masih belajar loh.
vote sama commentnya boleh dong, biar thor semangat nulis
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Student
RomanceSeumur umur aku menjadi guru, aku tidak pernah mendapat murid segila Dimas, cucu dari pemilik yayasan tempat aku bekerja. Dimas tidak pernah berhenti menghina aku sebagai guru yang tidak kompeten, tidak menguasai materi, dll. Padahal kan dia masih k...