Yang paling menyakitkan adalah saat kau menyadari di mana hari paling membahagiakan dalam hidupmu telah melewatimu dan menjadi masa lalu, kemudian kau tidak menemukan hari bahagia lainnya di masa depanmu.
-Kim Hanbin-
September 2019, Klinik psikolog
Tidak ada hari yang benar-benar berkesan dalam hidupku selama hampir seperempat abad lebih ini. Hidupku baik, dengan kualitas dan materi keluarga yang baik, orangtua yang mendukung penuh apa saja yang anaknya lakukan, dan seorang kakak lelaki yang sebetulnya menyebalkan tapi lumayan bisa diandalkan. Hidupku bisa masuk dalam kategori nyaris menyenangkan dan sempurna bahkan terkesan stabil. Iya bukan?
Tapi, kata menyenangkan memudar seiring aku tumbuh menjadi dewasa. Dan seakan, aku tidak pernah merasa cukup untuk semua yang kumiliki sekarang. Aku merasa telah kehilangan sesuatu, tak kusangka akan menjadi sesuatu yang penting di umurku dan dia yang sudah sama-sama menjadi sosok dewasa meskipun belum seutuhnya.
♪heartbreaker♪
"Hanbin-ssi," Senyum seorang wanita berumur paruh 30-an itu pada Hanbin yang duduk di sofa tak jauh dari meja kerjanya di mana wanita itu duduk dengan anggun. "bisa kita mulai sekarang?"tanyanya lagi mempersilakan Hanbin untuk memperpindah raganya untuk mengambil tempat di kursi kayu kosong yang ada di hadapan wanita itu.
Kepalanya mengangguk pelan tanda setuju, jemari tangannya menekuk menyentuh telapak tangannya lemah saat wanita yang memintanya untuk duduk dan memulai sesi perbincangan yang justru hanya menarik sesuatu yang asing di dalam diri lelaki Kim itu semakin pada gejolak kuat tak terbantahkan. Maniknya menatap pantulan jemarinya pada alas meja bercat putih itu dengan kaca bening, kemudian senyum miris terukir di bibirnya tanpa aba-aba.
"Aku sampai sekarang tidak tahu, kenapa aku melukai psikisku disaat dari kilasan mata orang banyak, aku sudah mencapai puncak hidupku."serak suara Hanbin terdengar, beberapa hari belakangan ia memang terjangkit flu dan tidak ada orang yang mengurusnya untuk saat ini. Di umurnya yang sekarang, bukan hal yang patut meminta orangtua untuk mengurus dirinya seperti saat sekolah dulu, tentu saja Hanbin bukan anak kecil lagi. Lagi pula, ini hanya flu. Bukan hal yang besar.
Maniknya memandang lemah tag kaca yang bertuliskan profesi si wanita itu yang merupakan Psikolog dan juga namanya yang bermarga Ahn itu.
"Sekarang, tugasmu adalah menjawab pertanyaan yang belum kau jawab saat sesi pertemuan kemarin, Kim Hanbin-ssi."
Hanbin menyandarkan dirinya pada kursi yang ia duduki, memejam sejenak sebelum akhirnya ia terkekeh pelan. "Pertanyaan anda soal ...saat dan momen paling bahagia di dalam hidupku?"
Psikolog Ahn mengangguk, Hanbin kemudian membalik jam pasir yang ada di hadapannya. Mungkin melakukan ini tidak akan membuatnya kembali ke masa yang paling ia inginkan layaknya drama di televisi, tapi itu hanya kamuflase seorang Kim Hanbin untuk menyadari bahwa dia tidak pernah menghargai segala sesuatu dengan benar. Termasuk segala kenangan, masa lalu dan juga sosok dan hadirnya. Hingga segalanya lenyap ditelan waktu.
♪heartbreaker♪
H a n b i n
Aku adalah seorang produser musik muda yang sukses, Kim Hanbin. Memperoleh banyak inspirasi lagu hanya dengan melihat cerita orang lain ketika aku melewati beberapa pusat keramaian di pusat kota, atau menonton beberapa film atau drama melo dan juga roman dapat dengan mudah aku menulis lirik dan menjadikan sederetan kalimat itu sebuah lagu setelah mengarasenmen jenis musiknya sendiri atau dibantu beberapa rekan kerjaku di studio YS Entertainment yang bisa membawaku mendapat beberapa penghargaan besar yang bergengsi di dalam dan luar negeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreaker | proses!
FanfictionTentang friendzone Tentang unrequited love Tentang asing yang menjadi akrab Tentang akrab yang menjadi jauh Tentang jauh yang kemudian terlupakan Tentang obsesi untuk takut melepaskan Tentang mimpi dan harga diri Tentang ego yang tak mau berj...