Twenty-Fourth
Awal bulan Juni 2013, Daejeon Htech Corp
"Bagaimana kalau akhir pekan ini?" Daniel bertanya dari seberang telepon. Jiahn melirik kalender meja di nakas, dia masih memiliki beberapa hal untuk diurus dan magang di perusahaan skala internasional menjadi sebuah urusan yang tidak dapat ia abaikan begitu saja. Ketatnya senioritas di negri Ginseng itu membuat para pemagang atau karyawan junior seperti Jiahn sulit untuk menolak pekerjaan dari para senior meskipun bukan jobdescnya.
"Sepertinya sulit,"
"Kalau begitu, bahas itu nanti saja. Sekarang lihat ke arah jam dua," Jiahn hanya menurut, lalu menoleh ke arah yang diminta, matanya sedikit membelalak begitu melihat Daniel mengangkat sebelah tangannya yang membawa tote bag dari sebuah restoran dekat sana yang jelas saja itu membuat Jiahn mengembangkan senyum tersipunya. Dia tidak sempat melihat waktu, dan ternyata memang sudah waktunya makan malam. Di divisinya, bagian tim legal atau hukum hanya tersisa dirinya seorang yang harus lembur menyelesaikan pekerjaan para seniornya.
Jiahn lantas berdiri dan keluar dari kubikelnya, menghampiri Daniel yang berada di luar pintu. "Ah, itu sebabnya dari tadi kau tidak mau menyudahi teleponnya?"
Daniel terkekeh, matanya hilang saat tertawa lalu menyerahkan tote bag berisi makan malam untuk Jiahn. "Aku hanya merasa bahwa kau akan terus lembur untuk beberapa waktu belakangan, jadi aku memutuskan untuk membawakan makan malam untukmu. Aku tahu kau pasti lupa waktu untuk menyelesaikan sesuatu yang seharusnya bukan keharusanmu."
"Ini cukup mengejutkanku, kau tidak bilang padaku untuk ke sini dan membawa makan malam karena kau takut aku akan menolaknya?"
"Bisa dibilang begitu, mungkin."
"Jika itu makanan, aku tidak mungkin menolaknya, Daniel-ssi."
"Kalau aku bilang pergi ke sini, makan malam hanya alasan bagaimana?"
"Alasan?"
"Aku hanya ingin melihatmu saja,"
"Terimakasih, tapi nampaknya kita sudah sekantor, sekampus...ke sini hanya untuk melihatku bukankah akan bosan lama kelamaan?"
"Tidak juga,"
"Kalau begitu, bisa kita makan saja sekarang? Aku lapar sekali, Daniel-ssi."
"Dengan senang hati, Jiahn-ssi."
Setelah usai makan, Daniel masih menemani Jiahn menyelesaikan sisa pekerjaan yang belum selesai sementara dirinya juga menyelesaikan pekerjaan yang belum usai. Lalu tiba-tiba saja tanpa diundang ingatan soal laptop Jiahn yang masih di tangan Daniel membuat pria itu berpikir apa sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengembalikan laptop itu pada pemiliknya.
Jiahn terlalu sibuk dengan berbagai data yang ada di dalam layar datar komputernya sampai tidak sadar sama sekali bahwa sepasang mata segaris milik Daniel mengamati wanita Son itu tanpa henti sampai akhirnya yang menginterupsi adalah suara satpam yang membuka pintu divisi Jiahn seraya membawa senternya. Ruangan nyaris sudah gelap dan hanya tersisa lampu meja di kubikel Jiahn yang menyala.
"Agasshi, apa anda tidak bergegas pulang? Ini sudah larut."
Jiahn baru melirik sudut kanan bawah komputernya yang menunjukkan memang waktu sudah terlalu larut untuk tetap menyelesaikan pekerjaan di kantor. Memang, tidak ada larangan untuk bermalam menyelesaikan pekerjaan di kantor, tapi tetap saja Jiahn seorang perempuan yang semestinya sudah berada di rumah diwaktu selarut ini. Dan, satpam itu pasti juga mencemaskan hal yang serupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreaker | proses!
FanfictionTentang friendzone Tentang unrequited love Tentang asing yang menjadi akrab Tentang akrab yang menjadi jauh Tentang jauh yang kemudian terlupakan Tentang obsesi untuk takut melepaskan Tentang mimpi dan harga diri Tentang ego yang tak mau berj...