interval #2 - 26/Recognisance/

14 4 0
                                    

Twenty-sixth

Sauna Daehan, 22.15

Hanbin segera terbirit kembali pada posisi semula saat Jiahn keluar dari ruang sauna tadi, tidak lama Jiahn masuk membawa nampan berisi enam butir telur rebus dan dua minuman air madu hangat. "Makanlah, aku harap enam butir cukup."

Hanbin tertawa sendiri, tangannya mengupas telur rebus itu dengan cekatan dan memberikannya pada Jiahn dan melanjutkan kupasan telur yang Jiahn buka dan belum selesai. "Aku tidak selapar itu sebenarnya,"

Jiahn mendecih tak percaya, porsi makan Hanbin itu lumayan besar meskipun anehnya bocah ini tidak gemuk-gemuk juga setelah makan sebanyak porsi makan dua kali lipat dari dirinya. "Kau itu punya porsi makan yang besar, kita tidak bertemu tapi bukan berarti selera kau juga berubah." Ujar Jiahn lalu mengunyah telur rebusnya sedikit. Jiahn suka putih telur, tapi tidak dengan kuningnya, tapi peraturan itu hanya berlaku untuk telur rebus saja, tidak dalam bentuk lain.

"Tapi jelas kau berubah," kata Hanbin menyeruput air madu yang berukuran gelas besar itu yang membuat Jiahn menatapnya penuh. "Kau bukan lagi Jiahn yang kukenal pada masa SMA, bukan lagi gadis umur 18 tahun yang begitu pendiam dan tertutup tentang bagaimana perasaanmu,"

"Memang sekarang menurutmu aku bukan lagi gadis yang seperti itu?" tanya Jiahn memotong, tidak keberatan untuk mendengar apa yang Hanbin katakan kali ini. Entahlah, Jiahn hanya merasa bahwa Hanbin jelas sadar bahwa memang dia sudah bukan Jiahn yang dulu, entah karena faktor umur yang makin tua saja atau memang dia cukup peka karena ini adalah pertemuan mereka setelah kepergian Jiahn dari Bundang setahun yang lalu.

Hanbin hanya menatap Jiahn, terlalu dalam sampai-sampai membuat Jiahn akhirnya memilih mengalihkan pandangannya pada sisa telur rebus yang berada di atas nampan. Mengambil telur lain untuk ia kupas pelan-pelan. "Jiahn yang ada di hadapanku sekarang masih sahabatku yang dulu, tapi kau yang sekarang lebih ekspresif."

"Berarti dulu aku tidak ekspresif?" tanya Jiahn seraya menganggukkan kepala, menilai dirinya sendiri yang membuat Hanbin ingin menjawab hal lain namun ia urungkan. Mata bulat itu lebih membulat menunggu jawaban dari Hanbin, tentu sejak dulu pria Kim ini jelas tahu bahwa jika boleh bilang secara langsung kedua bola mata bulat berwarna cokelat terang itu benar-benar cantik. Selalu sukses menghancurkan fokus seorang Kim Hanbin.

"Mungkin kau begitu, karena diam-diam sebenarnya kau senang bertemu denganku lagi bukan?" tanya Hanbin pede, Jiahn yang mendengar itu hanya mengernyitkan dahi lantas mengambil satu butir telur rebus lainnya yang belum dikupas lalu menggetukkan telur rebus itu ke pucuk kepala Hanbin yang membuatnya mengerang kesakitan meskipun hanya sepersekian detik. "Awwh!" pekiknya memegang kepalanya yang berdenyut, menatap Jiahn tidak percaya.

Jiahn menutup mulut Hanbin, sambil terkekeh dan melihat pada kakek yang sedang tertidur pulas tak jauh dari tempat mereka duduk. "Kau berisik sekali," oceh Jiahn lalu menyodorkan sisa kuning telur yang tidak ia makan ke mulut Hanbin yang akhirnya membuat dia terdiam. Masih mengunyah telurnya kemudian dia bertanya, "Kenapa kau tidak suka pada kuning telur rebus?" tanya Hanbin.

"Kenapa ya? Aku juga tidak tahu kenapa, sepertinya hanya tidak suka saja." Jawab Jiahn alakadarnya. Jiahn berpindah posisi menjadi seperti semula, duduk di sisi kiri Hanbin dan bersandar pada balok kayu. Hanbin lantas menggigit sedikit bagian putih telur dan mengeluarkan kuning telurnya lalu menyuapi Jiahn bagian putih telurnya. Jiahn sempat tidak membuka mulut, merasa heran karena ini sungguh bukan sesuatu yang biasa Hanbin lakukan. Tapi Hanbin masih meletakkan tangannya yang berisi putih telur itu di depan mulut Jiahn jadi, mau tidak mau akhirnya Jiahn membuka mulutnya dan melahap telur rebus itu dalam sekali lahap.

Heartbreaker | proses!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang