Eleventh
-"Kau memang tidak mengerti kapan kau kau harus bercanda, dan kapan kau harus serius saat denganku!"-
Musim Gugur, November 2011
Jiahn merapatkan mantelnya setelah melihat Hanbin keluar dari rumahnya. Ini memang akhir pekan, tapi berhubung semester terakhir sudah berlangsung sejak akhir musim panas lalu dan mereka sudah tingkat akhir jadi tidak ada libur selama akhir pekan.
Mereka memilih melakukan self-studying daripada harus ke lembaga belajar atau semacamnya yang berada di Noryang-si. Alasannya berbeda, jika Jiahn lebih senang belajar sendiri sedangkan Hanbin merasa belajar di akademi hanya akan membuatnya semakin tertekan dan berakhir pada dirinya yang masa bodoh dengan ujian yang sudah di depan mata.
Hanbin punya strategi sendiri untuk bisa masuk ke dalam kampus negeri tanpa harus mengikuti tes masuk. Yaitu, mengikuti lomba atau semacamnya yang membuatnya memiliki nilai lebih untuk dapat lolos ke universitas negeri di Seoul.
Yah, bagaimana pun juga Hanbin tidak ingin membuat orangtuanya dan Hanwoong malu karena tidak berhasil berada di kampus negeri hanya karena dia tidak lebih cerdas dari Hanwoong.
"Aku sudah bilang padamu tunggu di dalam rumah saja."
"Ayo cepat, kita sudah terlambat."
Hanbin tidak menjawab lagi. Dia melupakan soal kalau Jiahn sedang dalam periode bulanannya lagi kali ini.
■■■
"Dia lebih sering diam atau kau tahu dia seperti apa saat sedang masa periodenya berlangsung,kan?"
Jiyeon mengatakan itu pada Hanbin saat menjemputnya dari kamp latihan.
"Kim Hanbin!"teriak Jaeun menyerukan namanya yang tidak mengalihkan Jiahn sama sekali. "Matamu hampir keluar saat menatap Jiahn dari tadi."katanya lagi membuat Hanbin memukul kepala Jaeun dengan pulpen.
"Aku tidak menatapnya."
"Sudah jelas masih saja mengelak."
Jiahn sendiri tidak benar-benar serius memecahkan soal matematika di hadapannya. Pandangannya justru terfokus pada buku sketsa milik Jimin yang selalu ada di tasnya tapi belom benar-benar ia lihat.
Hari ini ia baru melihatnya. Cukup mengesankan, dan sedikit mengejutkan saat setengah dari seluruh halaman dari buku sketsa yang berjumlah 100 halaman itu dipenuhi dengan sebuah wajah yang ia kenali sebagai wajahnya sendiri.
Wajah Son Jiahn.
Jiahn jadi teringat obrolan mereka saat mereka memang masih baik-baik saja di Daegyo.
"Sunbae-nim?"
"Kenapa?"
"Apa kau menggambar sesuatu yang memiliki karakter khusus?"
"Bukan karakter khusus, aku lebih menggambar sesuatu yang membuatku merasa hangat, juga berdebar hanya dengan melihatnya. Sehingga rasanya aku ingin membuatnya menjadi sebuah momen yang terlihat abadi sampai zaman apapun."
Jiahn lantas menutup buku itu, tapi tiba-tiba keluar salah satu bagian kertas yang sepertinya terselip dan itu bukan bagian dari buku sketsa.
Saat Jiahn menariknya, lalu membukanya ada sebuah sketsa di sana.
Gambar seorang gadis mengajak anak kecil menyeberang. Itu hanya nampak belakang, tapi di situ terdapat tulisan.
"Terlepas dari siapa yang kusukai, aku ingin menikahi gadis ini. Aku bahkan tidak tahu bagaimana wajahnya, apa itu anaknya atau bukan. Jin Jimin, kau benar-benar konyol."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreaker | proses!
FanfictionTentang friendzone Tentang unrequited love Tentang asing yang menjadi akrab Tentang akrab yang menjadi jauh Tentang jauh yang kemudian terlupakan Tentang obsesi untuk takut melepaskan Tentang mimpi dan harga diri Tentang ego yang tak mau berj...