[DEL SCENE. MOVIE THEATER]
"Jadi mau bagaimana? Kau yakin mau pulang ini bahkan belum setengah jam sejak kau tiba di sini." Jiahn melihat lagi arlojinya sekali lagi. Jujur saja, sudah sangat jarang sekali Jiahn menggunakan waktunya untuk bersenang-senang, apalagi mereka sudah tingkat akhir dan rasanya sulit untuk membuang waktu dengan sesuatu yang tak ada kaitannya dengan belajar.
"Aku akan mengajak Jaeun kalau kau tidak mau,"
"Siapa bilang aku tidak mau? Jadi, bagaimana dengan tiketnya?"sergah Hanbin panik. Membawa Jaeun kemari sama saja membuat forum diskusi ramai dan Hanbin tak ingin jika Jiahn dituduh yang tidak-tidak lagi untuk yang kedua kalinya.
"Aku tidak mau menonton Inception." Jiahn menaikkan bahunya. Dia tidak anti dengan filmnya Leonardo Di Caprio, hanya saja dia sedang tidak mau menonton sesuatu yang terlalu berat dan membuat berpikir sekarang. Jadi film pilihan Hyunjo bukan pilihan terbaik untuknya.
"Aku juga tidak ingin menonton Shutter Island."sahut Hanbin ternyata menginginkan hal yang serupa. Mereka sama-sama menatap tiket mereka masing-masing lalu beralih pada konter penjual tiket dan Jiahn menoleh lagi pada Hanbin. Ya, menukar tiket yang sudah dibeli tentu saja tidak diperbolehkan.
"Kalau begitu –I saw the devil?"tanya Jiahn. Sebenarnya ia antara ingin menontonnya dan tidak. Jiahn agak malas menonton film yang harus berpikir saat ini.
"Itu film yang gelap, kau tidak akan suka."jawab Hanbin membuat Jiahn terkekeh lalu menyikut lengan Hanbin pelan.
"Bilang saja kau tidak suka dengan genrenya."
"Tidak juga. Pilihan terakhir, yang sebenarnya aku ingin sekali menontonnya."kata Hanbin lalu menoleh pada standee Harry Potter di belakang mereka. Jiahn menahan diri untuk tidak menaikkan sudut bibirnya.
"Harry Potter? Bukan ide yang buruk, aku sudah memikirkannya sejak tadi sebenarnya."
"Kita jual tiket ini ke orang lain, yang tercepat maka pemenangnya. Yang kalah yang membeli tiketnya."usul Hanbin lalu disambut jentikkan jemari Jiahn yang antusias.
"Call!"
* * *
Jimin mencoba menelepon Gyuri setelah mendengar perbincangan Ibunya bahwa pamannya —Jang Seokgyu akan melakukan pertemuan di departemen store yang dikelola kakak perempuannya.
"Angkat lah, bodoh."
Tidak berlangsung lama nada sambung terganti menjadi suara Gyuri dengan nada yang tak biasa.
"Halo, Oppa wae geurae?"
"Kau di mana?"
"Sedang di luar ingin bertemu teman. Kenapa memang? Tumben sekali juga kau meneleponku sesering ini."
"Luar mana? —ah, aku melihatmu."
Jimin pun segera menuruni eskalator dengan tergesa dan menarik Gyuri untuk berdiri di balik pilar di mana ada meja untuk informasi di sana. Gyuri mengerutkan keningnya heran lalu melepas paksa tangannya dari genggaman Jimin.
"Ada apa kau aneh sekali,"
Jimin menarik napasnya yang memburu, matanya masih melihat kepada pintu utama departemen store.
"Lihat. Aku berusaha menyelamatkanmu dari paman."
Gyuri makin tak paham. "Ayah?"
Gyuri baru mengerti setelah melihat sosok ayahnya, beberapa pengawal dan juga ibunya Jimin serta kakaknya Jimin memasuki lobi lalu menaiki lift yang hanya boleh dimasuki oleh VIP.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreaker | proses!
FanfictionTentang friendzone Tentang unrequited love Tentang asing yang menjadi akrab Tentang akrab yang menjadi jauh Tentang jauh yang kemudian terlupakan Tentang obsesi untuk takut melepaskan Tentang mimpi dan harga diri Tentang ego yang tak mau berj...