interval #2 - /36.1 -Miserable Sin/

15 4 1
                                    

-Selamat membaca semuanya-

Chapter 36 (1)

-She is the most miserable person who I knew-

Hanbin hanya menatap dari kejauhan begitu Daniel menunggui Jiahn yang belum sadarkan diri di UGD rumah sakit tempatnya terakhir kali dirawat. Dia tidak tahu apa Jiahn masih mencarinya jika nanti sadar. Daniel lalu bangkit kemudian melangkah menghampiri Hanbin yang ingin berbalik pergi.

"Tinggal saja di sini." Daniel berdiri tak jauh dari Hanbin dengan kedua tangan di saku. Tak ada ketegangan di antara mereka. Atau pada dasarnya, Daniel memang orang yang tenang.

"Kau tidak mungkin kemari hanya karena dia terkunci di ruang arsip, kan? Kau perlu bicara dengannya," ujar Daniel tak ada intonasi memerintah. Lebih kepada menyarankan. "Aku perlu mengurus beberapa hal di kampus, Hyunjo dan Jimin sedang menjemput rekan mereka di bandara jadi kurasa akan memakan waktu sampai tiba di sini. Jadi, kau bisa tinggal di sini untuk menjaga Jiahn."

"Kalau begitu, terimakasih sudah datang tepat waktu."

Daniel hanya mengangguk dengan seulas senyuman. Suasana nampak bersahabat di antara mereka. Tetapi, tentu saja tidak akan ada yang mengangkat itu sebagai bahan perbincangan.

"Apa ada yang mencurigakan saat kau tiba di sana?" tanya Hanbin setelah diam beberapa saat memerhatikan Jiahn yang terbaring lemah.

Daniel memasukkan tangannya ke saku celana. Lalu memberi jawaban. "Tidak ada, kecuali satpam penjaga yang pingsan. Aku akan mencari tahu apa yang terjadi nanti, kurasa masih ada yang menargetkan Jiahn sejak teror itu terjadi."

Tunggu! Hanbin tidak pernah mendengar apapun dari Jiahn soal ini. "Apa maksudmu?"

Daniel menarik napas kemudian menghelanya berat. Dia merasa seperti telah salah bicara pada Hanbin. Tetapi, tidak mungkin juga dia tiba-tiba mengalihkan topik, bukan? Daniel tidak sepengecut itu. "Pelaku teror loker Hyunjo bilang padaku kalau dia hanya disuruh seseorang, pelaku sebenarnya menargetkan Jiahn, aku tidak tahu apa motifnya yang jelas dia tidak benar-benar menargetkan Hyunjo tapi Jiahn."

Hanbin mengangguk mengerti. "Terimakasih telah mengatakannya padaku, aku akan mencari tahu lagi nanti."

"Apa kau sudah tahu sesuatu sebelumnya?" tanya Daniel. Sekadar ingin tahu, kali ini tidak ada niatnya untuk mengajak Hanbin bersaing.

Hanbin sekali lagi melihat Jiahn, lalu melempar pandangannya pada Daniel. "Akan lebih baik kalau Jiahn yang menjelaskan detailnya padamu nanti. Yang jelas dulu ada seorang guru yang terlihat terobsesi pada Jiahn tapi kami tidak punya bukti untuk itu. Lagi pula setelah kami lulus dia tidak pernah mengabari Jiahn lagi, kupikir itu sudah berlalu."

"Ya sudah, kalau begitu aku pergi dulu."

Hanbin menduduki kursi yang Daniel duduki tadi. Hanbin juga sempat mendengar bahwa sebaiknya Jiahn memulai terapi untuk menemui psikiater karena sepertinya ketakutannya terhadap gelap semakin parah.

Dia tidak tahu apa yang Jiahn lewati selama beberapa minggu belakang ini, namun sepertinya Jiahn masih menyembunyikan sesuatu darinya.

Tiba-tiba suatu tempat di dalam diri Hanbin merasa menyesal karena sempat bertengkar pada perempuan ini dikala dia hanya mencoba jujur pada Hanbin.

"Aku menyadari, bahwa sulit bagiku untuk menjadi dewasa." Hanbin perlahan menggenggam tangan Jiahn. "Maafkan aku yang tidak dewasa ini. Mulai sekarang, aku akan menjadi pendengar yang baik, seseorang sahabat yang seharusnya mendukung kesuksesan sahabatnya. Bisakah kali ini, aku mendengar kejujuranmu sekali lagi?"

Heartbreaker | proses!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang