Twenty Second
- Dia mungkin saja berada di tempat yang tak begitu jauh dari sini, tapi bagaimana kau bisa menemukannya jika kau tak benar-benar mencarinya, iya bukan?-
**
"Seandainya dia tahu kemana harus menuangkan segala keluh kesahnya selama ini, aku tahu Jiahn adalah satu-satunya tempat Hanbin bercerita, tapi sekarang kakakmu tidak berada di sisinya, kemana bocah berengsek itu akan pergi?"
Jiahn mematikan sambungan teleponnya. Ia tidak beranjak bangun dari tidurnya, ia hanya mengubah posisi tidurnya yang tadinya menghadap ke kiri di mana kasur Hyunjo berada, menjadi ke kanan. Hyunjo sendiri belum kembali, karena sif paruh waktunya belum selesai. Hari juga sebetulnya belum terlalu larut, tapi Jiahn hanya ingin mendekam di kamar saja. Tidak ada derai air mata yang membuat bantalnya membentuk pulau karena basah di sana, hanya ada segala tanya di dalam kepala Jiahn tentang bagaimana Hanbin sekarang? Jiahn ragu, bahwa Hanbin tak mengeluh apapun pada Gyuri, karena dia tahu bahwa lelaki itu sangat menyukai mantan pemandu sorak itu sejak awal mereka bertemu. Mereka yang dimaksud adalah Jiahn yang bertemu dengan Hanbin.
Jiahn membuka akun instagramnya, mungkin menemukan sesuatu, tapi Hanbin tidak membuat posting apapun di akunnya. Postingan terakhirnya hanya salah satu dari halaman scrapbook yang Jiahn hadiahi pada ulangtahunnya nyaris sekitar dua tahun yang lalu. Waktu berlalu begitu cepat, seakan terbang melawan arah angin, menentang semua asa baik milik Jiahn ataupun Hanbin. Seakan sejak Jiahn pergi, semua berjalan baik hanya terlihat dari sekilas pandang saja, jauh di dalam hatinya tidak ada yang berjalan baik. Dan, sepertinya Hanbin tak jauh beda. Atau Jiahn hanya begitu sok tahu dan hati jahatnya ingin sekali begitu.
███
24 Maret 2013
"Ssaem!"
"Ya, sedang apa kau–pergi dari rumah?!"
"Tidak, aku akan pindah ke officetel dekat kampus, tapi pengurusan berkasnya belum beres, jadi izinkan aku menginap di sini semalam."
"Ya sudah, kau ke atas duluan, aku beli minuman dulu." ujar Guru Kang akhirnya melempar tas kerjanya, menuju seberang jalan di mana sebuah minimarket terletak. Benar memang, ia ingin beli minum, tapi tujuan lainnya ia ingin menghubungi Hanwoong.
Hanwoong : Muridku dulu, kata lain adikmu ada di rumahku sekarang jadi tenang saja. Sebaiknya kau jangan ke sini dulu sekarang. Yang kulihat dia nampak kacau saat ini...
Yang mendapat ucapan terimakasih tidak lama kemudian. Kang Min hanya menaikkan bahunya, lalu helaan napas pelan mengembus dari rongga mulutnya yang sedikit terbuka. Hanbin menunggu cukup lama di depan pintu officetel milik Kang Min sampai akhirnya batang hidung pria itu muncul juga di ujung lorong keluar dari elevator.
Hanbin segera duduk di sofa begitu menanggalkan sepatu sneakers converse miliknya di ambang pintu. Tidak lama ia merebahkan tubuhnya, bahkan pemilik rumahnya belum menaruh pantatnya di tempat yang lain. "Kau sudah legal untuk minum alkohol bukan?" tanya Kang Min yang sebenarnya itu sangat retorik. "Ssaem seperti tidak punya hal yang ingin dibahas saja, umurku 22 sekarang."
Kang Min hanya membuka sekaleng bir lalu mendorongnya pelan di atas meja mengarah pada Hanbin yang sedang merebahkan dirinya di atas sofa. Begitu tangannya meraih bir kaleng dari Kang Min, akhirnya Hanbin kembali ke posisi duduk. "Aku tidak menyangka, ada waktunya aku bisa jadi teman minum kau, Hanbin."
Hanbin hanya tertawa getir, "Aku tidak punya tujuan, aku ingin di studio tapi aku takut seseorang akan pergi melihatku ke sana, dan ini adalah satu-satunya tempat asing yang aku tahu... maaf merepotkanmu." Ujar Hanbin lalu meminum birnya sampai sebagian cairan itu mengalir keluar ke tepian bibirnya hingga ke dagu. "Ada apa dengan anak muridku? Begitu lulus, bukannya ketika bertemu dengan wali kelasnya jadi seseorang yang seperti bunga sakura mekar malah hanya wajah suram karena hati kalian sendiri sudah gelap tak punya arah langkah," gerutu Kang Min tersenyum pahit lalu menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreaker | proses!
Fiksi PenggemarTentang friendzone Tentang unrequited love Tentang asing yang menjadi akrab Tentang akrab yang menjadi jauh Tentang jauh yang kemudian terlupakan Tentang obsesi untuk takut melepaskan Tentang mimpi dan harga diri Tentang ego yang tak mau berj...