SEVENTH
'jika tidak bisa bersama, maka jangan patahkan hatinya. Itu yang kumaksud'
11 Mei 2011, 18.50
"Bagaimana? Sudah merasa segar?" Hanbin menyerahkan handuk putih miliknya yang disambut Jiahn oleh mimik wajah berpikir yang membuat Hanbin mendecak. "Itu masih bersih, olahraga tadi tidak kupakai. Cium saja kalau tidak percaya, masih wangi pelembut pakaian yang ibuku gunakan."
Jiahn akhirnya memakai handuk itu untuk mengeringkan wajahnya yang baru saja ia basuh dengan air dingin setelah tertidur di bus. Ini kali pertama Jiahn menggunakan barang yang sifatnya melekat di tubuh Hanbin, meski tidak digunakan masih tersisa aroma khas milik lelaki Kim itu di handuk miliknya. Jiahn sangat menyukainya. Alangkah bahagianya kalau Jiahn mendapat handuk ini sebagai hadiah ulang tahunnya.
"Kenapa kau tidak membangunkanku? Kita tidak perlu sampai ke perhentian terakhir kalau kau membangunkanku."
Beruntungnya perhentian bus terakhir tidak terlalu jauh dari tempat tujuan Hanbin membawa Jiahn. "Aku juga ketiduran sejenak tadi, sudahlah yang penting kita sudah sampai."
Jiahn menurunkan handuk itu dari wajahnya, matanya membulat saat menyapu pandang yang ia tangkap bahwa mereka sedang berada di tengah-tengah lobi sebuah hotel bintang lima di Seoul. Sesuatu yang harus mereka lakukan? Apa? Di hotel?! Hanbin belum pernah dihabisi oleh masyarakat sepertinya.
"Kim Hanbin!"
Hanbin membekap mulut Jiahn lebih dulu sambil tertawa renyah. "Jangan berpikir liar dulu. Aku tidak gila, segila pikiran liarmu tentang alasan aku membawamu ke hotel. Hal yang kita lakukan juga bukan seperti yang berkeliaran di saraf otak jeniusmu itu."
Jiahn hanya diam saat Hanbin tiba-tiba menerima sebuah panggilan masuk dari ponsel yang ia pegang sejak tadi.
"Kami sudah di lobi, baiklah kami ke sana sekarang."
Setelah mematikan sambungan telepon itu, Jiahn disambut tatapan usil Hanbin. "Ikut aku, kau bintang utamanya hari ini."pintanya tersenyum penuh makna.
**
"Han Ahjussi, Hyeran Ahjumma terimakasih banyak atas kejutan makan malamnya. Aku orang luar, tapi yang kalian lakukan sampai membuat repot seperti ini aku benar-benar berutang pada kalian."
"Tidak perlu merasa begitu, Jiahn. Kau sudah kami anggap sebagai anak. Dan aku benar-benar antusias saat tahu kalau –" Hanbin mengisyaratkan agar ibunya tidak perlu membahas kalau semua ini adalah idenya. "kalau kau berulang tahun hampir berdekatan denganku. Ya, begitu. Kebetulan juga, ayah Hanbin punya kupon makan di restoran hotel ini saat menghadiri pertemuan alumni kampusnya lusa lalu."
"Ibunya Hanbin benar, Jiahn. Kami benar-benar antusias untuk merayakan ulang tahunmu di sini bersama kami. Sekali lagi, selamat ulang tahun."
"Aku benar-benar merasa senang dengan ini semua, ahjussi, ahjumma. Tanggal berapa ulang tahun anda, ahjumma?"
"Aku ketinggalan soal apa semuanya?" Hanwoong baru saja datang, dan mengambil tempat dengan cepat membaur dengan perbincangan ringan.
"Tidak ada yang penting." Hanbin menyahut. Hanwoong memberi sebuah paper bag pada Jiahn. "Kakaknya Son Jiyeon yang ingin kujadikan adik jika saja berpindah kartu keluarga semudah itu, selamat ulang tahun dariku." Hanwoong tersenyum, sementara Hanbin hanya memberi senyum kecut saat mendengar itu. Reaksi kedua orangtuanya hanya terkekeh lalu Hanwoong mendapatkan cubit di lengan dari Hyeran.
"Terimakasih oppa. Aku dengar Jiyeon diantar olehmu ke kamp pelatihan?"
"Iya, aku baru kembali dari sana. Sebenarnya hadiah itu dariku atas rekomendasi Jiyeon. Aku harap kau suka, Jiahn. Barangkali kau ingin ke sana sesekali melihat Jiyeon berlatih nanti aku antar, sebulan itu cukup lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreaker | proses!
FanfictionTentang friendzone Tentang unrequited love Tentang asing yang menjadi akrab Tentang akrab yang menjadi jauh Tentang jauh yang kemudian terlupakan Tentang obsesi untuk takut melepaskan Tentang mimpi dan harga diri Tentang ego yang tak mau berj...