-Third-
"Aku rasa melakukan yang ingin kau lakukan adalah cara terbaik untuk menjalani hidupmu."
April 2010, 19.15
Hanbin segera beranjak dari kasur begitu mendengar suara Gyuri di seberang telepon meminta dijemput oleh Hanbin. "Aku akan ke sana, paling cepat 15 menit, tidak, 10 menit aku akan sampai!"
Hanbin menuruni tangga dengan tergesa hingga membuat Hanwoong yang baru naik anak tangga pertama menepi dengan cepat. Anak itu lewat secepat angin sampai Hanwoong tidak sempat mengomel.
"YA! Tidak ada yang masuk UGD! Lihat-lihat jalan lain kali!"
"Ibu, aku akan kembali sebelum jam sepuluh." Hanbin tergesa memakai sepatunya sampai hanya menginjak bagian belakangnya dan berlalu begitu saja sementara ibunya bergeming dengan mata membulat menoleh pada Hanwoong yang masih di tangga.
"Ada apa dengan si pemalas itu?"
Hanwoong hanya membuang napas tidak minat lalu menaikkan bahu, melangkah naik ke anak tangga berikutnya tidak menjawab tanya Hyeran. Hyeran baru ingin melepas apronnya setelah selesai memasak makan malamnya seraya menggerutu kemana anak bungsunya pergi dan bel berbunyi.
Hyeran tersenyum dan memencet tombol buka untuk pintu masuk. "Sudah aku bilang tidak perlu memencet bel kalau kau,Jiahn."
"Eey, itu tidak sopan buatku,Hyeran Ahjumma."
"Tidak apa, tinggal teriak saja dan bilang, 'Ahjumma,ini aku,Jiahn~'"
"Tapi tetap saja," Jiahn mengusap tengkuknya canggung. Jika bukan karena ibunya yang si jaksa super sibuk mungkin Jiahn tidak perlu repot-repot untuk pergi ke rumah keluarga Kim mengambil jatah makan malam untuk adiknya dan dirinya yang sudah dititipkan ibunya untuk dimasakkan oleh Hyeran, ibunya Hanwoong.
"Tidak apa-apa, oh ya, aku sengaja membuatkan porsi kalian lebih banyak karena anak bungsuku makan malam di luar dengan temannya, jadi pastikan untuk dihabiskan ya."ujar Hyeran yang membuat Jiahn tidak bisa bersuara untuk menolak bahwa porsi makan malamnya tidak bisa sebanyak itu dan juga Jiyeon harus menjaga berat badannya demi kompetisi awal yang bisa ia hadiri setelah benar-benar pulih pasca cedera terakhir kali musim dingin lalu.
Saat Jiahn ingin mengambil nampan berisi lauk pauk itu dengan cepat Hyeran menepuk punggung tangan Jiahn yang membuat refleks tangan Jiahn menjauh dari nampan itu. Dia kemudian tersenyum sayang pada Jiahn.
"Biar Ibu antar," Hyeran mengambil nampan itu dan berjalan lebih dulu sementara Jiahn hanya mengekori. Sayang sekali, dia tidak pernah melihat ibunya menjadi seorang ibu rumah tangga sebenarnya. Jangankan melihat anggunnya si wanita karir itu di dapur, bahkan memasak saja tidak pernah. Jiahn pun juga tahu ibunya tidak bisa mengerjakan hal yang seharusnya untuk dasar, perempuan mestinya bisa. Ya, ibunya tidak bisa memasak.
"Hanwoong, ibu ke rumah Jiahn sebentar!"seru Hyeran lalu segera dibantu Jiahn untuk membukakan pintu. Saat tangan Jiahn ingin membuka gerbang, seseorang dari luar menarik gerbang lebih cepat dan membuat Jiahn juga Hyeran tersenyum cerah saat melihat sosoknya.
"Ahjussi, annyeonghaseseyo?"
"Yeobo, tumben sekali kau pulang cepat."
"Aku baik, Jiahn. Lama tidak melihatmu, Ibumu belum pulang?"
"Seperti biasanya," Jiahn tersenyum, sarat matanya yang kecewa mengatakan itu. Kim Han hanya menaruh tas kerjanya dan melepas jasnya yang ia sampirkan di sofa.
"Salam untuknya kalau begitu, kau bisa protes padanya jika kau merasa waktunya sebagai Ibu kalian masih kurang, aku rasa sepatutnya Eunjo mendengar itu sesekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreaker | proses!
FanfictionTentang friendzone Tentang unrequited love Tentang asing yang menjadi akrab Tentang akrab yang menjadi jauh Tentang jauh yang kemudian terlupakan Tentang obsesi untuk takut melepaskan Tentang mimpi dan harga diri Tentang ego yang tak mau berj...