interval #2 - 32/UNEXPECTED/

35 5 0
                                    

"Jadi, apa yang kalian lakukan di sini? Bagaimana ceritanya akhirnya bisa melihat kalian berdua bersama seperti dulu lagi?"

Hanbin bingung menjawab apa, sedang Jiahn lebih kepada perasaan bingung bagaimana cara menjelaskan pada Jaeun agar dia tak salah paham. Jaeun adalah salah satu atau mungkin yang pertama kali tahu bahwa Jiahn memandang Hanbin lebih dari sekadar sahabat. Dan bagi Hanbin, Jaeun yang paling tahu banyak bagaimana frustrasinya Kim Hanbin kala Jiahn tak ada kabar ketika perkuliahan telah mulai dan perempuan di sampingnya ini menghilang bak ditelan bumi.

Jaeun menaruh kamera dan menopang kedua tangannya di meja, menunggu jawaban salah satu dari mereka untuk mewakilkan merespons pertanyaan bertubi dari Jaeun.

"Pertama, tolong kecilkan suaramu karena kita berada di zona di mana semua orang akan menimpuk kita dengan buku jika kau sekali lagi berisik, aku harap kau mengangguk jika mengerti." Hanbin memberi peringatan sementara Jaeun akhirnya mengangguk patah dengan wajah tegang seperti anak kecil yang diomeli. Jiahn ingin sekali tertawa lepas, melihat sikap Hanbin yang sok tegas seperti itu. Sungguh tidak cocok.

"Kedua, aku menemukan dia belum lama ini, semua salah paham sudah diselesaikan dan untuk saat ini kami baik-baik saja yang artinya pertemanan kami kembali seperti biasanya. Terakhir, aku menemui dia di sini karena kami ingin menyelesaikan tugas kami bersama meskipun jelas bidang kami berbeda, jelas?" Hanbin bicara panjang lebar seperti dalam satu napas, lebih mirip seperti orang rapper yang berada di atas panggung hip-hop membuat Jaeun akhirnya hanya mendeham pelan lalu mengambil kameranya.

"Padahal kalian serasi, apa yang lagi yang kalian tunggu?" tanya Jaeun frontal saja.

Jiahn hanya sejenak melirik Hanbin kaku sementara yang dilirik mengalihkan pandangannya ke rak buku di mana ia mengambil buku yang akan ia jadikan refrensi.

"Aku, sepertinya mengambil refrensi yang salah," ujar Hanbin menjadi salah sikap. Jaeun hanya menatapnya dengan alis naik dan bibir yang menahan tawa. "Pergilah, aku akan menjaga Jiahn." Jaeun menyenggol dengan sengaja ujung sepatu Jiahn membuat perempuan itu berdelik lalu tersenyum ulas pada Hanbin.

"Aku akan menjaga barangmu di sini," imbuh Jiahn tak tahu harus bersikap dan mengatakan apa lagi pada Hanbin.

Hanbin berlalu, menjauh dari meja juga Jiahn. Jiahn tahu, Hanbin tak benar-benar mencari buku refrensi di sana, ia hanya ingin Jaeun segera pergi dari hadapan mereka.

"Lalu kau, sedang apa di sini? Maksudku, dulu sangat jarang melihatmu berada di perpustakaan sekolah." Jiahn menyindir Jaeun yang hanya disambut perempuan itu dengan anggukkan menerima.

Ia lalu menunjuk kameranya, "Pihak perpustakaan memintaku untuk menjadi fotografer untuk pembaruan wajah website mereka dan juga spanduk besar yang berada di depan gedung sana," jelas Jaeun lalu menambahkan, "Menakjubkan bahwa mereka menemukan bakatku hanya lewat postingan hasil jepretanku di akun instagram. Media sosial memang segalanya sekarang." Jaeun mengangguk beberapa kali diikuti Jiahn yang merespons, "Itu hebat, dan benar memang media sosial itu segalanya saat ini." Jiahn mengulang lagi perkataan Jaeun.

"Dia tidak akan menghilang dilahap oleh buku yang sedang ia buka-buka halamannya, Jiahn. Berhenti menatapnya," sindir Jaeun dengan nada menggoda, membuat Jiahn hanya menyentakkan tubuhnya ke belakang lalu menggeleng samar.

Jaeun menatap Jiahn lamat-lamat. "Kenapa kau tidak mencobanya kali ini?" tanya Jaeun tiba-tiba, Jiahn hanya menaikkan alisnya sebelah tak mengerti. "Apa?"

Jaeun hanya memutar matanya jengah, tidak tahu harus melakukan apa pada kedua orang yang sama-sama terlalu takut untuk melangkah ini.

"Dia sudah putus dengan mantan cheer leader itu beberapa bulan lalu..." bisik Jaeun sedikit membungkuk sehingga wajahnya dapat mendekat ke Jiahn. "Kau pasti tahu betapa gilanya dia saat kau tak ada di sisinya, aku bahkan pernah melihat dia bertengkar hanya karena mempermasalahkanmu, Gyuri begitu cemburu ketika dia mulai terus mencarimu diam-diam." Jaeun mengangkat tangannya, menurunkan ibu jemari serta kelingkingnya dan hanya menyisakan ketiga jemarinya seakan bersumpah di hadapan Jiahn.

Heartbreaker | proses!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang